Skip to content

Irama Hidup yang Diubah

Betapa sulitnya memiliki sikap hidup tidak menyayangkan nyawa pada zaman ini (Mat. 10:39; 16:25). Pada umumnya orang berlomba untuk menyelamatkan nyawanya. Ini adalah irama hidup standar yang dikenakan oleh hampir semua manusia. Sebaliknya, tidak menyayangkan nyawa adalah irama hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus Kristus. Ia datang ke dunia melepaskan semua kemuliaan-Nya, mengosongkan diri dan berkeadaan sama seperti manusia yang berdosa (Flp. 2:5-7). Dalam segala hal Tuhan Yesus disamakan dengan manusia (Ibr. 2:17). Dalam keadaan sama seperti manusia Ia menyediakan diri untuk taat sampai mati di kayu salib. 

Sebenarnya Tuhan Yesus bisa memperoleh dan menikmati dunia ini, tetapi Ia memilih untuk melakukan kehendak Bapa. Ia mematikan diri-Nya dari segala kesenangan dunia. Pengakuan-Nya adalah bahwa makanan-Nya atau rezeki-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kata makanan atau rezeki dalam teks aslinya adalah broma (βρῶμα), yang selain berarti makanan padat (solid food), juga menunjuk pada makanan yang berkualitas tinggi. Sebagaimana setiap hari kita berusaha untuk bisa memiliki makanan yang berkualitas, demikianlah orang percaya harus berusaha untuk menemukan kehendak Allah dan melakukannya. 

Namun sayang sekali, banyak orang hanya bekerja untuk roti yang dapat binasa, tetapi tidak bekerja untuk roti yang tidak dapat binasa, yaitu dengan percaya (Yoh. 6:27-29). Percaya adalah pergumulan hidup yang melibatkan semua potensi jasmani maupun rohani, bukan hanya aktivitas pikiran. Percaya artinya menyerahkan diri kepada objek yang dipercayai. Kalau seseorang percaya kepada Tuhan Yesus, berarti ia harus mengikuti jejak-Nya. Mengikuti jejak-Nya artinya memiliki irama hidup seperti yang Tuhan Yesus miliki. Kalau seseorang tidak berani mengenakan irama hidup ini berarti ia tidak bersedia mengikut Tuhan Yesus.  

Tuhan Yesus berani mematikan diri-Nya dari segala kesenangan dunia, demikian pula seharusnya kita. Inilah yang Tuhan Yesus maksudkan bahwa barangsiapa mau mengikut Tuhan Yesus, ia harus melepaskan dirinya dari segala miliknya (Luk. 14:33). Kenyataannya, banyak orang Kristen yang tidak bersedia melepaskan dirinya dari segala miliknya. Dengan demikian ia masih bertahan mengenakan irama hidup anak-anak dunia. Jika irama hidup ini tidak digantikan dengan irama hidup yang Tuhan Yesus kenakan, pada akhirnya seseorang tidak pernah bisa diubah. Perubahan itu harus berangkat dari diri sendiri. Oleh sebab itu, kita harus bertindak sesegera mungkin. 

Pertanyaan yang harus kita perkarakan, mengapa banyak orang Kristen yang tidak berani mengenakan irama hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus? Banyak faktor sebagai alasannya. Pertama, mereka tidak memandang bahwa hidup ini akan berakhir. Mereka sudah terbiasa berpikir seakan-akan hidup ini terus bisa dijalani. Padahal kalau sudah sampai titik akhirnya, maka tidak seorang pun yang dapat memperpanjang. Titik akhir tersebut seperti raksasa yang tidak takluk pada siapa pun. Oleh sebab itu, sikap bijaksana yang patut dimiliki adalah mempersiapkan diri menyongsongnya, sehingga menjadikan hari itu sebagai hari yang paling membahagiakan. 

Kalau seseorang sudah berusaha untuk hidup seperti Tuhan Yesus, kematian akan menjadi saat yang paling indah. Dengan cara inilah seseorang mengumpulkan harta di surga. Suatu hari nanti orang akan menghitung berapa banyak yang telah dikerjakan selama hidup ini untuk mengumpulkan harta di surga. Setiap orang harus menghadap takhta pengadilan Tuhan (Rm. 14:12; 2 Kor. 5:9-10). Hal ini sesuai dengan apa yang Tuhan Yesus kemukakan mengenai talenta (Mat. 25:14-30). Setiap orang harus bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan ketika menerima talenta. Talenta adalah kemampuan untuk bisa menjadi bermoral Allah. 

Kedua, banyak orang Kristen tidak memahami bahwa menjadi orang Kristen berarti harus hidup seperti Tuhan Yesus hidup. Jika tidak demikian, berarti menolak menjadi pengikut-Nya. Menolak mengikut Tuhan Yesus berarti kebinasaan atau tidak mendapat bagian dalam keluarga Kerajaan Allah. Betapa sangat disayangkan kalau kesempatan yang sangat berharga ini disia-siakan hanya untuk segala sesuatu yang akhirnya akan dimakan ngengat dan karat, pencuri akan mencuri serta membongkarnya. Mengikut Tuhan Yesus adalah panggilan dan tanggung jawab yang tidak boleh dihindari. 

Keberhasilan hidup seirama dengan Tuhan Yesus menentukan juga penggenapan rencana Allah atas dunia ini. Betapa hebat kehormatan yang diberikan kepada orang percaya untuk bisa menjadi “saudara” bagi Tuhan Yesus, agar Dia menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dengan genapnya jumlah orang percaya seperti Tuhan Yesus, maka rencana Allah membangun Kerajaan-Nya dapat segera terealisir. Ironis, banyak orang sibuk mewujudkan cita-citanya sendiri, tetapi tidak memedulikan rencana Allah yang besar atas keselamatan umat manusia dan tegaknya Kerajaan-Nya. Orang-orang yang tidak peduli ini tidak layak menjadi anak-anak Allah.