Skip to content

Kecanduan Tuhan

 

Sekarang ini, jangan kita menyia-nyiakan kesempatan, mulailah hari kita dengan bertemu Tuhan setiap pagi. Mungkin kita sudah banyak berdoa, tapi apakah kita bisa merasakan bahwa Dia mendengar doa dan menerima pujian kita? Ketika kita mengatakan, “Engkau yang kucinta,” apakah kita serius mencintai Dia? Apa perasaan Tuhan terhadap kita? Jangan-jangan Tuhan berkata, “Aku tidak merasa kau mencintai Aku. Mulutmu yang bersuara mencintai Aku, hatimu tidak. Kau banyak kekasih yang lain.” Jadi kalau Tuhan Yesus berkata, “Aku tidak kenal kamu, kamu yang tidak melakukan kehendak Bapa,” kehendak itu ada di pikiran dan perasaan, menyangkut apa yang dia sukai atau selera Tuhan, bukan di dalam kalimat-kalimat hukum. Kalau agama itu, peraturannya di kalimat hukum. 

Maka, kita tidak bisa menjadikan bertuhan itu sambilan, tidak bisa. Itu harus seluruh hidup kita. Masalahnya, sebagian besar kita belum menjumpai Tuhan. Apa buktinya kalau kita belum menjumpai Tuhan? Kita tidak rindu bertemu Tuhan. Sebab kalau orang bertemu Tuhan, maka akan terbangun kecintaan, kerinduan akan Tuhan, sampai kita betul-betul menjadi kecanduan yang kuat. Kita belum sampai kecanduan dengan Tuhan karena kita telah kecanduan dengan banyak hal. Kecanduan itu tidak hanya narkoba, bisa banyak hal. Kecanduan adalah sesuatu yang jika kita tidak menikmatinya, maka kita merasa tidak bahagia, tidak puas, tidak lengkap, dan kita mau porsi yang lebih besar, kadar yang lebih besar, stadium yang lebih banyak. 

Jangan-jangan, kalau Tuhan datang hari ini, sebagian besar kita bisa tidak dikenal Tuhan. Mari kita jujur melihat diri kita sendiri. Karena seseorang yang bertemu Tuhan, pasti kesuciannya luar biasa. Keagungan pribadinya, perkataannya juga agung, tidak sembarangan bicara. Orang yang bertemu Tuhan itu mulia dan agung sekali, pasti seperti Tuhan. Jadi tidak berlebihan kalau Yesus berkata, “Kamu harus sempurna seperti Bapa.” Kita harus berambisi mencari Tuhan. Tiap hari berdoa, bertemu Tuhan, belajar firman, bertumbuh. Tapi, setan tidak tinggal diam, dia akan mengalihkan fokus kita kepada banyak hal, yang akhirnya waktu kita terbuang sia-sia dan karakter kita tidak berubah. Jangankan sempurna, baik saja tidak. Masih tersinggung, tidak jujur, mata keranjang, menyerang orang. 

Irama hidup kita sudah lama salah, maka kalau kita mau berubah harus betul-betul nekat. Lepaskan diri dari kecanduan dunia, lalu masuk kepada kecanduan Tuhan. Dan itu perlu waktu. Transisinya bisa panjang. Kasihi diri kita, karena kita adalah makhluk kekal di mana kita akan berhadapan dengan pengadilan Tuhan. Jangan tidak berubah. Jangan main-main. Setiap kita harus bertobat, mumpung masih ada kesempatan untuk bertobat. Kita tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, lalu kita merasa cukup aman, salah itu! Kita tidak aman. Kekekalan itu mengerikan. Namun rata-rata orang sudah tidak takut kekekalan, mereka mencibir.

Jangan nakal lagi. Kesenangan sesaat membinasakan kita. Jangan jadikan Tuhan sebagai sambilan, sebab Tuhan itu segalanya. Di luar Dia, kita celaka. Walaupun sekarang kita kelihatan aman-aman, tapi kita celaka tanpa Tuhan. Mulailah hari kita dengan doa, setiap hari 30 menit bertemu Tuhan, dan kita pasti bertemu Tuhan. Hidup ini sulit, tapi kekekalan lebih mengerikan. Jangan melawan Tuhan. Jadi, mulai hari ini kita harus bertobat. Pertobatan yang harus kita sertai dengan langkah-langkah konkret, memetakan setiap hari apa yang akan kita lakukan. Ingatlah, mencari Tuhan lebih sulit daripada mencari uang, lebih berat dari berkarier, lebih rumit dari mendapatkan jodoh. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya.” 

Maka, bagaimana mungkin satu hari tidak ada perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi di waktu khusus? Memang di mana pun kita bisa berdialog dengan Tuhan, bisa berdoa, tapi mesti ada waktu khusus di mana kita menjumpai Tuhan. Dalam Alkitab banyak tokoh Alkitab yang gemetar di hadapan Allah. Di Israel pada waktu Allah hadir, imam-imam semua tertelungkup dan tidak sanggup berdiri. Secara nyata, Allah pun bisa dirasakan. Apakah Allah berubah? Tidak, Allah tidak berubah. Maka, kita harus mengalami hal-hal seperti itu. Kita harus mengalami Tuhan sebagai Pribadi yang hidup, yang nyata, yang dengan-Nya kita benar-benar bersentuhan. Secara batin kita nyambung, tapi juga fisik kita pun merasakan kehadiran-Nya. 

Tuhan Maha Murah, tapi Tuhan tidak murahan. Tuhan hanya bisa dijumpai oleh orang yang benar-benar menghormati Dia. Jadi ketika Yesus berkata, “Akulah jalan kebenaran dan hidup, tidak seorang pun sampai kepada Bapa kecuali melalui Aku,” di situ ada harga mahal yang harus kita bayar. Melalui Yesus, dalam arti mengenal Dia, yaitu kebenaran-kebenaran yang Yesus ajarkan, dan memiliki kehidupan seperti kehidupan Yesus sehingga kita layak menjumpai Bapa. Tanpa kekudusan, tidak seorang pun dapat melihat, artinya memahami Tuhan. Memahami saja tidak, bagaimana bisa menjumpai Dia? Harganya mahal; seluruh hidup kita, tidak bisa sambilan.