Skip to content

Iman yang Dilatih

 

Tuhan melatih kepercayaan kita kepada Pribadi-Nya, Pribadi Bapa di surga, Pribadi Elohim Yahweh, Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus, ketika kita menghadapi masalah. Semakin berat masalah itu, semakin terjepit keadaan kita, semakin kita dilatih untuk memercayai Pribadi-Nya. Kepercayaan itu tidak kelihatan; ada di dalam batin atau hati, yang tentu bisa terekspresi dalam sikap maupun perbuatan. Coba kita membayangkan bagaimana bangsa Israel, umat pilihan Allah secara darah daging, keturunan Abraham, menghadapi berbagai persoalan. Di situ Allah sengaja memperhadapkan bangsa Israel untuk memilih, memercayai Elohim Yahweh atau memercayai yang lain. 

Dan kita melihat dalam Alkitab, bagaimana Tuhan menyatakan kemuliaan dan pertolongan-Nya kepada bangsa Israel ketika mereka menaruh percaya kepada-Nya. Sama dengan kita, kita juga diperhadapkan kepada masalah-masalah berat dan rumit. Semakin rumit masalah itu, semakin kita mempertajam iman kita. Kita percaya kepada Tuhan bahwa Ia tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan mengajar kita untuk memercayai janji-Nya bahwa Dia menyertai kita. “Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Engkau Tuhan yang akan menepatinya. Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap angkatan ini. Orang-orang fasik berjalan ke mana-mana, sementara kebusukan muncul di antara anak-anak manusia” 

Kita pasti menghadapi banyak masalah. Karena kita ada di tengah-tengah orang-orang fasik yang dipakai kuasa gelap untuk menghancurkan, menyakiti, dan melukai kita. Tetapi di situ Tuhan mengajar kita untuk memercayai janji-Nya bahwa Ia menyertai kita. Di mana-mana kita akan berhadapan dengan orang-orang fasik. Kalau dikatakan, “Orang-orang fasik berjalan ke mana-mana, sementara kebusukan muncul di antara anak-anak manusia,” artinya kita berada di tengah manusia yang jahat, di tengah kebusukan manusia. Keadaan itulah yang pasti membuat kita tersakiti. Tetapi hendaknya kita bergantung kepada Tuhan, bersandar kepada-Nya. 

Kalau kita bergantung dan bersandar kepada Tuhan, berarti kita harus hidup dalam kebenaran dan kesucian. Kita harus hidup di dalam kehidupan yang tak bercacat dan tak bercela. Kita akan menghadapi kenyataan di mana kita diperhadapkan kepada pilihan memercayai Tuhan dengan hati yang teduh, dengan tenang, dan bersandar kepada Tuhan, atau kita menjadi galau, khawatir, cemas, dan gusar. Keteguhan hati kita menunjukkan kepercayaan kita kepada Allah yang hidup. Masalah kita bisa datang dari pasangan hidup, orang tua, anak, saudara, orang dekat, orang jauh, atasan, bawahan, teman, sahabat, dan lain-lain. Tetapi ingat, kita memiliki Allah yang hidup, yang membela kita. 

Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Mari kita belajar tidak membela diri. Itu tidak mudah, tetapi di situ kita memperhadapkan orang-orang yang memusuhi kita dengan Tuhan. Perhadapkan mereka dengan Tuhan. Jangan mengharapkan kecelakaan orang yang menyakiti atau merugikan kita. Perhadapkan mereka dengan Tuhan! Kita diam, mengampuni, dan mencari Tuhan; mempersiapkan diri menghadapi kekekalan atau menyongsong kekekalan, berkemas-kemas memasuki kehidupan yang akan datang dan tidak terganggu dengan masalah-masalah hidup yang dihadapi. 

Kalau masalah itu datang dari pasangan hidup, memang itu berat. Banyak istri yang menghadapi masalah suami; yang jahat, yang sewenang-wenang, KDRT. Tidak bisa dibayangkan betapa sakitnya hati wanita yang dulu dicintai, kepadanya berjanji mencintai, tapi ternyata dikhianati, disakiti, dilukai secara fisik maupun batin. Tapi kepada para istri seperti ini, mari kita pandang Tuhan, berkemas-kemas pulang ke surga. Dunia bukan rumah kita. Hadapi dengan teduh dan tenang. Biarlah sang suami menghadapi Tuhan, artinya bawalah dia untuk berhadapan dengan Tuhan. Diam, diam, diam. 

Kalau yang menyakiti kita adalah mertua, ipar, anak sendiri, orang tua sendiri, siapa pun, apalagi anggota keluarga, diam! Jangan sedikit pun membela diri. Sakit, memang. Jangan pikir Tuhan tidak ada! Jangan berpikir Tuhan diam. Yakini Dia hidup, Dia nyata, Dia hadir! Tunggu Tuhan membela kita. Banyak masalah yang kita pasti akan hadapi. Tetapi mari kita doa pagi, kita mencari perlindungan Tuhan, kita berlindung di bawah kepak sayap Tuhan, Allah yang setia. 

Jadi, masalah-masalah hidup kita seperti dapur peleburan di tanah yang menguji dan membuktikan bahwa Allah, Elohim Yahweh yang kita sembah, adalah Allah yang hidup. Selamat berjalan dengan Tuhan! Selamat hidup di dalam naungan sayap Tuhan! Selamat melihat kemuliaan yang Tuhan nyatakan di dalam hidup kita masing-masing.