Skip to content

Harmonisasi Hubungan dengan Allah

 

Allah Yang Maha Besar, Allah Yang Maha Tinggi, nilainya tidak terjangkau seiring dengan kebesaran, kemuliaan dan keagungan-Nya yang juga tidak terduga dan tidak terbatas. Maka berapa harga Allah bagi kita juga mestinya tidak terbatas. Namun ada satu kesalahan yang dilakukan banyak orang, yaitu ketika memandang Tuhan murahan, seakan-akan mudah mencapai Tuhan.  Besarnya kemurahan Allah atas kita—dengan memberi keselamatan secara gratis atau hanya oleh anugerah dengan kurban Yesus Kristus—jangan membuat kita memandang Tuhan itu murahan. Setelah kita ditebus oleh darah Yesus, kita dibenarkan, dan dibawa ke hadapan Allah Bapa. Maka kita harus diperdamaikan dalam proses perdamaian terus-menerus, bukan hanya seperti satu titik, sebab perdamaian itu harus terus berlangsung sampai mencapai puncak setinggi-tingginya yang dimiliki manusia, atau dengan kalimat lain, mencapai harmonisasi hubungan setinggi-tingginya.

 Dengan keagungan karakter-Nya, kesucian pribadi-Nya, maka kita yang rusak, diperdamaikan. Maka harus ada proses perubahan dalam diri kita untuk mengimbangi kesucian dan kekudusan Allah, dan ini proses yang tidak akan pernah berhenti sampai kita meninggal dunia. Ingat hal ini, kalau kita diperdamaikan dengan Allah, bukan berarti kita sudah tidak punya tanggung jawab. Bagi orang yang tidak mengalami perdamaian dengan Allah, maka ia tidak memiliki tanggung jawab untuk membangun diri guna memiliki keadaan supaya bisa harmoni dengan Allah. Tapi kita punya tanggung jawab di mana kita harus mengembangkan diri, mendewasakan diri untuk bisa mengimbangi keagungan Tuhan, supaya bisa mencapai puncak harmonisasi setinggi-tingginya. 

Dulu, mungkin kita merasa sudah sampai pada puncak harmoni dengan Tuhan, dan seakan-akan sudah tidak bisa lagi ditumbuhkan, sudah ideal. Sekarang, kita mengerti bahwa membayar harga harmonisasi dengan Allah itu bertahap. Seiring berjalannya waktu, seiring dengan pertumbuhan iman kita, seiring dengan bertumbuhnya cinta kita kepada Tuhan, seiring dengan bertumbuhnya hormat kita kepada Tuhan, seiring itu pula kita membayar, menaruh hidup kita, sampai tidak ada yang kita sisakan. Untuk masuk ruang maha suci Allah, kita harus terus bertumbuh. Sebab Allah itu tidak murahan. Kalau tubuh kita adalah bait Roh Kudus, mesti ada ruang maha suci di situ. Bagaimana kita menguduskan diri sampai kita memiliki ruang maha kudus-Nya, dan Allah nyaman tinggal di dalam kita? Sebab itulah harmonisasi hubungan dengan Allah. 

Menoleh ke belakang rasanya kita telah menyia-nyiakan begitu banyak waktu yang membuat karakter kita sebenarnya masih berantakan. Apalagi para teolog banyak yang matanya makin gelap, karena mereka memformat Tuhan, menalar di dalam pikirannya tanpa perjumpaan yang proporsional. Hari ini, mari kita bangkit, menyediakan waktu sebanyak-banyaknya untuk duduk diam di kaki Tuhan. Kalau kita menjumpai Allah, seakan-akan kita tidak punya konsep atau teologi apa-apa tentang Dia. Kita menghampiri Tuhan, di situ kita bisa mencium kekudusan Allah, dan bagaimana kita harus mencapai kekudusan itu. Kalau kita sudah mencium kekudusan Tuhan, maka kita baru bisa mengalami apa yang disebut lapar dan haus akan kebenaran. Sebab kalau hanya ada di kepala, tapi kita tidak menjumpai Allah sampai pada kesucian Allah yang dibukakan, dihamburkan, disebarkan oleh Tuhan, maka kita tidak pernah mengerti apa artinya haus dan lapar akan kebenaran. 

Oleh sebab itu, pecahnya hati seseorang di hadapan Tuhan tidak bisa dicapai dalam seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan, setahun, dua tahun, tetapi harus lewat waktu panjang. Orang bisa menciptakan perasaan mellow sesaat, tapi bukanlah pecah hati yang sesungguhnya. Dia harus belajar dari waktu ke waktu. Harus ada perjumpaan dengan Allah dalam waktu lama, sampai Allah bisa memancarkan keharuman kesucian-Nya, dan kita bisa merasakannya. Kemudian, kita merasa haus dan lapar untuk mencapai kesucian itu, dan ini tidak bisa dibahasakan. Masalahnya, banyak pendeta berantakan, dosen teologi berantakan, benar-benar setan telah berhasil menyesatkan. Mereka jahat di mata Allah, tapi baik dan santun di mata manusia. Allah terlalu tinggi, terlalu mahal, terlalu kudus. Sampai kita bisa kehilangan apa pun, baru kita bisa “tune” dengan Tuhan. Ingat, kalau kita tidak 30 menit minimal tiap hari berdoa, maka kita tidak akan makin serupa dengan Yesus.