Kisah Rasul 2:40
“Dan dengan banyak perkataan lain lagi, ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh, dan ia mengecam serta menasihati mereka, katanya, ‘Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.’”
Ini adalah sepotong catatan dari tabib Lukas yang menulis Kisah Rasul pada waktu kebangunan rohani yang hebat terjadi di kota Yerusalem. Ribuan orang Yahudi menjadi orang Nasrani, menjadi orang Kristen, lalu rasul-rasul mengajar mereka. Banyak nasihat yang diberikan, juga kecaman-kecaman dari ratusan, bahkan bisa ribuan kalimat nasihat. Ada satu pernyataan yang dicatat oleh tabib ini: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.” Dalam terjemahan King James tertulis, ‘Save yourselves from this untoward generation.’ Mereka harus memberi diri diselamatkan dari angkatan yang jahat. Perhatikan, memberi diri diselamatkan. Kalimat ini menunjuk harus adanya usaha masing-masing orang percaya untuk menyelamatkan diri. Tentu, ini harus merupakan usaha yang memadai, bukan ala kadarnya, melainkan yang sungguh-sungguh, agar mereka bisa keluar dari kubangan dosa yakni kubangan pola hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Pada suatu kesempatan, ada orang berkata: “Saya sudah olahraga, tetapi mengapa kesehatanku masih buruk seperti ini? Apa artinya olahraga kalau ternyata tidak menyelamatkan kesehatan saya?” Sementara saat ditelusuri, yang dimaksud dengan olah raga itu hanya jalan beberapa puluh meter di sekitar rumahnya. Dan yang mana tidak diimbangi dengan pola hidup yang baik, akibat pola makan dan pola tidur yang tidak teratur. Maka pantaslah kalau kesehatannya tetap memburuk. Orang seperti ini pada dasarnya memang tidak serius mau sehat. Dan ini menjadi gambaran banyak orang Kristen yang merasa diri sudah mengusahakan keselamatan abadinya, namun usahanya sangat tidak memadai, tidak mampu mengimbangi kejahatan yang sudah melekat di dalam dirinya, dan pengaruh jahat dunia sekitar yang menggiringnya ke dalam kegelapan.
Kalau rasul Lukas ini berkata, Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini, maka harus diusahakan secara memadai untuk mengimbangi dosa yang sudah melekat di dalam daging kita dan pengaruh jahat yang cenderung membawa kita menjauhi Tuhan. Ironis, banyak orang telah tertipu oleh kuasa gelap. Ia merasa telah mengusahakan diri untuk menjauhi kejahatan, menjauhi kebinasaan atau api kekal, tetapi usahanya belum memadai. Dalam kecerdasannya iblis mengunci orang-orang itu pada level tertentu. Memang, mereka tidak terlibat dalam korupsi, sebagai suami tidak pernah skandal perzinaan, sebagai karyawan pun dipandang baik, sebagai pengusaha adalah pengusaha yang dinilai bersih, namun mereka dikunci di situ.
Orang-orang itu lupa bahwa orang percaya harus menyelamatkan diri dari angkatan yang jahat, bukan saja memiliki satu standar moral yang baik, namun sampai tingkat menjadi manusia Allah. Ini penting harus dipahami. Tuhan mau kita menjadi manusia Allah, sebab keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Dan satu-satunya makhluk yang disebut makhluk roh itu hanya manusia. Makhluk yang lain, binatang, itu makhluk daging yang menggerakkan hidupnya karena dorongan pemenuhan kebutuhan dagingnya. Tetapi makhluk roh itu hidup di dalam dorongan untuk melakukan kehendak Penciptanya. Jadi, Tuhan menciptakan makhluk satu ini dengan menaruh Roh-Nya di dalam diri kita supaya makhluk yang disebut manusia ini mampu melakukan kehendak Tuhan.
Keselamatan adalah usaha Tuhan untuk mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Maka seharusnya seluruh kegiatan pelayanan harus diproyeksikan, diarahkan kepada hal ini: menjadi manusia Allah. Jadi saat dikatakan, kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, itu memiliki implikasi dan konsekuensi yang berat. Ketika Tuhan mau mengembalikan kita kepada rancanganNya dan proses keselamatan itu berlangsung dalam hidup seseorang, saat itulah kita menjadi makhluk roh. Kalau di dalam surat 1 Timotius 6, menjadi ‘Man of God’ (manusia Allah), artinya: yang pertama, manusia harus memiliki moral Allah. Itu implikasinya, karena diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Yang kedua, seluruh potensi yang ada pada manusia harus dikembangkan. Jadi, kita harus bekerja keras, bekerja giat dan tidak boleh setengah-setengah. Sebab, kerja manusia hanya menjadi berarti ketika seluruh prestasi yang dicapainya untuk kemuliaan Tuhan. Jadi, prestasi yang kita capai seharusnya mendatangkan damai sejahtera bagi orang lain, menjadi berkat bagi manusia lain serta mendukung terlaksananya pemberitaan Injil, sehingga setiap manusia dapat mendegar dan didewasakan oleh Injil tersebut.
Yang ketiga, manusia punya kapasitas untuk berinteraksi dengan Tuhan. Dalam hal ini, manusia memang disetting menjadi teman interaksi Tuhan. Monyet tidak punya kapasitas itu, hanya manusia. Jadi, keselamatan yang kita miliki akan benar-benar terwujud kalau saudara mencapai ketiga hal tersebut.