Skip to content

Hidup dalam Kepastian

Saudaraku,

Mengikut Tuhan dengan benar dalam pandangan orang yang tidak mengenal Allah dan yang tidak beriman adalah kehidupan dalam ketidakpastian. Dan perasaan seperti itu juga bisa merasuk ke dalam pikiran kita. Terutama bagi mereka yang baru mengikut Tuhan. Bulan-bulan atau tahun-tahun pertama mereka akan berpikir: “Kok aku seperti hidup dalam ketidakpastian?” Apalagi di sekitar mereka pada umumnya orang tidak menaruh harap kepada Tuhan; tidak menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan, tidak menanti-nantikan Tuhan. Sehingga perasaan memiliki hidup dalam ketidakpastian itu menjadi makin kuat. Sejarah Kerajaan Allah menunjukkan bahwa orang-orang yang memercayai Elohim Yahweh atau mengikut jalan Tuhan, tidak dipermalukan. Alkitab juga mengatakan, “Yang percaya pada-Ku, tidak dipermalukan.”

Pernahkah Saudara merenungkan, suatu saat ketika seseorang menutup mata, ternyata ia tidak dikenal Allah? Tetapi bagi kita yang sungguh-sungguh mencari Tuhan—yang sekarang mungkin “dikata-katai” karena pengiringan kita kepada Tuhan—tidak dipermalukan. Maka Saudara harus bertumbuh terus dalam pengenalan akan Allah, melalui kebenaran Firman dan melalui perjumpaan pribadi; doa. Sehingga yang tadinya Saudara merasa hidup dalam ketidakpastian, berubah. Saudara justru mengerti, merasa bahwa inilah hidup dalam kepastian. Lalu Saudara melihat orang yang kelihatannya hari ini kuat—secara finansial, relasi dengan pejabat, atau secara fisik—justru hidup dalam ketidakpastian.

Kita ini seperti telur di ujung tanduk, Saudara. Tapi telur yang digenggam oleh tangan Yang Mahakuat, tidak akan jatuh atau hancur. Mungkin kita nyaris jatuh, nyaris gagal, nyaris hancur tapi tidak hancur. Tapi mereka yang kelihatannya tidak “nyaris”—seperti yang dikatakan dalam Mazmur 73—namun dalam sekejap hancur dan muka mereka dipandang hina. Sebab sejatinya, hanya pada TUHAN ada kepastian; dan di luar TUHAN tidak ada kepastian, tidak ada jaminan. Masalahnya, Tuhan tidak kelihatan. Apalagi Tuhan kadang-kadang seperti tidak ada. Dan bagi kita yang dilatih Tuhan untuk memercayai Allah, sering di dalam situasi di mana Tuhan seakan-akan tidak ada, seakan-akan TUHAN tidak menyatakan pertolongan-Nya. Sehingga kita menjadi ragu-ragu.

Tuhan adalah Pribadi terhormat dan memiliki harga diri. Tuhan tidak ingin kita percaya hanya karena kita melihat bukti-bukti lahiriah. Justru, ketika tidak ada bukti-bukti lahiriah, kita harus tetap memercayai Dia, sebab Dia layak dipercayai. Kita akan melihat kemuliaan Allah dari waktu ke waktu kalau kita percaya kepada-Nya; percaya walau tidak melihat. Jaminan apa yang diberikan Allah kepada Abraham ketika ia disuruh keluar dari Ur Kasdim dan dijanjikan akan punya anak sebanyak bintang di langit dan pasir di laut?  Apa jaminannya? Tidak ada, bukan?

Di suatu kesempatan, Tuhan Yesus berkata kepada para murid, “Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.” Apa jaminannya? Faktanya, Yesus disalib, diseret, berdarah-darah di sepanjang Via Dolorosa, dan Ia ‘tidak sanggup’ menolong diri-Nya sendiri. Dan aniaya begitu hebat yang dialami oleh Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya waktu itu. Jaminan apa yang Yesus bisa berikan? Tidak ada, kecuali percaya. Percaya, namun faktanya sejraha mencatat bagaimaa gereja Tuhan teraniaya hebat. Namun mereka percaya bahwa Yesuslah yang empunya surga, yang menerima segala kuasa di surga dan di bumi. Mereka percaya bahwa Yesus akan datang kembali dan menjemput mereka. Dan itu adalah sikap menghormati Allah. Percaya tanpa jaminan! Kita harus melatih percaya kita, supaya kita bisa memercayai Pribadi-Nya Yang Agung.

Apa pun dan bagaimanapun keadaan kita, makin hari kita akan makin melihat bahwa hanya Dia yang bisa kita harapkan. Manusia boleh kaya, hebat, punya kenalan pejabat tinggi, tapi ada ruangan hatinya yang gelap yang dia tidak bisa jawab. Tapi kalau kita percaya Tuhan, tidakada ruangan gelap; semua terang. Dia menjamin dan Dia bisa dipercayai! Biar kita dianggap bodoh, atau dipermalukan di depan manusia, kita diam. Ada yang menjamin kita. Namun kalau kita membela diri, kita melecehkan Allah. Allah itu hidup. Allah itu nyata.

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

Kita harus melatih percaya kita, supaya kita bisa memercayai Pribadi-Nya Yang Agung dan makin hari kita akan makin melihat bahwa hanya pada TUHAN ada kepastian.