Saudaraku sekalian,
Setiap agama akan mengklaim Allahnya adalah yang paling benar. Dan mereka juga akan membuktikan itu dari kitab suci mereka, dan bahkan dari pengalaman-pengalaman hidup mereka. Kita tidak boleh berpikir picik, seakan-akan kita memiliki argumentasi yang paling kuat. Setiap agama memiliki argumentasi. Dan mereka merasa argumentasi mereka juga kuat dan kokoh, dari kitab suci yang mereka miliki. Mereka memiliki ahli-ahli tafsir mereka, mereka memiliki buku-buku, mereka memiliki apologet-apologet, bahkan mereka juga bisa membuktikan bahwa Allah mereka itu benar ada dan berkuasa dari pengalaman hidup mereka. Dari perspektif kita, kita merasa argumentasi kita paling kuat, kita pasti merasa bahwa ajaran kita paling benar, Allah kita paling benar, lalu kita bisa membuktikan dari penafsiran-penafsiran kita atas Alkitab dan kesaksian-kesaksian hidup dan nyata.
Mengemukakan hal ini bukan berarti saya sedang menyetujui bahwa ada kebenaran di luar Alkitab. Jelas sebagai orang percaya kita percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya wahyu Allah. Tetapi mari kita berpikir, bagaimana kita masing-masing dapat benar-benar membuktikan bahwa Allah kita hidup dan nyata? Bukan berdasarkan tafsir-tafsir yang bisa ditulis, bukan berdasarkan penjelasan-penjelasan para teolog, bukan juga berdasarkan pengalaman spektakuler yang orang lain alami—apakah dalam bentuk mimpi, penglihatan, kesembuhan, mukjizat, dan lain sebagainya—tetapi berdasarkan dari apa yang kita sendiri alami.
Kalau kita yakin Allah yang kita sembah itu hidup, kita mesti mengalami tanpa keraguan sama sekali bahwa Allah kita adalah satu-satunya Allah yang benar, Allah yang hidup dan nyata di dalam hidup kita. Sekarang banyak orang mengaku sebagai apologet Kristen, meluruskan ajaran Kristen, lalu begitu mudah menista orang lain. Dari cara bicara itu pun mereka sudah menunjukkan tidak adanya kesantunan. Jangankan dilihat dari kacamata rohani, dari kacamata dunia saja sudah tidak etis. Tetapi kita tidak perlu mempersoalkan hal itu. Kita menganggap itu bukan masalah, karena masing-masing orang merasa memiliki hak untuk bicara apa saja. Tetapi kita sudah bisa menilai kualitas manusia-manusia seperti itu.
Lebih dari segala hal yang kita dengar dari kesaksian orang atau pandangan teologi seseorang, kita sendiri harus mengalami Allah itu hidup. Kalau kita perhatikan perdebatan-perdebatan antara agama A dan agama B, itu tidak akan pernah bertemu dalam persaudaraan dan persahabatan, walaupun kelihatannya secara luar mereka saling menerima toleransi, tetapi ada intoleransi dalam batin mereka masing-masing, karena masing-masing pasti tidak mau mengakui yang lain itu benar. Demikian pula perdebatan antara teolog di dalam gereja. Sejarah gereja membuktikan tidak pernah perdebatan itu berhenti. Dari sejak ribuan tahun yang lalu. Lalu siapa yang berhak mengklaim atau mengaku dirinya benar?
Kembali sekarang kepada kita masing-masing, bagaimana setiap kita benar-benar mengalami Allah yang hidup. Dan pengalaman Allah yang hidup itu hanya bisa dibuktikan oleh satu hal, ketika perilaku kita sempurna seperti Bapa, agung serupa dengan Yesus. Hanya itu pembuktian yang tidak bisa dibantah. Perdebatan teologi tidak akan pernah usai, yang berakhir dan bisa berbuntut pada pertikaian, penzoliman, penistaan. Tetapi kalau kita mengenal Allah yang hidup secara konkret, maka kita bisa membuktikan kebenaran Allah, Allah Israel, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub, dan menyaksikannya dalam hidup kita pribadi dalam kesaksian batin yang ditandai dengan kehidupan yang agung sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus.
Dan tentu kita tidak akan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, membusungkan dada dan menyatakan bahwa kita paling kudus, atau paling baik. Kita semua juga masih belum sempurna, kita tidak mengaku bahwa kita paling baik, atau paling suci, sebab yang tahu mengenai kebaikan, kesucian individu itu hanya Allah, hanya Tuhan saja. Ayo, kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Firman Tuhan katakan, “Siapa yang mencari Aku akan Kubuat menemukan Aku, carilah Aku selama aku berkenan ditemui, dan Aku tidak membuat orang yang mencari Aku sia-sia.” Mari kita mengggumulinya untuk membuktikan bahwa Allah yang benar dan satu-satunya adalah Allah Israel. Kita memiliki kesaksian batin dan hidup kita diubahkan.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Lebih dari segala hal yang kita dengar dari kesaksian orang atau pandangan teologi seseorang, kita sendiri harus mengalami Allah itu hidup.