Kita ada dalam perjalanan waktu, hari demi hari, lembar hidup kita terus berubah, dibarui. Demikian pula, minggu ke minggu, bulan ke bulan, juga tahun ke tahun. Kita tidak bisa menyangkal, tidak bisa menolak. Kita tidak bisa berkata, “Saya tidak mau hari yang baru.” Kita tidak bisa menolak atau menyangkal, “Aku tidak mau minggu yang baru, bulan yang baru, atau tahun yang baru.” Karena kita sudah masuk dalam perjalanan waktu yang ketat, perjalanan waktu yang absolut. Artinya, mau tidak mau, kita harus masuk dalam perjalanan waktu tersebut. Yang menjadi persoalan, apakah lembar hari hidup yang selalu baru yang Tuhan berikan itu juga berisi lukisan baru, atau kita biarkan lukisan-lukisan lama masih tetap tergambar di atasnya?
Lukisan-lukisan lama maksudnya adalah kebiasaan-kebiasaan kita yang lama, cara hidup kita yang lama. Misalnya: kalau sedang marah, ia mengucapkan kata-kata kasar, bahkan menyebut jenis-jenis binatang tertentu. Dan ternyata di hari yang baru, tetap sama isinya. Kalau kebiasaan tidak jujur, mencuri, tidak menghormati orang tua, berzina, dan berbagai dosa-dosa lain, hari baru tetapi isinya lama. Ini yang terjadi dalam kehidupan banyak orang, dan orang tidak peduli hal tersebut. Betapa mengerikannya itu. Tanpa sadar, kita juga sering melakukan hal tersebut.
Tuhan memberi hari yang baru, tetapi kita tidak mengisinya dengan sesuatu yang baru; sebaliknya, cara hidup, kebiasaan lama yang tetap mengisi hari hidup kita yang baru itu. Hal ini pasti mendukakan hati Tuhan. Sebab Tuhan memberi hari yang baru supaya kita mengisinya dengan cara hidup yang baru, terus berkelanjutan. Hari baru diisi dengan isi yang baru, yang tentu lebih baik, lebih positif. Sehingga pada akhirnya, keadaan kita makin indah, makin baik. Jangan tetap sama. Kemarin isinya apa? Hari ini isinya juga tetap sama. Orang-orang seperti ini tidak akan beroleh kesempatan masuk langit baru, bumi baru. Terus terang, kita tanpa sadar masih mengisi hari baru kita dengan cara hidup yang tidak baru.
Kita diberi hari yang baru, yang sebenarnya tak ternilai harganya, mahal sekali. Mestinya, di hari yang baru, kita mengisinya dengan isi hidup yang baru. Tetapi kita tidak menghargai anugerah waktu yang Tuhan berikan tersebut dengan hidup sembarangan, melestarikan keinginan-keinginan daging kita, nafsu-nafsu kita. Sehingga hari baru yang begitu berharga kita kotori dengan isi yang salah, dengan konten yang salah dan buruk, dan itu menyakitkan hati Tuhan. Banyak orang demikian, tanpa sadar kita pun juga ternyata sering melakukan hal yang sama. Tetapi hari ini Tuhan berbicara kepada kita. Tuhan memberitahukan kepada kita betapa berharga, betapa mahal, hari yang baru yang Tuhan berikan.
Firman Tuhan mengatakan, “Sehasta saja kamu tidak bisa menambahkan umur hidupmu.” Apalagi 1 mil, kita tidak sanggup. Jadi waktu yang Tuhan berikan itu anugerah. Hanya Tuhan yang bisa memberikan, dan kalau pemberian itu dari Tuhan, pasti berharga, pasti mahal dan pasti luar biasa. Artinya, hari yang baru itu mahal, tak ternilai, maka harus diisi dengan kekudusan, kesucian, segala hal yang tidak melukai hati Tuhan; segala hal yang menyenangkan hati Allah. Maka, yang sering bohong, jangan bohong lagi; yang suka berdusta, jangan berdusta lagi; yang banyak bicara, jangan banyak bicara lagi; yang menyimpan dendam, kebencian, jangan lestarikan dendam dan kebencian tersebut; yang hidup dalam perjudian, jangan lakukan itu lagi; yang tidak menghormati orang tua, ayo kita mulai menghormati orang tua; yang hidup dalam perzinaan, jangan lagi hidup dalam perzinaan; yang suka bertengkar, suka ribut, ayo kita belajar mengalah, belajar diam.
Dengan demikian, hari baru yang mahal, yang tak ternilai, kita isi dengan perilaku dan perbuatan-perbuatan yang indah, ini yang Tuhan kehendaki. Di dalam Efesus 4 tertulis, “Yaitu bahwa kamu berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu harus menanggalkan manusia lama yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan. Supaya kamu dibaharui dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Karena itu, buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota, … “
Kita yang membuang dusta, kebencian, dendam, perzinaan, ketidakjujuran, dan kita isi hari kita dengan kehidupan yang indah, yang sesuai dengan kehendak Allah. Menjadi doa kita, kiranya Tuhan membuat sesuatu yang baru dalam hidup kita. Bukan hanya satu tahun, satu kali di kebaktian kebangunan rohani, atau di acara-acara tertentu, tetapi setiap hari. Maka kita tidak boleh berhenti berubah dan tidak boleh berhenti bertumbuh.
Tuhan memberi hari yang baru supaya kita mengisinya dengan cara hidup yang baru.