Skip to content

Implementasi Tulisan Rasul Paulus

Bagi orang zaman sekarang, mengenakan kehidupan seperti kehidupan yang dilakukan Paulus menjadi mustahil. Sulit sekali, bahkan mustahil. Tetapi kita percaya apa yang difirmankan Tuhan di Matius 19, “Apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah.” Mari kita melihat beberapa contoh pernyataan Paulus, misalnya Filipi 1:21, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Ayat itu sudah mengisyaratkan bahwa orang percaya tidak punya bagian apa-apa lagi untuk dirinya; semua untuk Tuhan. Jadi, kita tidak boleh membuat persentase; berapa persen untuk Tuhan, berapa persen untuk yang lain. Semua milik Tuhan. “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” 

Misalnya ayat yang lain, 2 Korintus 5:14 dan 15, “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kita tidak memiliki bagian apa pun lagi dalam hidup ini. Semua harus dipersembahkan untuk Tuhan. Jadi, tidak heran kalau Paulus mengatakan dalam 1 Korintus 6:19 dan 20, “Kamu bukan milik kamu sendiri. Muliakanlah Allah di dalam tubuhmu atau dengan tubuhmu.” 

Pertanyaannya, kita sudah memberikan berapa persen untuk Tuhan? Ini bukan jumlah uang, juga bukan jumlah waktu. Hitungannya bukan ada di waktu atau uang, melainkan hati kita. Ini standar, tetapi sudah mulai dibeda-bedakan. Yang fulltime, itu segenap hidup, jadi pendeta, rohaniwan. Kalau jemaat, tidak fulltime, terserah berapa, serelanya. Kurang ajar, ini sebenarnya. Tidak diukur oleh waktu, berapa banyak. Bukan diukur oleh uang, berapa jumlahnya. Juga bukan diukur oleh status, apakah pendeta, fulltimer, atau bukan. Tetapi hati.

Makanya kita harus mendengar firman Tuhan setiap hari. Mendapat pencerahan, sehingga bisa mengurai apa yang kusut atau abstrak. Apa yang kusut dan abstrak, yaitu segenap hidup bagi Tuhan. Itu abstrak dan perlu diurai. Masing-masing orang memiliki persoalan sendiri. Masing-masing harus mengurai, karena masing-masing individu memiliki kekhasan atau kekhususan. “Dan hidupku yang kuhidupi sekarang ini di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Kalau tulisan Paulus disorot dari kacamata dogmatika, lalu diurai dengan kalimat, tidak ada habis-habisnya sampai sekarang. 

Tetapi kalau dari perspektif implementasinya, kemudian diurai setiap individu dan diperagakan di dalam hidup, akan menjadi catatan abadi di Kerajaan Surga. Kalimat seperti ini, “Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku,” bagaimana mengurai kalimat ini? Setiap individu memiliki pengalaman yang berbeda, tetapi Roh Kudus akan menolong. Filipi 3:7-9, “Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi karena pengenalanku akan Kristus Yesus. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semua dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” 

Paulus sudah punya gelar, dia pernah sekolah menurut tradisi School of Hilal di sekolah teolog-teolog Yahudi pada zamannya. Tetapi pada zaman itu, perdebatan doktrin berbuntut pada penganiayaan; yang salah dianggap sesat, dibuang, dibunuh, ada yang dibakar hidup-hidup. Apakah Tuhan mengajarkan hal itu? Lihat perdebatan-perdebatan di media sosial. Kata-kata yang tidak senonoh diucapkan. Kalau memahami kalimat “Hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup dalam aku,” tidak mungkin Yesus bermartabat seperti orang-orang Kristen dan pendeta-pendeta yang berdebat di media sosial. Tidak jarang jemaat biasa yang tadinya rendah hati, duduk mendengar khotbah, bawa Alkitab. Setelah belajar di sekolah tinggi, kuliah di STT, menjadi sombong. Penuh dengan kritikan dan analisis.

Kamu sudah mati, hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” Ini ayat yang sudah bertahun-tahun kita tahu, kita sudah baca. Tuhan itu dunia kita satu-satunya. Jadi kalau kita sudah mati bersama Kristus, “Hidup kamu sudah mati dan tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah,” artinya kita tidak boleh punya keinginan apa pun kecuali melakukan kehendak Bapa. Kalau tidak, kita tidak tersembunyi bersama dengan Kristus. Jadi, apa pun yang kita kerjakan, itu bukan karena kita punya agenda pribadi. Tidak boleh ada agenda pribadi. Sama sekali tidak boleh. Kita hidup ini semata-mata untuk kepentingan Kerajaan Surga, untuk menyenangkan hati Bapa. 

Kalau tulisan Paulus disorot dari perspektif implementasinya, kemudian diurai setiap individu dan diperagakan di dalam hidup, akan menjadi catatan abadi di Kerajaan Surga.