Pertanyaan penting bagi kita, yang harus benar-benar kita perkarakan: apakah kita sungguh-sungguh yakin bahwa Alkitab itu bukan dongeng? Apakah kita yakin bahwa Alkitab itu fakta empiris? Dan Allah yang dikemukakan, yang menjadi Tokoh utama di dalam Alkitab adalah Allah yang hidup, yang tidak pernah mati, Allah yang nyata, yang menciptakan langit dan bumi, yang memelihara kesetiaan-Nya sampai selama-lamanya? Jika itu benar dan kita yakini, mestinya kita mengalaminya. Kita bukan hanya memakainya atau mengartikan suatu kejadian dalam hidup kita sebagai perbuatan tangan Tuhan dan pertolongan Tuhan, melainkan benar-benar kita mengalaminya dan pengalaman itu bisa benar-benar nyata dilihat orang di sekitar kita.
Di dalam kitab Ibrani 11:6 firman Tuhan mengatakan, “Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah, sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Allah memberikan upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” “Allah memberi upah,” artinya tidak akan sia-sia apa yang kita lakukan dalam mencari Allah. Bukan karena upah itu sebenarnya kita mencari Allah. Tetapi kalau kita sungguh-sungguh mencari Allah, kita pasti memperoleh sesuatu yang sangat bernilai, yang hanya untuk orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Jadi jangan setengah-setengah, jangan gambling atau spekulatif. Kepada Tuhan kita harus yakin sepenuhnya.
Tidak ada takutnya dalam menghadapi hidup ini kalau kita sepenuhnya bagi Allah. Allah yang sama yang ditulis di Alkitab, itulah Allah yang kita sembah. Allah yang ada di Alkitab harus nyata dalam hidup kita hari ini. Nyata bukan hanya pada mukjizat kesembuhan—karena itu setan bisa buat juga—melainkan nyata dalam kelakuan kita yang agung. Namun, banyak orang yang sebenarnya tidak atau belum siap menghadapi realitas. Hidup kita ini sudah penuh dengan realitas yang tidak pernah kita ingini terjadi, atau yang tidak kita duga sama sekali. Pernahkah kita membayangkan ketika kita menjadi salah satu penumpang kapal Titanic? Di tengah-tengah suasana kegembiraan, ada di kapal pesiar yang mewah, ternyata lambungnya bocor. Padahal kapal itu dinyatakan dan diyakini tidak akan bisa tenggelam, sehingga tidak disediakan pelampung penyelamat atau pelampung untuk penyelamatan secara cukup.
Menurut catatan, dari 2.220 penumpang terdapat 1.513 yang mati tenggelam dan kedinginan di udara bersalju hebat, dan di dalam kapal pesiar yang mewah itu ada tiga orang miliuner Amerika: John Jacob Astor, Benjamin Guggenheim dan Isidor Straus. Titanic, kapal pesiar Inggris yang sangat mewah, dengan bobot kotor 46.000 ton, namun pada 14 April 1912, kapal itu tenggelam. Dunia ini seperti kapal Titanic yang sudah bocor lambungnya. Banyak hal yang akan terjadi di bumi ini. Kalau seandainya kita hidup di daerah Ukraina atau di Jalur Gaza, pasti tidak pernah berpikir dahsyatnya perang dan porak-porandanya keadaan karena perang. Tetapi inilah dunia, segala sesuatu bisa terjadi. Ini adalah keadaan secara umum dalam kapasitas besar. Ada keadaan-keadaan yang dalam kapasitas pribadi: tiba-tiba perusahaan memberikan surat pemecatan, pengurangan pegawai, pemberhentian, tiba-tiba dipanggil polisi karena dianggap terlibat suatu perbuatan pidana misalnya, pelanggaran terhadap hukum atau tiba-tiba ada penyakit di tubuh kita atau orang yang kita kasihi meninggal dunia. Banyak hal yang bisa terjadi.
Banyak orang tidak siap menghadapi keadaan terburuk, padahal keadaan terburuk bisa dialami kapan saja. Namun yang paling mengerikan adalah kematian bagi orang yang tidak bersiap-siap menghadap takhta pengadilan Allah. Jangan sombong! Jangan seperti orang yang membangun kapal Titanic yang memberikan pernyataan bahwa kapal Titanic tidak akan bisa tenggelam. Jangan main-main dengan Tuhan! Persiapkan diri untuk situasi yang terburuk. Kita merendahkan diri di kaki Tuhan dan selalu kita berdoa, “Lindungi aku Tuhan. Aku serahkan hidupku dalam tangan-Mu, Tuhan. Aku tak dapat dan tidak berani berjalan sendiri.”
Kita harus menyadari betapa berharganya kesempatan untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan sebagai satu-satunya persiapan menghadapi keadaan terburuk sehingga menatap hari esok yang tidak tentu, yang berkabut, kita percaya Allah Yang Maha Kuasa menyertai kita. Kita tahu siapa yang menggenggam tangan kita. Tetaplah setia mencari Tuhan, jangan main-main, jangan melawan Tuhan. Mari kita hidup suci, hidup tak bercacat, tak bercela, tinggalkan semua kebiasaan dosa dan hal-hal yang Tuhan tidak berkenan. Jangan mempermainkan Tuhan karena apa yang ditabur orang, itu yang akan dituainya.