Skip to content

Kecanduan Dunia

 

Kita harus mengumpulkan harta di surga sebanyak-banyaknya yang bisa kita kumpulkan. Karenanya, kalau kita sungguh-sungguh melakukan hal ini, kita pasti menantikan kedatangan Tuhan dan merindukan masuk ke dalam Rumah Bapa. Namun kalau kita tidak melakukan hal ini, kita pasti jauh dari kerinduan bertemu Tuhan. Bahkan meninggal dunia pun kita takut. Hal itu merupakan indikator bahwa kita belum membayar harga yang seharusnya kita bayar setiap hari untuk meraih berkat yang Tuhan sediakan. Jangan kita mengabaikan firman Tuhan ini. Ini nasihat dan peringatan Tuhan. Petakan hari hidup kita dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam lalu dari hari ke hari, sampai kita merasakan nyatanya perubahan hidup kita.

Salah satu perubahan yang kita akan alami jika kita bertumbuh dengan benar adalah kita akan memiliki kerinduan akan Tuhan. Kita bisa mencintai Elohim Yahweh, Bapa di surga dan mengasihi Tuhan Yesus. Kalau dulu kita berpikir “bagaimana mungkin mencintai Tuhan yang tidak kelihatan?” Tapi sekarang kita berpikir “bagaimana bisa aku sampai seperti saat ini?” Karena kita bisa melakukannya, ternyata. Dan cinta kepada Tuhan ini menjadi sesuatu yang riil atau nyata. Ketika kita berdoa, kita tidak lagi mencari-cari wajah Tuhan dengan sulit. Dengan mudah kita menemukan ketika kita berkata, “Bapa kami yang di surga…” Seketika, kita sudah sampai ke takhta Bapa. Kita bukan hanya yakin Allah itu ada, namun kita tahu Allah itu ada. Hal ini akan membuat kita tidak berani berbuat dosa, dan membuat kita kuat menghadapi segala keadaan dunia ini. 

Jadi, kita harus mengambil keputusan. Kita tidak boleh membiarkan hari ini berlalu tanpa kita kemas untuk menjadi sarana mengumpulkan harta di surga. Setiap hari ada berkatnya, dan setiap hari berkatnya itu khusus. Dan kalau kita semakin menghayatinya, berkat itu sangat istimewa. Setiap kita berharga di mata Tuhan. Seorang ibu tahu bagaimana menyiapkan baju, tas atau sepatu untuk anak-anaknya, karena tiap anak memiliki warna kesukaan yang berbeda. Dan ibu tersebut menyediakan itu dengan ikhlas, sukacita, dan senang ketika anaknya bisa menikmati semua yang disediakan. Bayangkan kalau anak-anak sudah mendapatkan pakaian, tas sekolah, namun anaknya tidak mau sekolah. Orang tua sudah sediakan, tetapi anaknya tidak mau menerima atau memakainya. Bukankah banyak orang tua yang terlukai oleh anak, ketika orang tua sudah menyiapkan segala sesuatu, namun anaknya menolak.

Bayangkan, kalau sampai kita melukai Tuhan dengan sikap seperti itu. Di dalam Lukas 12:13-21, pelajaran ini perlu kita perhatikan. Tuhan bicara mengenai orang kaya yang bodoh. Di ayat 15 Tuhan mengatakan, “berjaga-jagalah, dan waspadalah terhadap segala ketamakan. Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaan itu.” Jangan tamak, artinya tidak pernah puas dengan apa yang Tuhan telah berikan. Memang, kita harus kerja keras, cari uang sebanyak-banyaknya. Tapi dasarnya bukan karena kepuasan kita melainkan karena kita mau menopang kehidupan orang lain dan menopang pekerjaan Tuhan. 

Dalam perikop itu kita dapati bahwa si orang kaya itu bertanya dalam hatinya, dia berdialog dengan dirinya sendiri. Hal itu juga kita lakukan setiap hari, berdialog dengan diri kita sendiri. Tapi sayang, tema dialognya salah. Tema dialognya sesat, karena filosofi dan cara berpikir kita telah dipengaruhi dunia lewat peragaan gaya hidup orang tua, nenek moyang, dan lingkungan kita. Akibatnya tema dialog yang seperti itu yang ada di dalam hati. Si kaya itu berkata, “apakah yang harus aku perbuat? Sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.” Temanya perkara fana dunia. Lalu katanya, “inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.” 

Tuhan menyediakan porsi berkat—berkat kekal, berkat abadi—tetapi kuasa kegelapan juga menyiapkan porsi berkat yang membuat orang bisa hanyut, lalu addict atau kecanduan di dalamnya. Berkat rohani yang Tuhan sediakan adalah perubahan karakter, sukacita surgawi, keterlepasan dari percintaan dunia. Dan jika kita meneguk atau menyerap berkat-berkat itu, kita juga bisa addict dan sampai bisa berkata, “yang kuingini Engkau saja.” Jangan sampai kita kecanduan dunia. 

Jiwa tidak bisa diberi makan makanan atau minuman seperti tubuh. Jiwa tidak bisa bersenang-senang dengan materi. Tetapi kita baca bahwa orang kaya itu setiap hari berpesta, memakai pakaian mewah, dan membiarkan Lazarus mati di depan rumahnya, sebab filosofinya adalah: “Hai, jiwaku, senanglah, makanlah.” Ini sesat. Dan kesesatan dunia ini disebabkan oleh kuasa kegelapan. Akibatnya si kaya itu tidak mengumpulkan apa yang disediakan Allah; tidak mengumpulkan porsi berkat yang Allah sediakan. Yang dia lakukan justru mengumpulkan porsi berkat duniawi yang kuasa kegelapan sediakan. Sejatinya, sebagian kita sudah banyak yang sesat seperti ini. Walaupun mungkin kadarnya belum sampai akut, tetapi jika tidak dihentikan, kita akan terus terbawa ke dalam kegelapan. Dan suara Tuhan hari ini merupakan peringatan untuk kita semua.