Skip to content

Hidup Menjadi Saksi

Kehidupan kita harus menjadi berkat bagi orang lain sebab Tuhan Yesus sendiri berkata, “Seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani,” Matius 20:28. Demikian pula orang percaya harus sampai pada level kedewasaan rohani yang hidupnya melayani. Jadi, melayani itu suatu keharusan. Kalau bisa dikatakan, suatu kodrat. Tidak bisa tidak, setiap orang percaya yang telah ditebus oleh darah Yesus Kristus, pasti menjadi berkat bagi orang lain. Tidak ada orang percaya yang tidak menjadi berkat, tidak ada orang percaya yang tidak melayani. Tetapi, melayani itu bukan berarti aktif dalam kegiatan gereja saja. Ini konsep salah yang telah ada di dalam pikiran banyak orang artinya melayani itu harus ada dalam lingkungan gereja, dalam kegiatan pelayanan gereja. Jika tidak, maka itu bukan pelayanan. 

Kegiatan di dalam lingkungan gereja, benar sebuah pelayanan. Tetapi pada intinya, pelayanan adalah kegiatan hidup yang membuat orang mengenal Allah. Kegiatan hidup, aktivitas hidup yang membuat orang mengenal Tuhan. Memperkenalkan Tuhan bukan hanya mendengar cerita tentang Yesus, namun harus juga melalui peragaan hidup, bagaimana seseorang memperagakan hidup-Nya Tuhan di dalam dirinya. Dan ini barulah disebut sebagai saksi. Bangsa Israel menjadi saksi untuk menunjukkan siapakah Allah yang benar itu, Allah yang menciptakan langit dan bumi, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah yang membebaskan Israel dari perbudakan Mesir, Allah yang mengutus Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus menjadi Juruselamat bagi umat manusia. 

Yesus adalah Saksi yang setia. Dia membuktikan, Dia menyatakan bagaimana sifat Allah di dalam hidup-Nya. Karenanya Alkitab mengatakan, “Kepenuhan Allah atas diri-Nya.” Karena Dia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang menyatakan diri dalam manusia. Yesuslah manusia Allah, di mana Allah berdiam di dalam diri-Nya, dan Yesus sendiri menyatakan tubuh-Nya adalah bait Roh Kudus. Orang percaya harus menjadi saksi yang setia juga. Bukan hanya menceritakan tentang siapa Yesus, atau bagaimana Yesus dalam sejarah, melainkan menunjukkan kehidupan Yesus melalui hidup kita.

Orang percaya harus menjadi saksi yang sama dengan harus melayani Tuhan; artinya di dalam aktivitas hidupnya menunjukkan siapa dan bagaimana Allah yang benar itu. Maka pelayanan bukan hanya kegiatan di lingkungan gereja, melainkan dalam seluruh aktivitas hidup di mana pun kita berada—di tengah keluarga sendiri, keluarga besar, pergaulan, tempat pekerjaan, kampus, gereja, di mana pun—kita harus menunjukkan kehidupan sebagai anak-anak Allah yang memiliki sifat-sifat Allah Bapanya. Maka, kita disebut “Kristen” yang artinya seperti Kristus. Ironis sekali kalau seorang pendeta, hamba Tuhan, seorang aktivis jemaat justru tidak menunjukkan kehidupan sebagai pelayan Tuhan, tidak menunjukkan kehidupan Kristus. Misalnya, mulut bocor, sembarangan menulis sesuatu di media sosial yang menunjukkan kebencian, dendam, mencemarkan dan menjatuhkan orang lain, merusak karakter orang dan lainnya. Dan itu terjadi di lingkungan gereja. Fakta ini sudah terjadi di mana-mana. 

Karakteristik Allah tidak demikian. Karakter Kristus tidaklah demikian. Tentu kita mengharapkan kita dapat prestasi yang bagus di hadapan Allah dan nanti diwisuda di dalam Kerajaan Surga, dinyatakan sebagai pewaris-pewaris janji Allah bersama-sama dengan Yesus Kristus. Mari kita menyadari bahwa kita adalah orang-orang yang ditebus oleh darah Yesus, artinya kita harus menjadi pelayan Tuhan. Roh Kudus akan menolong kita untuk itu. Jadi sebenarnya secara otomatis atau dengan sendirinya, orang Kristen yang bertumbuh dewasa itu akan makin sempurna seperti Bapa, makin serupa dengan Yesus, makin menjadi berkat bagi orang lain. 

Menjadi berkat bukan hanya membagi uang atau makanan—walau tentu saja hal itu harus dilakukan–tapi lebih dari itu, menjadi berkat berarti menunjukkan siapa dan bagaimana Allah kita. Dengan demikian, kita menjadi saksi apakah Yesus Kristus yang mengaku Anak Allah itu benar-benar Anak Allah? Apakah Yesus Kristus yang diklaim sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah benar-benar Tuhan dan Juruselamat? Kitalah yang membuktikan. Dengan menerima Yesus sebagai Juruselamat, yang karenanya kita menerima Roh Kudus dan digarap oleh Roh Kudus, maka kita dapat membuktikan bahwa benar Dia Juruselamat. Bukan dengan perdebatan-perdebatan.

Tuhan mau mendidik kita dan pasti Tuhan menolong untuk membuat kita bisa menjadi orang-orang yang memiliki hati Tuhan dan mengekspresikannya. Namun kita harus berkerinduan sungguh-sungguh, kita harus punya ambisi yang kuat bagaimana memiliki hati Tuhan. Maka, jika kita benar-benar memiliki hati Tuhan, di mana pun kita berada, kita menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang. Di tengah-tengah kesibukan kuliah, berkarier, bisnis, dan berkeluarga, hidup kita memancarkan sifat-sifat Allah, memancarkan kehidupan Yesus. 

Orang percaya harus menjadi saksi yang setia, bukan hanya menceritakan tentang siapa Yesus, atau bagaimana Yesus dalam sejarah, melainkan menunjukkan kehidupan Yesus melalui hidup kita.