Skip to content

Hukum Tabur Tuai

 

Kalau gereja tidak mengarahkan jemaat menemukan perlindungan dan perteduhan secara benar, betapa malangnya jemaat. Sebab tidak sedikit gereja yang tidak mengerti bagaimana membawa jemaat menemukan perlindungan tersebut. Dan tidak jarang gereja sebenarnya tidak mengarahkan jemaat menemukan perteduhan secara benar. Memang dari pihak jemaat kadang-kadang juga keras kepala, tidak mau mendengar dan tidak mau taat. Tetapi mari kita mau melihat dari aspek sisi gereja. Gereja yang tidak mengajarkan kebenaran, yang membuat jemaat tidak memiliki perlindungan, adalah gereja yang hanya mengarahkan jemaat untuk memperoleh berkat jasmani. 

Memang, kita memiliki banyak masalah menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi janganlah kita fokus pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Sebab bicara mengenai pemenuhan kebutuhan jasmani, itu ada hukumnya, ada tatanan, ada aturan main yang Allah berikan kepada semua orang secara rata, adil, dan universal atau umum. Jadi, seandainya seseorang tidak ke gereja, atau orang kafir, namun asal dia bekerja rajin dan jujur, maka dia juga bisa diberkati Tuhan. Kita melihat masyarakat di negara-negara tertentu yang tidak ada gereja, tetapi masyarakatnya makmur. 

Jadi apa yang ditabur orang, itu dituainya. Maka, jangan tidak rajin bekerja, jangan tidak jaga pola hidup dan pola makan yang baik. Ironi, jarang gereja berani berkata begitu, sebab seakan-akan kalau jadi Kristen hukum tabur tuai tidak berlaku. Pokoknya, asal berdoa, rajin ke gereja, beri perpuluhan, maka pasti diberkati. Ini menyesatkan, membuat jemaat bodoh. Ada juga yang minta tolong didoakan agar anaknya lulus sekolah atau naik kelas. Sebagai hamba Tuhan, tentu kita tidak keberatan mendoakan orang. Tapi kalau orang tua tidak mendidik anak belajar rajin, jangan salahkan jika tidak naik kelas. 

Betapa kasihan jemaat yang tidak diarahkan kepada kebenaran. Jadi seakan-akan Tuhan itu obat mujarab untuk menyelesaikan dengan mudah penyakit kemiskinan, penyakit kegagalan, penyakit kebangkrutan, penyakit kebodohan. Kita harus hati-hati dengan pendeta atau hamba Tuhan yang “menjual” Tuhan, menjual jasa doa seakan-akan doa itu bisa menggagalkan kemiskinan, kebangkrutan, atau kebodohan. Memang, doa itu berkuasa, tapi doa tidak bisa menggantikan tanggung jawab. Apa yang kita tabur, itu kita tuai. Jadi jangan memperalat Tuhan dengan mudah dapat berkat, kelimpahan, keberuntungan, sukses tanpa kerja keras, tanpa usaha.

Manusia yang tidak tanggung jawab adalah manusia yang tidak mungkin masuk surga. Sebab orang yang tidak bertanggung jawab—orang malas—adalah orang yang menyangkali kemanusiaannya. Jadi, kalau Tuhan berkata, “Karena dosa kamu akan berpeluh kerja keras untuk memperoleh nafkah, dan tanah akan menumbuhkan duri,” berarti di balik ucapan itu, Tuhan mau kita harus kerja keras. Makanya Paulus mengatakan, “Orang yang tidak mau bekerja, dipandang sebagai orang yang tidak mengenal Allah.” Jadi tidak main-main. Jangan anggap remeh masalah tanggung jawab ini. Jangan karena kita punya Tuhan, lalu kita bisa mendapat jalan mudah memperoleh nafkah. 

Kalau Tuhan mempermudah jalan hidup kita, lalu kita menjadi kurang tanggung jawab, kurang rajin, itu Tuhan yang jahat, pasti Tuhan yang palsu. Itu bukan Tuhan yang benar. Tuhan tidak pernah memanjakan kita. Tuhan mau kita kerja keras yang menabur dengan air mata, begitu dalam kitab Mazmur. Jadi mulai hari ini, coba petakan hidup kita. Bangun jam berapa? Lalu melakukan apa? Waktu di kantor kerja keras, miliki produktivitas yang baik. Pulang dari kantor, bisa apa? Ingat! Irama hidup orang tua yang bagus menjadi contoh bagi anak-anak. Waktu adalah anugerah, pemberian yang tidak ternilai.  Maka isi waktu kita dengan kerja keras.