Kita bersyukur kalau kita sampai saat ini masih ada sebagaimana kita ada. Dan kita bersyukur semua ini karena kemurahan Tuhan. Kita tidak boleh lupa diri, menjadi sombong, kita ingat siapa kita ini. Ditinjau dari kehidupan secara lahiriah, tidak sedikit kita adalah orang yang dulu tidak berarti, tidak bernilai di mata manusia; bodoh, miskin, terbelakang, dari keluarga yang tidak mampu dan lain sebagainya; kita bukan siapa-siapa. Ditinjau dari kehidupan rohani, kita ini orang-orang berdosa yang mestinya dibuang ke neraka. Tetapi Tuhan mengasihani kita dan menjadikan kita ada sebagaimana kita ada. Kita tidak boleh lupa diri, kita ingat terus bahwa kita ada sebagaimana ada karena anugerah Tuhan, kebaikan Tuhan semata-mata. Tidak boleh lupa bahwa kita ini debu, kita tanah liat yang Tuhan jadikan manusia; tidak boleh lupa, kita selalu ingat.
Kalaupun sekarang kita menjadi orang kaya, orang terhormat, berkedudukan, memiliki gelar, kekuasaan, kekuatan, kemampuan secara fisik, jasmani, kemampuan relasi, pejabat dan lain-lain; jangan sombong, jangan angkuh, jangan sewenang-wenang terhadap orang lain. Mari kita sadari, kita hidup, kita ada hanya karena anugerah Tuhan. Siapa pun kita, jangan lupa diri. Kalau di antara kita adalah orang-orang muda, mungkin kalian tidak pernah melihat penderitaan orang tuamu, tidak melihat siapa orang tuamu dulu; kamu terlahir sudah jadi orang kaya, orang terhormat; juga jangan lupa diri. Kita bukan siapa-siapa. Kalau orang tuamu meninggal lalu kamu tidak menjadi anak-anak Allah yang baik, kamu bukan hanya jadi orang yang terbuang dan sampah di masyarakat, tapi juga jadi sampah abadi, sampah kekal di neraka.
Jangan sombong, jangan sombong, jangan sombong. Kita pukul dada kita, kita bilang, “Jangan sombong, ingat kamu siapa dulu.” Ingat, siapa kita ini di hadapan Tuhan. Kita kiranya disadarkan oleh Tuhan. Kita tetap rendah hati karena, “Allah menentang orang congkak; demikian firman Tuhan; menentang orang sombong, “Tetapi menganugerahi, membelaskasihani, memberkati, merahmati orang yang rendah hati. Tentu orang yang rendah hati adalah orang yang menyadari siapa dirinya dan bagaimana menempatkan diri secara benar di hadapan Allah dan menempatkan Allah secara benar sebagai Pribadi yang terhormat. Tidak mudah jadi orang rendah hati, karena kita sudah memiliki irama yang salah selama bertahun-tahun, belasan bahkan puluhan tahun. Tapi kiranya di sisa umur hidup kita ini, kita terus diubahkan oleh Tuhan.
Bayangkan kalau suatu saat kita tergeletak, membujur kaku, mati, dimasukkan peti, ditutup, dipaku, dimasukkan ke liang lahat, dikubur. Mau cantik, ganteng, hebat bagaimana, tidak ada artinya sama sekali. Tubuh kita dimakan cacing. Bayangkan kalau di dunia kita sombong, angkuh, sewenang-wenang terhadap orang lain, bayangkan betapa mengerikan ketika ada di hadapan takhta pengadilan Allah. Ayo kita bertobat, kita berubah. Kita minta Tuhan membuka mata pengertian kita, mata kesadaran kita bahwa kita ini ada hanya karena anugerah Tuhan. Lalu kita mau serahkan nyawa kita, hidup kita di tangan Tuhan. Mohon perlindungan Tuhan. Bukan hanya dari masalah-masalah lahiriah—masalah kemiskinan, masalah hukum, masalah ancaman-ancaman apa pun—melainkan dari kuasa gelap, sebab ini yang paling mengerikan. Kuasa gelap yang bisa menggiring orang ke api kekal.
Kita minta perlindungan Tuhan, dan hanya Tuhan yang dapat melindungi kita. Karenanya dengan kita menyerahkan hidup kita di dalam tangan Tuhan, kita tidak boleh dan memang tidak boleh ada dosa. Hati kita harus bersih, pikiran kita harus bersih. Kita harus minta diterangi oleh Tuhan. Bukan dengan teori-teori tentang Tuhan yang kita pahami lalu kita menjalankan hidup ini, melainkan kita mau berhadapan dengan Tuhan dan mendengar suara Tuhan, mendengar apa yang Tuhan mau katakan kepada kita. Sebab kalau kita mau hidup di dalam perlindungan Tuhan, kita mau ada di genggaman tangan Tuhan, maka kita harus menurut apa pun yang Tuhan kehendaki. Kita tidak boleh lagi suka-suka sendiri. Yang kita pikirkan harus sesuai dengan yang dipikirkan oleh Allah. Apa pun yang kita ingini, kita kehendaki; harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah.
Ingat, bukan Allah yang menyesuaikan diri dengan kita, melainkan kita yang menyesuaikan diri dengan Tuhan. Apa yang Allah ingini kita turuti, bukan apa yang kita ingini Allah turuti. Kita mau belajar hidup suci dengan gerakan hidup suci (holiness movement). Kita mau bawa diri kita berkenan di hadapan Tuhan. Kita bukan mau menutupi dosa, bukan mau lari dari kesalahan. Kita adalah orang-orang berdosa, orang-orang yang akan masuk neraka, mestinya, tapi kita telah menerima pengampunan dari Tuhan, keselamatan dari Tuhan. Kita mau hidup suci, kita mau benar-benar berjalan sesuai kehendak-Nya. Kita jadi kelompok yang berkemas-kemas. Mari kita pulang bersama.