Skip to content

Habis-habisan

 

Kita tidak akan pernah merindukan wajah Yesus sebelum kita kehilangan diri — mengenakan hidup dan karakter-Nya dalam diri kita. Kerinduan sejati kepada Kristus hanya muncul setelah kita hidup habis-habisan bagi-Nya. Firman Tuhan berkata, “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri-Nya, kita pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan” (Kolose 3:4). Bila kita belum habis, itu tanda kita belum sungguh-sungguh menemukan kedahsyatan Allah. Dalam kedahsyatan-Nya terkandung keagungan, kengerian, kesucian, dan keindahan yang memikat hati untuk melekat kepada-Nya.

Saat itulah kita akan berseru dengan sungguh, “Jangan tinggalkan aku, Tuhan, sebab aku tidak dapat hidup tanpa Engkau.” Bukan sekadar kutipan ayat hafalan atau basa-basi rohani, melainkan jeritan hati yang remuk karena cinta yang murni dan rindu yang tak terbendung. Orang-orang seperti inilah yang disebut kekasih-kekasih Allah. Ketika seseorang mencapai kedalaman ini, Tuhan berkenan menjemputnya, menyatakan keindahan Kerajaan-Nya, dan melindunginya meskipun ia tidak memintanya.

Betapa tragis kehidupan orang yang terus bergumul dengan urusan pribadi, berputar dalam lingkaran masalah tanpa henti. Mereka terus menggeliat dari satu masalah ke masalah lain, namun tak pernah benar-benar selesai. Bukan berarti kita tidak boleh memiliki persoalan atau tidak mengurusnya — itu bagian dari tanggung jawab. Tetapi Tuhan telah mengajarkan satu prinsip hidup: “Kalaupun aku harus hancur, biarlah aku jatuh dalam tangan-Mu. Hidupku adalah untuk melayani-Mu. Mati hidupku adalah milik-Mu.”

Bayangkan jika suatu saat penganiayaan datang, atau kita harus masuk penjara — maukah kita menjalani semua itu dengan sukacita? Ya, jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Sebab suatu hari kelak, pengadilan-Nya akan terbuka, dan setiap orang akan menerima ganjaran yang setimpal. Mereka yang takut akan Tuhan dan hidup dalam kasih kepada-Nya akan dihitung sebagai orang-orang yang dimuliakan.

Karena itu, mari kita mencari wajah-Nya, meski dunia menganggap kita tidak wajar. Ikutilah Tuhan, carilah hadirat-Nya, maka Ia akan membentuk kita menjadi pribadi yang bijaksana. Jangan biarkan masalah menenggelamkan kita, sebab jika itu terjadi, berarti kita telah meremehkan Allah, menganggap rendah Kerajaan-Nya, dan buta terhadap kemuliaan-Nya.

Pemazmur berkata, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku adalah Allah selama-lamanya” (Mazmur 73:26). Kita pun harus berani berkata: “Apa pun yang terjadi, yang terpenting aku memiliki Tuhan. Apa pun yang menimpaku, aku tetap ingin berkenan di hadapan-Nya.” Pernyataan seperti ini bukan untuk diucapkan nanti saat maut menjelang, tetapi sejak sekarang — ketika godaan dunia masih terbuka lebar, saat kenikmatan dan kepuasan dunia dapat dengan mudah diraih. Namun kita memilih Tuhan, dan berkata, “Tidak ada kenikmatan lain selain Tuhan.” Di situlah kemuliaan Allah akan dinyatakan bagi kita. Namun, untuk sampai ke titik ini, dibutuhkan keberanian dan kenekatan rohani.

Kata-kata yang kita dengar atau baca ini tidak berarti apa-apa jika tidak dipraktikkan dan dialami. Kita bisa tersentuh, tetapi itu belum cukup. Kita harus memahami, menghayati, dan mengalaminya. Tidak semua hal dalam Alkitab dapat kita nikmati melalui logika semata; hanya mereka yang mengalami secara nyata yang akan memahaminya secara utuh. Maka dari itu, marilah kita mencari Tuhan dari sekarang, tanpa henti, tanpa menunda.