Skip to content

Irama Hidup Permanen

 

Tuhan menolong kita dalam masalah-masalah kita untuk memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia baik, kecuali kita tidak sadar bahwa itu adalah kebaikan Tuhan. Jikalau bukan Tuhan yang menolong kita, jikalau bukan Tuhan yang membela kita, jikalau bukan Tuhan yang memelihara kita, keadaan kita tidak seperti hari ini. Tuhan memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia mengasihi kita. Tapi kebaikan Tuhan tidak berhenti sampai kita dapat mengalami pemenuhan kebutuhan jasmani dan lolos dari masalah-masalah pemenuhan kebutuhan jasmani. Allah ingin membawa kita ke tempat di mana tidak ada perang, tidak ada dukacita, tidak ada kematian, tidak ada krisis, tidak ada sakit-penyakit, tidak ada penderitaan. Karenanya, kita harus menjadi gandum yang dituai. Dan Yesus katakan, “Bawa masuk ke lumbung-Ku.” Kecuali kita tidak mau dituai oleh Tuhan, maka kita akan dituai oleh kuasa kegelapan dan dimasukkan ke dalam lumbungnya; di mana lumbungnya adalah api kekal. 

Mari dengan serius kita perkarakan, apakah kita ini gandum atau ilalang? Apakah hidup kita bisa dinikmati Tuhan? Kalau gandum berarti kita bisa dinikmati Tuhan. Dan itu setiap detiknya, setiap menitnya, setiap jamnya harus kita perhatikan. Sampai kita memiliki irama dinamika permanen bagaimana memiliki hidup yang bisa dinikmati oleh Tuhan. Kiranya kita selalu memiliki kerinduan untuk ingin menyenangkan hati-Nya. Setiap tutur kata, sikap, perbuatan dan pikiran kita menyenangkan Tuhan. Ketika kita harus membagi hidup untuk orang lain, maka kita meremukkan kedagingan kita, kita patahkan ego kita, lalu kita melakukan apa yang sebenarnya tidak kita sukai karena ego kita terganggu, tetapi kita memilih untuk menyenangkan Tuhan. 

Memilih menyenangkan Tuhan harus sampai menjadi dinamika irama hidup yang permanen. Dan itu tidak otomatis, kita harus berjuang untuk itu. Setiap detik, menit, jam, kebiasaan-kebiasaan hidup kita yang Tuhan tidak berkenan, jangan lakukan. Ketika Tuhan menghendaki kita membagi hidup untuk orang lain, walaupun itu tidak menyenangkan, maka kita harus tetap lakukan sampai menjadi menyenangkan, maka kita bisa mencium keharuman Tuhan. Tuhan senang dengan apa yang kita lakukan. Suatu hari kita akan bertemu Tuhan, betapa bangganya Tuhan melihat kita yang hidup melakukan kehendak Bapa, sehingga Ia akan berkata, “Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan.” 

Menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah, tidak akan membuat kita jadi miskin, kita tidak akan dipermalukan. Mengalahlah kalau orang memusuhi kita, diamlah kalau kita disakiti orang, balaslah kejahatan dengan kebaikan; Tuhan menikmati itu. Anak-anak, sayangi orang tuamu. Biar orang tuamu miskin, tidak bisa memenuhi kebutuhanmu, tidak memuaskan hidupmu, sayangi mama papamu, hormati mereka walaupun mereka seakan-akan tidak layak untuk dihormati karena bodoh, miskin, salah melulu, tapi kamu harus menghormati mereka demi Tuhan. Roh Kudus akan menolong kamu untuk menghormati orang tua. Orang tua, jadilah teladan untuk anak-anak, supaya bisa mewariskan takut akan Allah dan kehadiran Allah dalam hidup mereka. Itu bekal. Setiap kita bisa menjadi gandum. Kita ubah diri kita dari ilalang menjadi gandum. 

Dan setiap kita harus sadar bahwa kekekalan lebih berharga dari apa pun yang kita miliki di dunia ini. Melewati penderitaan waktu hidup di bumi, tidak masalah. Kekecewaan kita akan diganti dengan sukacita kekal. Jangan ingat pengkhianatan orang yang pernah mengkhianati hidup kita. Lupakan. Sekarang, pertimbangkan dengan serius, minta petunjuk Roh Kudus, kita ini gandum atau ilalang. Dan tidak jarang Tuhan mengizinkan kepahitan yang begitu dalam untuk mengubah kita jadi gandum. Sebab kalau kita masih dalam kenikmatan, kita jadi ilalang terus. Tuhan mau menggeser hidup kita dari kehidupan sebagai ilalang, menjadi gandum. Jangan menyesali yang terjadi. Setialah! Ayo, kita cari Tuhan saja. Tuhan akan membuat hidup kita dipulihkan. Penderitaan dapat membuat kita bisa bergeser dari keadaan ilalang menjadi gandum. 

Roh Kudus akan menolong dan menuntun hidup kita. Kalau kita serius mempersoalkan hal ini, berarti kita sungguh-sungguh serius menghormati Tuhan. Dan kalau kita sungguh-sungguh berhasil memperkarakan kekekalan kita sendiri, pasti kita juga akan memperkarakan kekekalan orang lain. Orang yang tidak peduli keselamatan orang lain, karena dia juga tidak peduli keselamatannya sendiri. Kalau Alkitab berkata, “Kasihilah sesama manusia seperti kau mengasihi dirimu sendiri,” maka cara kita mengasihi diri sendiri akan sama seperti kita mengasihi orang lain. Standar kita dalam mengasihi diri sendiri merupakan standar yang sama yang kita kenakan untuk mengasihi orang lain. 

Kalau standar kita dalam mengasihi diri sendiri adalah bagaimana kita membawa diri kita kepada kekekalan, maka kita juga akan mempersoalkan bagaimana orang lain dibawa kepada kekekalan. Tidak banyak orang yang sungguh-sungguh mencintai dan menghormati Tuhan. Tetapi di dunia ini, Tuhan menyisakan orang-orang yang mencintai dan menghormati Dia. Dan kita adalah orang yang disisakan itu. Kita bukan hanya menjadi orang Kristen hari Minggu, melainkan menjadi orang Kristen sepanjang waktu, dan itulah bekal kekal kita.