Di dalam Ibrani 2:1-4, ada peringatan Tuhan yang sangat penting untuk kita dengar di dunia kita hari ini, “Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaksetiaan mendapat balasan yang setimpal, bagaimana kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.”
Kalau kita merenungkan kisah mengenai Nuh, kita bisa membayangkan orang-orang yang menolak pemberitaan Nuh; tidak mau mendengar apa yang disampaikan Nuh kepada mereka. Mereka anggap Nuh itu berolok-olok. Mereka tidak bisa mengerti, karena mereka telah membiasakan diri dengan cara berpikir yang salah. Di dalam Perjanjian Baru, dikatakan Nuh adalah seorang pemberita kebenaran. Tetapi, orang-orang sezamannya tidak mau mendengarnya. Apa yang disampaikan Nuh itu bertolak belakang dengan apa yang dipikirkan oleh orang-orang sezamannya. Bisa dibayangkan ketika ternyata hujan turun makin lebat. Seperti dicurahkan dari langit, air yang tak terkira besarnya atau banyaknya. Sementara dari bumi, juga keluar air.
Betapa mengerikan keadaan itu. Barangkali mereka mencoba untuk menyelamatkan diri dengan segala cara. Tetapi kalau hukuman Tuhan dijatuhkan, tidak seorangpun dapat menghindari, maka kita jangan anggap remeh peringatan Tuhan. Ketika kita mendengar peringatan Tuhan, lalu kita melihat hidup yang kita jalani masih berjalan lancar, Iblis berbisik di telinga jiwa kita dan berkata, “Semua akan aman-aman saja.” Sejatinya, kita ada dalam bahaya. Tetapi hampir semua manusia hari ini tidak memedulikan kenyataan yang terjadi bahwa bumi ini terpelihara untuk hukuman akhir, ketika murka Allah dicurahkan (2 Ptr. 3). Tidak lagi dengan air bah, tetapi dengan api. Unsur-unsur di udara akan terbakar dalam nyala api, dan bumi ini akan menjadi lautan api.
Jangan anggap remeh peringatan Tuhan yang kita pasti dengar, baik melalui pemberitaan Firman di mimbar, melalui nurani kita ketika Roh Kudus berbicara, atau melalui peristiwa-peristiwa hidup yang terjadi. “Jangan hanyut dibawa arus,” demikian firman Tuhan. Jangan anggap remeh arus dunia ini. Karena Iblis dengan kecerdasan dan kecerdikannya, mendesain begitu rupa keadaan yang membuat kita memiliki cara berpikir yang tidak akan bertemu dengan berita kebenaran dan peringatan Tuhan, atau membuat kita tidak mampu menangkap peringatan Tuhan. Tidak sanggup memahami, sehingga menolak.
Jangan berpikir karena sudah menjadi Kristen, ke gereja, berarti kita sudah dengar-dengaran kepada Tuhan. Ini juga bagian atau bentuk dari penipuan kuasa kegelapan. Kalau kita ke gereja, duduk mendengar khotbah, pulang, lalu kita merasa bahwa kita sudah berurusan dengan benar dengan Allah, itu penyesatan. Mestinya, kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, lalu kita aplikasikan secara konkret di dalam kehidupan, sehingga hidup kita berubah dari peringatan-peringatan itu. Tetapi ironis, bahwa yang didengar itu hanya disambut sesaat. Seperti benih yang ditabur di pinggir jalan, di tanah berbatu yang hanya tumbuh sesaat, atau di tanah yang tidak bisa menumbuhkan benih itu.
Mestinya kalau dari dulu serius “memperhatikan,” dan membiasakan diri merespons kebenaran, merespons peringatan Tuhan, maka hati seseorang menjadi tanah yang subur untuk tumbuhnya benih kebenaran. Tetapi ke gereja sering hanya menjadi syarat beragama. Dari perilaku kita yang tidak berubah secara proporsional, secara benar, dari pengetahuan kita tentang kebenaran yang tidak bertumbuh, dari cara kita berdoa yang begitu dingin, bahkan ada yang tidak mampu berdoa, menunjukkan bahwa kita punya hati seperti tanah yang tidak bisa ditaburi kebenaran. Kalau keadaan itu terus-menerus demikian, kita tidak akan bisa menghindari hukuman Tuhan. Allah tidak menghendaki seorangpun binasa, tetapi Allah tidak bisa tidak membinasakan orang yang tidak dengar-dengaran. Itu keadilan Tuhan.
Allah tidak menginginkan seorangpun binasa, tetapi Allah tidak bisa tidak menghukum orang yang tidak hidup di dalam kebenaran. Dan itu risiko menjadi makhluk yang disebut manusia, yang diberi kehendak bebas. Bisa taat, bisa tidak taat; bisa menghormati Allah, bisa tidak menghormati Allah. Banyak orang yang sebenarnya di dalam keadaan yang kritis dan krisis, tetapi tidak menyadarinya. Iblis berbisik terus, “Semua akan baik-baik, semua aman-aman.” Itu berarti kita telah hanyut dibawa arus. Maka kalau pada kesempatan ini kita mendengar peringatan Tuhan, jangan abaikan. Kita harus menggeliat untuk mengubah arah hidup kita. Kita akan sangat menyesal kalau kita tidak memiliki respons untuk bertobat, berbalik atau berubah.
Kalau hukuman Tuhan dijatuhkan, tidak seorangpun dapat menghindari,
maka kita jangan anggap remeh peringatan Tuhan.