Tuhan berkata, “Keluarlah kamu dari antara mereka. Jangan menjamah apa yang najis, kuduslah kamu sebab Aku kudus,” berarti kita tidak bisa menghampiri Tuhan tanpa kekudusan standar Allah, bukan standar kita. Dalam Matius 7:21 pun dikatakan, “Bukan orang yang berseru kepada-Ku ‘Tuhan, Tuhan’ akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga.” Melakukan kehendak Bapa, bukan hanya sulit, melainkan juga abstrak. Kalau agama pada umumnya, mereka hanya dituntut untuk melakukan hukum. Mereka mengerti dengan jelas apa itu menghormati orang tua, jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri. Makanya Paulus mengatakan dalam Filipi 3, “Ditinjau dari Taurat, aku tidak bercacat.”
Hukum kita bukan hanya pada kalimat-kalimat, tetapi pada perasaan Tuhan. Itu berarti kita harus bisa ‘membaca perasaan Tuhan.’ Dan itu bisa dilatih. Kalau kita mengundang Tuhan, menghadirkan-Nya dalam hidup kita, maka kita bisa belajar untuk mengerti kehendak-Nya. Salah atau benar, bukan dari perspektif kita, tetapi dari perspektif-Nya. Namun, di balik pernyataan Tuhan Yesus itu, kita diberi peluang untuk menghampiri Bapa. Hal itu sungguh luar biasa. Kita berdoa agar kita bisa mengalami terobosan demi terobosan dalam kerohanian. Dan seiring dengan meningkatnya kekudusan kita, seiring dengan terlepasnya kita dari ikatan, kita akan semakin tembus. Ini prestasi kekal, prestasi abadi.
Menghadirkan Tuhan dalam rumah tangga membuat kita juga bisa menggarami anggota keluarga yang lain. Kalau seorang ayah pikirannya golf terus, maka atmosfer golf masuk di rumah itu. Orang tua yang kegilaan game, maka suasana game masuk di rumah. Namun, kalau orang tua ‘kecanduan’ Tuhan, maka suasana hadirat Allah pasti turun di dalam keluarga. Memang, hidup kita tidak lepas dari masalah. Namun, percayalah, semua masalah seberat apa pun, bisa diselesaikan. Tidak ada masalah yang tidak selesai. Namun, kalau orang sampai ke neraka, tidak ada jalan keluar.
Maka, mari kita mau mengundang Tuhan hadir dalam hidup kita masing-masing, di dalam keluarga kita, agar semua tergarami. Bagaimanapun, kita tidak akan dipermalukan Tuhan. Tidak akan. Allah itu hidup, Allah itu nyata. Kita harus berani dengan tekun memperkarakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Kalau seorang yang datang dari luar negeri bisa membuat rumah kita jadi berubah suasananya demi dia yang sudah menaruh kebaikan dan bisa memberi kebaikan lagi, Tuhan lebih dari itu. Dan kita mau mempersilakan Dia hadir di dalam hidup kita dan mengubah hidup kita.
Kita ingat kisah Lot, ketika dua utusan datang, tidak ada yang menyambut. Akan tetapi Lot menyambut mereka dan memaksa mereka untuk menginap di rumahnya. Orang-orang Sodom datang menggedor rumah Lot dan meminta kedua utusan itu untuk keluar karena mereka mau ‘memakai’ (baca: menyodomi) kedua utusan Allah itu. Benar-benar keji. Lot malah memberikan dua anak gadisnya guna mengganti kedua utusan tersebut. Dalam Kejadian 19:4-8 tertulis, “Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu. Mereka berseru kepada Lot: ‘Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka.’ Lalu keluarlah Lot menemui mereka, ke depan pintu, tetapi pintu ditutupnya di belakangnya, dan ia berkata: ‘Saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat. Kamu tahu, aku mempunyai dua orang anak perempuan yang belum pernah dijamah laki-laki, baiklah mereka kubawa ke luar kepadamu; perbuatlah kepada mereka seperti yang kamu pandang baik; hanya jangan kamu apa-apakan orang-orang ini, sebab mereka memang datang untuk berlindung di dalam rumahku.’”
Lot luar biasa, ia membela tamunya dengan seluruh kekuatan dan miliknya. Pada akhir kisah, kita tahu bahwa kedua tamu ini menyelamatkan Lot dan anak-anaknya. Maka, jika kita mengundang Tuhan hadir dalam kehidupan kita secara pribadi dan dalam kehidupan keluarga kita, Bapa semesta alam tidak mungkin tidak menolong kita.
Kalau orang tua kecanduan Tuhan, maka suasana hadirat Allah pasti turun di dalam keluarga