Kita harus mengalami perjumpaan dengan Allah yang tidak kelihatan, perjumpaan yang benar-benar kita rasakan, kita alami secara konkret dan nyata, sampai kita tidak bisa tidak percaya adanya Tuhan, sebab hidup kita dilingkupi oleh kehadiran-Nya. Dalam doa Bapa kami, Tuhan Yesus mengajarkan kita kalimat, “Datanglah Kerajaan-Mu.” Maka kita harus bertumbuh dewasa terus sampai kita benar-benar menghadirkan Kerajaan Allah di dalam hidup kita. Penghayatan akan Allah yang hidup dari pengalaman konkret, bukan hanya penghayatan di dalam pikiran. Pikiran tidak bisa menghayati secara penuh, tetapi perasaan kita—bahkan fisik kita—karena Allah itu nyata dan hidup.
Seluruh indra kita pasti juga bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup ini. Tentu saja kita tidak mengandalkan pengalaman indra jasmani untuk merasakan dan mengalami Tuhan, tetapi bisa kita alami; panca indra kita ini bisa berinteraksi dengan Allah. Tetapi bukan itu yang utama, karena Tuhan mengajarkan kepada kita untuk percaya walau tidak melihat. Betapa ingin hati Bapa di surga melingkupi kita dengan kehadiran-Nya. Ia sayang kepada kita, sangat sayang. Oleh sebab itu, hal-hal fana yang melingkupi diri kita harus kita buang; apakah itu tontonan, hiburan, hobi atau kesenangan apa pun harus kita buang. Sebab kalau kita tidak membuang hal-hal tersebut, maka Allah tak dapat melingkupi kita.
Terang tidak bisa bercampur dengan gelap. Tuhan juga berkata di Matius 6:24, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Kita harus mengabdi kepada Tuhan, titik! Tidak ada bagian sekecil apa pun untuk yang lain. Dan Tuhan menghendaki demikian; “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” Maka, jangan beri ruangan sejengkal pun untuk yang lain. Kalau kita menyembah Elohim Yahweh, Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, kita hanya menyembah Dia. Kita tidak menyembah siapa pun. Artinya kita hanya memberi nilai tinggi Tuhan, kita mengagungkan Dia lebih dari kita menghargai apa pun dan siapa pun.
Bahkan pada akhirnya, penghargaan kita kepada seseorang atau sesuatu, itu pun karena Tuhan; “Jadi, baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, kita lakukan semua untuk kemuliaan Allah. Bapa ingin kehadiran-Nya kita rasakan, sungguh. Bapa ingin kita berjalan bersama-Nya. Bukan hanya pada waktu kita di gereja atau pada waktu kita berdoa kita tercengkerami oleh kehadiran-Nya, tetapi di setiap waktu di mana pun kita berada. Sebab tubuh kita menjadi bait Roh Kudus. Kalau tubuh kita adalah bait Roh Kudus, maka ada ruang Maha Kudus di dalamnya. Artinya, ada perjumpaan antara kita dengan Allah secara terus-menerus.
Kalau dulu kita tidak sungguh-sungguh, ada wilayah-wilayah—ibarat handphone, ada wilayah blankspot, tidak ada sinyal, tidak tersambung—tetapi sekarang kita tidak boleh ada area blankspot. Di mana pun kita berada, kita harus selalu terhubung dengan Tuhan. Sebab Tuhan sendiri yang berjanji, “Aku menyertai kamu senantiasa.” Tidak ada tempat di mana Allah tidak hadir dan tidak ada waktu di mana Allah tidak menyertai kita. Ia selalu menyertai kita. Karenanya Ia disebut sebagai Imanuel. Orang yang bersama dengan Allah senantiasa setiap waktu dan setiap saat adalah orang-orang yang layak masuk Kerajaan Surga.
Orang yang setengah-setengah—yang muncul tenggelam muncul tenggelam, orang yang tidak tetap tinggal di dalam Tuhan—tidak mungkin dilayakkan oleh Tuhan tinggal bersama dengan Dia. Apalagi mereka yang tidak hidup di hadirat Allah. Setelah meninggal dunia, baru mereka tahu betapa pentingnya, betapa berharganya berjalan bersama Tuhan, betapa bernilainya hidup di hadirat Allah. Kalau pada saat itu ia kemudian berkata, “Perkenankan aku berjalan bersama-Mu, perkenankan aku hidup di hadirat-Mu, Tuhan,” tidak ada lagi waktu, tidak ada lagi kesempatan untuk itu.
Jadi, selagi kita hidup di dunia ini, kita serius benar-benar membangun relasi atau hubungan dengan Tuhan. Jangan menunggu meninggal dunia. Tidak ada waktu lagi untuk itu. Tidak ada kesempatan lagi. Jadi kalau ada orang berkata, “Surga kan nanti, sekarang kita masih di dunia, masih menginjak tanah, menginjak bumi, nanti sajalah soal Tuhan. Kalau mau mati baru sungguh-sungguh mencari Tuhan,” ini adalah orang-orang yang tidak menghargai Tuhan; orang yang “licik.” Waktu di dunia suka-suka menikmati dunia, setelah mati mau masuk surga; orang licik!
Bagi orang Kristen berlaku firman, “Kamu sudah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah” (Kol. 3:3). Artinya, tidak ada lagi yang kita ingini, jikalau hal itu tidak diingini oleh Kristus. Apa yang diinginkan Tuhan Yesus, itulah yang kita ingini. Persoalannya bagaimana kita tahu bahwa itu diingini oleh Tuhan Yesus? Tentu Roh Kudus yang pimpin kita. Hanya dengan demikian kita bisa serupa dengan Tuhan Yesus dan hanya dengan demikian kita bisa menyenangkan hati Tuhan. Inilah rahasia kehidupan.
Tidak ada tempat di mana Allah tidak hadir dan tidak ada waktu di mana Allah tidak menyertai kita.
Imanuel!