Skip to content

Kebaikan Tuhan yang Sejati

 

Yohanes 6:26

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.”

Logika orang pada umumnya adalah sekolah, kuliah, berpendidikan dan bergelar, mencari nafkah, menemukan pasangan hidup, lalu membangun karir, membesarkan perusahaan, lalu punya anak, anak menjadi besar, mencari menantu, punya cucu, menjaga cucu, dan seterusnya. Dan itu sudah menjadi gaya hidup yang tidak bisa dirubah. Tuhan pun dipakai untuk mempertahankan eksistensi itu. Maka muncullah dukun-dukun di dalam gereja. Mereka tidak pakai nama setan, tapi pakai nama Tuhan Yesus. Dan yang mengerikan, Tuhan sering seakan-akan diam. Itulah cara beragama dan itu sudah merajalela. Hari ini banyak gereja yang tidak beda dengan agama lain. Sistem keberagamaan sudah masuk dalam lingkungan gereja. Apakah itu yang diajarkan Tuhan Yesus? Pelayanan diartikan dengan kegiatan-kegiatan, sementara fokus manusianya diabaikan karena menganggap manusianya sudah beres. Tuhan Yesus sudah mati di kayu salib, ditebus, kalau mati masuk surga. Ini salah, keliru, sesat.

Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Kalau kita punya prinsip “the only world I have is Jesus,” maka cara kita mencari Tuhan pasti beda. Perjuangan kita juga beda. Selama ini Tuhan sering hanya dikasih remah-remah. Tentu tidak semua seperti itu, sebab ada yang sudah mulai fokus dan militan. Namun sejujurnya, banyak yang masih seperti itu. Ingat, Tuhan juga tidak minta-minta, mengemis waktu, tenaga, pikiran, uang, atau harta kita. Tuhan kita itu agung sekali. Kalau pengertian yang salah ini ada pada orang Kristen yang masih baru, kita cukup mengerti dan bisa ditolerir. Tetapi kalau terus-menerus begitu, bertahun-tahun menjadi orang Kristen dengan cara berpikir yang salah ini, tentu hal ini menyedihkan hati Tuhan.

Kita harus ingat bahwa Iblis itu bukan hanya mampu melingkar di pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat, namun Iblis juga bisa melingkar di mimbar-mimbar gereja. Sebab kalau kita belajar Injil yang benar, maka kita bisa melihat, menemukan bahwa yang diajarkan itu bukan Injil yang Tuhan Yesus ajarkan. Bahkan Paulus mengutuk orang yang memberitakan Injil tidak seperti yang ia beritakan. Bahkan memanggil mereka dengan sebutan, anjing. Oleh sebab itu kita yang mendengar kebenaran ini harus siuman, harus berjaga. Mulai puasa nonton yang tidak perlu ditonton, puasa bergaul dengan orang yang tidak perlu kita bergaul, puasa untuk hal yang tidak perlu kita lakukan. Tuhan mau kita bertumbuh. Jangan merasa bahwa Yesus telah mati di kayu salib, maka sudah beres semua. 

Tuhan mau meningkatkan kualitas hidup orang percaya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Tuhan mau mengajak kita masuk di urusan kekekalan. Tetapi banyak orang Kristen mengajak Tuhan masuk dalam bisnis urusannya sendiri, bisnis kefanaan. Dalam Yohanes 6:26 Tuhan tegas mengingatkan, jangan karena kita sudah makan roti sampai kenyang, sehingga kita lebih mementingkan apa yang kita pandang kebutuhan daripada mengerti rencana-Nya. Jadi, Kristen yang benar itu tidak punya rencana apa-apa. Nanti Tuhan yang akan taruh rencana-Nya di pikiran kita. Caranya? Cari Dia dengan terus belajar, maka nanti kita akan mengerti. Karena Tuhan datang untuk memberi hidup-Nya, tetapi kalau kita masih mempertahankan hidup kita sendiri, atau kita mendengarkan suara gembala yang jahat, maka kita tidak akan bisa mengerti. 

 

Adapun ciri orang yang kualitasnya masih rendah adalah selalu minta perlindungan Tuhan atas hidupnya, berharap agar dirinya dan keluarganya dijauhkan dari apa yang bisa merusak kesejahteraan hidup. Bagi orang-orang seperti ini, segala sesuatu yang merusak cita-cita dan keinginan mereka adalah malapetaka, sebab yang dipandang malapetaka itu semua yang mengurangi apa yang dianggap oleh mereka sebuah hidup yang nyaman, aman, bahagia. Maka Tuhan dipakai untuk perlindungannya. Perlindungan Tuhan kita butuhkan, itu pasti. Namun coba kita berpikir sejenak, seandainya Ayub tidak dirontokkan Tuhan, Ayub tidak akan pernah muncul seperti emas. Ayub dibersihkan Tuhan, diloloskan dari malapetaka kekal melalui malapetaka hidup. Dan ini adalah bentuk perlindungan Tuhan bagi Ayub.

Jadi kalau kita berkata, “Tuhan lindungi saya supaya enggak ada masalah ini, enggak ada masalah itu,” itu berarti kita belum mengerti. Tentu sebaiknya—kalau boleh, dan seharusnya—kita tidak perlu mendapat malapetaka, sebab kita sadar dengan sendirinya. Tetapi daripada kita jatuh ke jurang, maka Tuhan menimpuk kita dengan masalah, supaya kita sadar. Dan ini akan menjadi kenangan abadi waktu kita nanti di kekekalan. Sehingga setelah menyelesaikan semua pergumulan itu, dia berkata, Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” 

Banyak orang hendak membuktikan kebaikan Tuhan dengan cara atau modelnya sendiri, tetapi Tuhan mengajarkan kita lewat semua masalah dimana Ia membuktikan kebaikan-Nya dalam hidup kita. Kalau hanya hal dapat jodoh, punya rumah, anak-anak sukses, itu belumlah kebaikan Tuhan, karena hal itu juga bisa diberikan kepada semua manusia. Namun, apabila kita melihat Tuhan sendiri, mengenal Dia, bertumbuh di dalam kebenaran sampai kita bisa layak masuk dalam keluarga Kerajaan Allah, itulah kebaikan Tuhan yang sejati.