Ada dua jenis gudang besar, dan kita harus memilih untuk masuk gudang mana. Banyak orang salah masuk gudang. Tuhan bukan tidak mencegah, tapi Tuhan sudah memberi peringatan: jangan salah! Tuhan memberikan kebebasan atau kehendak bebas kepada masing-masing individu, seperti Tuhan tidak mencegah ketika manusia pertama memetik buah yang dilarang oleh Allah. Allah memperingatkan, tapi Allah tidak akan mencegah kalau memang seseorang berniat, berminat, berhasrat untuk mengambil keputusan berdasarkan keinginannya sendiri. Dunia ini adalah gudang kuasa kegelapan yang menyediakan berbagai ornamen yang mengasyikkan dan menyenangkan, yang cocok dengan selera daging dan jiwa keruh kita. Kalau itu terus-menerus dilakukan, kita tidak akan bisa keluar dari gudang itu, karena kita kegemukan atau sudah terlalu nyaman di dalamnya.
Maka, kita harus keluar dari gudang itu dan masuk gudang yang lain, yang juga selalu terbuka dan menyediakan berkat tiada batas dalam kemurahan Allah Yang Maha Baik. Kapan kita masuk gudang itu? Ketika kita berlutut menghadap Bapa, saat itulah kita masuk gudang-Nya. Namun ketika kita asyik nonton film yang tidak baik, atau ketika kita sibuk melihat barang-barang apa yang kita mau beli dan yang membuat kita senang, sejatinya kita masuk gudang yang salah. Itu adalah keinginan mata. Walau kita belum memilikinya, hanya berniat, tapi hati kita sudah menikmati apa yang kita niati itu, maka itu membuat kita tidak bisa menikmati Tuhan. Kalau kita memercayai Allah itu baik, dan semua yang Dia sediakan itu baik—tentu memiliki nilai kekal—maka kita melarikan diri kepada Tuhan.
Ironis, banyak orang kurang percaya atau tidak percaya. Sebaliknya, mereka masih memarkir hidupnya di bumi ini. Tentu mereka tidak bermaksud untuk berkhianat kepada Tuhan, tapi ketika kita berlama-lama ada di gudang yang salah, kita berkhianat kepada Tuhan karena kita meracuni diri dengan racun dunia. Kita harus meninggalkan itu. Kita harus berani ekstrem yang positif, yaitu bagaimana kita mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Jangan membiarkan kita mengalami kebocoran. Ketika perhatian kita tertuju kepada yang lain, maka cinta kita tidak bisa merekah, tidak bisa mendalam dan tinggi kepada Tuhan karena keracunan itu. Yang kita butuhkan hari ini adalah hati yang terarah kepada Tuhan dan memercayai bahwa kebahagiaan hanya pada Tuhan. Jangan berharap lagi dengan kesenangan dunia. Kita mau arahkan hati kita kepada Tuhan, masuk gudang-Nya dan menikmati Tuhan.
Kita bisa lewati hari demi hari, puji Tuhan, apalagi kalau kita dipercayai punya banyak. Nikmati segala fasilitas yang Tuhan berikan, tapi jangan mencintai. Sehingga kita tidak menjadikan hal tersebut berhala. Hati kita harus diberikan untuk Tuhan sehingga kita bisa memiliki tanpa mencintai, dan bisa menikmati tanpa memberhalakan. Pemazmur mengatakan bahwa orang yang takut akan Tuhan pasti dipelihara Tuhan. Dia tidak takut mendengar bencana, karena ia tahu Allah memelihara dia. Yang penting dari hari ke hari kita menyenangkan Tuhan, dari setiap kejadian dan peristiwa hidup menyenangkan Tuhan. Maka setelah kita doa melewati hari, kita mulai melihat apa yang Tuhan mau kita lakukan yang menyenangkan Dia. Kalau kita menyenangkan Tuhan, Ia tidak akan membiarkan sesuatu melukai kita. Dia akan melindungi kita.
Bangsa Israel menyembelih domba, dibakar, asapnya naik, baunya wangi. Tuhan senang karena bangsa Israel tidak menyembah berhala, tidak menyembah dewa-dewa, tapi menyembah Elohim Yahweh, dan dinyatakan dalam bentuk kurban yang dicacah-cacah dibakar, bau lemaknya ke atas. Orang Israel, dengan pola pikir primitifnya, menganggap itu sudah cukup menyenangkan Allah. Padahal di dalam Alkitab ditulis, “Walaupun semua kayu di hutan Libanon dan marga satwanya kau jadikan korban, tidak cukup bagi-Ku.” Tapi ada satu korban yang menyenangkan Tuhan, namanya cinta. Jadi, ketika kita berkata, “Aku mencintai Engkau, Tuhan,” itu korban bakaran. Kapan kita membakarnya? Ketika kita menyembelih kedagingan, menyembelih dosa, dan semua hal yang Tuhan tidak berkenan. Dan itu harum.
Tapi kalau kita tidak menyembelih kedagingan, namun berkata, “Aku mencintai Engkau,” hal itu berbau busuk, karena kita bohong, munafik, menipu diri sendiri, dan menipu Tuhan. Sembelih daging kita, jangan kotori diri dengan dosa. Bukan kualitas musik atau vokal, tapi penyembelihan daging setiap hari yang akan memupuk keharuman waktu kita berdoa, menyembah Tuhan. Itu menyenangkan Tuhan. Jangan hidup sembarangan supaya kita benar-benar bisa menyenangkan hati Tuhan. Ayo, kita mulai dari nol, setiap hari mulai dari nol dan katakan, “Buat hidupku hari ini lebih baik dari kemarin, Tuhan.” Dan itu menyenangkan, membahagiakan Tuhan karena kita diberi kesempatan untuk diperbaiki, direvisi, dipulihkan; direset.