Skip to content

Harus Berusaha

Sejujurnya, ada di antara kita yang masih merasa asing dengan Tuhan. Itu berarti ada sesuatu yang salah dalam hidup kita dan sejatinya, itu sangat membahayakan. Kita merasa asing walaupun kita sudah memanggil-manggil nama-Nya. Hal itu terjadi karena kita belum memiliki hubungan yang eksklusif, yang intim dengan-Nya. Kita harus sadar akan hal itu. Jangan membiarkan keadaan ini berlarut-larut. Kita harus berusaha untuk bagaimana memiliki hubungan yang intim dengan Allah. Memang semua kita perlu proses. Syukur kemudian kita sadar ini salah, ini munafik. Sehingga akhirnya, kita mau mengubah cara hidup kita agar bisa menyatu dengan Tuhan. 

Ironis, orang-orang yang hidup sekarang ini tidak eksklusif dengan Tuhan, namun tidak tahu betapa bahayanya keadaannya itu. Ketika suatu hari bertemu dengan Tuhan, baru mereka menyesal. Dia, Bapa, benar-benar mau menjadi Bapa dalam hubungan Bapa dan anak yang harus eksklusif. Jangan hanya menyebut Allah sebagai Bapa tanpa memiliki pengalaman sentuhan sebagai anak dengan Bapa dalam hubungan yang eksklusif. Jangan kita abaikan dan main-main dengan hal ini. Kita harus mencari cara bagaimana kita bisa memiliki hubungan yang eksklusif—bukan hanya ada di dalam pikiran sebagai teori bahwa Bapa itu Allah dan kita adalah anak—melainkan sebagai pengalaman yang benar-benar menyentuh, dan Bapa juga merasakannya. 

Suatu hari kita akan bertemu dengan Tuhan kita, Yesus Kristus, dan itu pasti. Sebab setiap orang harus menghadap takhta pengadilan Kristus (2 Kor. 5:9-10). Yesus benar-benar memberi diri untuk menjadi Sahabat yang begitu karib dan akrab, sehingga seperti menjadi mempelai. Begitu yang dikatakan dalam Efesus 5:31, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” Jadi, hubungan Kristus dan jemaat itu begitu eksklusif. Sampai tidak ada yang dapat menggambarkan atau menganalogikan kecuali hubungan suami istri. 

Seorang laki-laki meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya. Kita pun harus berani meninggalkan segala sesuatu yang membuat kita terhalang untuk memilki hubungan yang eksklusif dengan Tuhan. Jadi selagi kita masih hidup dan memiliki kesempatan untuk memiliki hubungan eksklusif, kita harus berusaha. Di gereja kita hanya memiliki waktu 45 menit hingga 1 jam untuk mendengarkan Firman Tuhan. Maka, selanjutnya kita sendiri yang harus menggeliat, berusaha dalam menit-menit, jam-jam, hari-hari kita untuk menemukan Tuhan dan memiliki hubungan dengan Dia secara benar. Seperti yang dikatakan Paulus dalam 2 Korintus 11, “Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.”

“Perawan suci” di sini maksudnya adalah hati yang tidak terikat dengan sesuatu. Tidak terfokus pada sesuatu, sehingga menghalangi atau merusak hubungan eksklusif kita dengan Tuhan. Allah punya banyak anak, tentu. Tetapi ada anak-anak yang tidak memiliki hubungan yang benar dengan Bapa, karena mereka nakal; ikut jalan dunia, bukan ikut jalan Tuhan. Maka, kita harus nekat atau memaksa diri. Kalau kita tidak keras kepada diri kita, maka dunia akan keras memengaruhi kita dan banyak di antara kita yang masih sakit, belum dewasa di mata Tuhan. Ironisnya, banyak orang tidak peduli; apakah dia cantik di hadapan Tuhan atau tidak. 

Selama kita masih hidup di bumi, mungkin memang tidak ada yang mempersoalkan keadaan kita. Tetapi kalau kita mati, kita akan menghadap takhta pengadilan Kristus dan harus bertanggung jawab bagaimana kita mengisi hari kita. Kita harus mengenali keadaan kita, apakah sudah cantik atau belum di hadapan Tuhan? Manusia lahiriah kita semakin merosot, semakin rentan, tetapi manusia batiniah kita harus selalu dibarui; dipercantik. Jangan fokus untuk banyak hal sampai kita tidak memperhatikan manusia batiniah. Kita harus mau berubah dan yang bisa mengubah itu Tuhan, bukan manusia. 

Kita kelola batin kita. Jangan punya dendam, benci, melukai orang; dilukai pun jangan membalas. Itu kesempatan untuk mengolah batin kita. Kalau kita baik dengan orang baik, itu biasa. Kita baik kepada orang jahat, itu yang luar biasa dan anak-anak Allah harus begitu. Fokusnya di manusia batiniah; tak dendam, tak benci, tak cemburu, jujur, mulut benar, pikiran bersih. Kalau tak perlu bicara, tidak usah bicara, setiap perkataan menjadi berkat. Dan itu dilatih secara teknis, praktis dan natural setiap hari; itu kesucian. Bicara mengenai kesucian tak usah muluk-muluk. Setiap kata yang kita ucapkan, setiap gerak pikiran perasaan kita, perbuatan-pebuatan kita harus terus kita koreksi. Hari ini kita bertobat dan jangan berbuat dosa lagi. Itulah arti hidup yang bermakna.

Jadi selagi kita masih hidup dan memiliki kesempatan untuk memiliki hubungan eksklusif, kita harus berusaha.