Skip to content

Hidup yang Berharga

 

Kebesaran Tuhan, kemuliaan Tuhan, keagungan Tuhan tidak dapat kita bayangkan karena melampaui fantasi kita. Kita mau berfantasi sehebat apa pun, sedahsyat apa pun, tidak akan dapat melampaui, mengimbangi kedahsyatan Allah. Kedahsyatan, kebesaran Allah tidak bisa dibayangkan, tidak bisa difantasikan. Jika bisa, Allah menjadi tidak agung, tidak mulia. Kalau perkara-perkara lain, itu bisa difantasikan, bahkan fantasi seseorang bisa melampaui kenyataan dari sesuatu yang difantasikan tersebut. Tapi kalau Allah tidak bisa. Terlalu besar, terlalu dahsyat. Tetapi kebesaran Allah bisa dihayati dalam batas-batas tertentu. 

Namun mestinya kita bisa menghayati kedahsyatan Allah, kemuliaan Allah, keagungan Allah, kesucian Allah, keluhuran Allah yang itu akan membuat kita lebih menghormati Dia, lebih takut akan Dia, dan tentu lebih mencintai Dia. Kekaguman kita bertambah dari hari ke hari terhadap Tuhan. Hormat kita bertambah dari hari ke hari, takut kita akan Allah adalah takut yang kudus, bertambah-tambah setiap hari. Dan kecintaan kita pun bertambah. Sebenarnya di sini ada unsur supranatural, unsur transenden. Sebab di dalam hal ini, kita bersentuhan dengan Allah yang transenden, artinya melampaui akal. 

Dalam perjumpaan-perjumpaan dengan Allah yang transenden tersebut, secara supranatural kita bisa menghayati kebesaran, kedahsyatan, dan kemuliaan-Nya. Karenanya, betapa berharganya kesempatan-kesempatan di mana kita bisa duduk diam di kaki Tuhan, entah di dalam doa pribadi atau doa bersama. Luar biasa. Kita harus benar-benar memercayai Dia Allah yang hidup, yang bisa dijumpai, yang dengan-Nya kita bisa berinteraksi, dan itulah kehidupan. Tidak ada kehidupan di luar Tuhan. Tidak ada yang berkualitas dalam hidup ini kecuali Tuhan. Hidup kita menjadi berharga ketika kita berinteraksi dengan Tuhan. 

Kita membaca dalam Alkitab, bagaimana seorang yang bernama Henokh berjalan dengan Allah. Kehidupan seperti ini indah sekali. Kehidupan Yusuf, sehingga ia memiliki kecerdasan, bukan hanya mengartikan mimpi Firaun melainkan juga dapat menyelamatkan seluruh Mesir bahkan keluarganya di Kanaan, itu akibat perjumpaan dengan Tuhan, pergaulan yang terus-menerus. Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, orang-orang yang dicatat di dalam sejarah kehidupan manusia adalah orang-orang yang bergaul dengan Tuhan.

Dan kita melihat satu prototipe dari Manusia sempurna yang hidup dalam persekutuan dengan Bapa. Bapa tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Model dari Manusia sempurna yang juga harus kita kenakan. Tidak ada ampun, tidak boleh ditawar, karena kehidupan seperti itulah kehidupan yang Allah Bapa kehendaki. Tidak boleh kita kompromi dengan dunia. Kompromi dengan dunia berarti merendahkan dan mereduksi harga yang harus kita bayar di dalam kehidupan ini sebagai umat pilihan, yaitu meneladani Yesus. Yesus bergaul dengan Allah Bapa. Perhatikan bagaimana Dia bangun pagi, berdoa. Perhatikan bagaimana Yesus mencari tempat sepi, berdoa. 

Di situlah ada perjumpaan-perjumpaan dengan Allah Bapa. Di situlah Yesus mendapatkan impartasi dari Roh Allah yang mempersiapkan Dia untuk memasuki hari-hari ke depan yang lebih berat, sampai pada Via Dolorosa, bahkan naik ke bukit Golgota. Bapa yang memberikan pertolongan dan kekuatan. Karenanya Yesus berkata, “Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Bapa di dalam Aku yang mengerjakan.” Namun walaupun Bapa yang mengerjakan, bukan berarti Yesus tidak berperan. Yesus menyediakan bejana hidup-Nya untuk dipenuhi oleh Allah, sehingga Alkitab mengatakan, “Kepenuhan Allah atas diri-Nya.” Dan itulah yang membuat Yesus dapat menjalani hidup, menyelesaikan tugas penyelamatan, dan sukses menjadi Juru Selamat yang menyelamatkan kita semua. 

Dan jika kita menjalaninya juga, betapa luar biasa hidup ini; menjalani hidup dalam persekutuan dengan Bapa. Karena Allah dahsyat melampaui yang kita fantasikan, tapi bisa kita rasakan lewat perjumpaan, lewat pertemuan pribadi dari waktu ke waktu, dari hari ke hari. Ini satu hal yang luar biasa yang kita harus sungguh-sungguh perhatikan. Jangan sampai kesempatan ini berlalu dan kita tidak lagi memiliki kesempatan sampai selama-lamanya. Ini adalah bagian dari berkat yang kita terima dari Tuhan yang tidak bisa ditukar oleh apa pun. Berkat yang abadi. Mari kita mengalami Tuhan yang dahsyat. Yang tidak bisa kita fantasikan, mau seheboh, sedahsyat apa pun, tapi bisa kita rasakan keagungan-Nya, kemuliaan-Nya, kekudusan-Nya, kebesaran-Nya, dan kedahsyatan-Nya bisa kita alami.