Skip to content

Hidup yang Disita Habis

 

Ketika Tuhan berbicara kepada orang banyak yang berbondong-bondong mengikut Tuhan Yesus, Ia menunjukkan bahwa mengikut Dia bukanlah jalan yang mudah. Tuhan Yesus berkata dalam Lukas 14:28, “Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?” Ini anggarannya besar dan pembangunan menara itu bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi kepentingan umum. Maka Tuhan berkata, “Hitung dulu anggarannya.” Demikian juga kalau orang tahu harga yang sesungguhnya yang harus dibayar menjadi orang Kristen, tidak banyak orang yang berani. Sebab harga menjadi orang Kristen itu adalah hidup-Nya Yesus

Jika kita tidak berani hidup seperti Yesus hidup, sejatinya kita tidak menjadi Kristen. Seseorang bisa beragama Kristen, tapi tidak menjadi Kristen; ia bisa mengaku sebagai anak-anak Allah, tapi bukan anak-anak Allah. Itulah sebabnya kita disebut Kristen, artinya seperti Kristus, Christ-like. Jadi, kalau orang tahu sebenarnya harga yang harus dibayar menjadi orang Kristen, yang artinya Christ-like, maka tidak banyak orang yang berani mengikut. Ironis, kekristenan yang ditawarkan dari abad ke abad, dari generasi ke generasi adalah kekristenan yang telah mengalami devaluasi, yang merosot nilainya. Dan orang-orang yang menerima atau mendengar atau diajar kekristenan yang telah merosot ini, menjadi seorang Kristen yang juga merosot nilainya. 

Tetapi, kalau orang tahu kemuliaan yang akan diperoleh oleh orang yang mengikut Yesus, maka beratnya mengikut Kristus tidak lagi menjadi sesuatu yang menghalangi dia melangkah mengikut Kristus. Roma 8:17 mengatakan, “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Orang yang mengikut jejak Yesus pasti menderita, pasti punya salib. Sekarang kita sedang belajar terus bertumbuh untuk menemukan kekristenan yang sejati dengan harga normalnya, bukan harga yang telah didevaluasi. 

Kita bertumbuh terus di mana mata pengertian kita akan dibuka. Ini bukan sekadar pengetahuan kognitif, melainkan penghayatan dengan seluruh kehidupan yang harus dimulai oleh seorang gembala yang Tuhan percayakan untuk menggembalakan umat-Nya. Sehingga ia bisa membagikan, mentransfer, mengimpartasi, menularkan spirit-Nya kepada jemaat. Tetapi, untuk menemukan kekristenan yang sejati, seseorang harus berjuang. Yang akhirnya, yang dilahirkan adalah kehidupan seperti Kristus. Orang-orang yang dikloning menjadi serupa dengan Kristus. Gereja inilah sekolah Alkitab yang sesungguhnya, di mana setiap umat harus belajar Alkitab dengan benar, belajar bertemu dengan Tuhan, belajar mengalami perjumpaan dengan Tuhan, dan terus mengalami proses perubahan. 

Kita akan mengerti arti salib dan penderitaan ketika kita sampai kepada pengertian bahwa ketika kita masih punya keinginan, berarti cinta kita untuk Tuhan tidak bisa bulat. Padahal Tuhan berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan.” Kita mohon Tuhan memberikan kita hati yang sungguh-sungguh bersedia memberikan cinta kita hanya untuk Tuhan, hormat kita hanya untuk Tuhan, takut kita hanya untuk Tuhan. Jadi kalau kita masih ada perasaan takut dalam sesuatu, berarti kita belum takut sepenuhnya kepada Tuhan.  Maka kalau kita mencintai pasangan hidup, anak, atau siapa pun, kita lakukan karena Tuhan, bukan karena dia. Hormat kita harus hanya untuk Tuhan. 

Kita jaga perasaan seseorang, tapi kita tidak menjaga perasaan Tuhan. Benar-benar kita berkhianat, walaupun dalam stadium kecil. Kalau terus-menerus seperti itu, kita tidak akan menjadi hamba Tuhan yang benar. Kita telah melakukan kesalahan di waktu-waktu yang lalu. Ke depan tidak boleh lagi, kita harus bergantung kepada Tuhan. Jangan kita berbuat salah. Kita masih punya perjalanan panjang dengan banyak godaan, dan pencobaan, banyak ranjau. Mari kita minta Tuhan menolong kita. Kita harus terus dibawa kepada kedewasaan. Sampai kita bisa berkata, “Kalaupun hancur, kujatuh di tangan-Mu.” Itu membuat kita kuat. 

Apa pun yang terjadi, kita harus percaya bahwa Allah itu hidup, Allah itu ada. Karenanya kita harus memiliki waktu menjumpai Tuhan. Di situ kita mengembangkan percaya kita kepada Tuhan. Jadi kita mengerti mengapa ada persoalan-persoalan yang tidak diselesaikan oleh Tuhan, ada kebutuhan-kebutuhan yang tidak dijawab dan tidak dipenuhi oleh Tuhan karena Tuhan menguji seberapa kita menaruh percaya kepada-Nya. Ayo kita masuk kepada kebenaran sejati, bukan Injil yang didevaluasi, tapi Injil yang murni. Ketika Yesus berkata, “Makanan-Ku menyelesaikan pekerjaan-Nya” berarti hidup Yesus disita habis untuk Bapa. Kalau hidup kita belum disita habis untuk Bapa, kita belumlah Kristen sejati.