Skip to content

Goresan Hidup

Saudaraku,

Disadari atau tidak, apa yang kita lakukan selama hidup akan membuat goresan. Jika hal ini kita lakukan terus-menerus, maka goresan tersebut akan membangun cahaya kehidupan. Maka, harus sejak dini anak-anak mengenal ada Allah yang hidup. Sebab di dunia, mereka sudah mendapat goresan dari berbagai konten dalam media. Banyak orang tua yang tidak mau anaknya ribut, rewel, maka diberi sajian gadget dengan berbagai konten, dan mereka hanyut di situ. Tanpa kita sadari, anak-anak telah mendapatkan goresan. Lembar-lembar kertas kehidupan yang tersedia di hari esok anak-anak, telah dilekatkan template atau semacam fondasi berpikir yang jika itu terus-menerus dikumpulkan, ditumpuk, diakumulasi, maka kebenaran Allah tidak akan bisa mereka mengerti.

Seorang anak yang sudah dirusak oleh dunia selama lebih 20 tahun, tidak bisa menjadi baik dalam satu hari, satu minggu, satu bulan, ataupun satu tahun. Tidak mengecilkan arti kuasa Tuhan, Saudaraku, tetapi dari pengalaman perjalanan hidup pelayanan saya, saya melihat realitas itu. Tidak mudah mengubah manusia dalam waktu singkat. Tetapi kalau sudah digoreskan, Roh Kudus akan menolong dan mengingatkan kita. Seorang pemuda yang putus asa, hampir mengakhiri hidup, karena ia begitu kecewa dengan hidup. Namun ada satu kalimat lagu yang diingatkan Tuhan waktu dia masih Sekolah Minggu. Dan pemuda itu akhirnya dipanggil Tuhan untuk menjadi pelayan Tuhan. Dari kegelapan hidup, lalu mengenal kebenaran. Ternyata goresan waktu Sekolah Minggu membuat dia bisa diselamatkan.

Ironis, dunia pada 40-50 tahun yang lalu, beda dengan dunia kita hari ini yang sudah begitu rusak. Dulu kalau ada KKR, orang maju ke depan, bertobat sungguh-sungguh, sehingga terjadi perubahan di hari, minggu, bulan-bulan, tahun kemudian. Hari ini, dalam KKR atau kebaktian, orang ditantang maju ke depan, katanya bertobat, didoakan, pulang tidak berubah. Tidak mudah bagi orang bisa berubah, khususnya di generasi ini, karena goresannya sudah terlalu rusak. Kita harus bekerja keras untuk membuat goresan hidup yang berkenan di dalam hati kita sendiri sehingga dapat kita tularkan kepada anakcucu dan sesama. Karena kita satu keluarga dalam Kristus, artinya komunitas yang terikat suatu ikatan; ikatan Kristus. Ini berarti kita adalah orang-orang yang telah sama-sama ditebus oleh darah Yesus.

Kita datang dari berbagai latar belakang, kita datang dari berbagai daerah, tetapi kita punya satu kesamaan. Tetapi kita bisa berbeda, Saudara. Perbedaannya tergantung dari bagaimana masing-masing kita merespons penebusan tersebut. Jadi jangan berpikir setelah kita ditebus oleh darah Yesus, kita sama terus. Belum tentu. Maka harus digoreskan di hati mereka—anak-anak, remaja, pemuda—kebenaran, realita mengenai Allah, tujuan hidup. Sebab, perjalanan hidup kita belum berakhir di sini, ada perjalanan yang masih harus ditempuh, dan terus harus berlangsung sampai Tuhan Yesus datang kembali, sampai kita satu per satu dipanggil pulang. Dan Alkitab berkata bahwa mereka yang mendapat kemuliaan adalah mereka yang setia sampai akhir.

Dan kita patut cemas, khususnya bagi para hamba Tuhan, karena tarikan dunia begitu kuat. Belum lagi suasana jiwa yang kita miliki adalah atmosfer dunia yang kuat dan kental yang telah menguasai kita. Tidak mudah mengubah atmosfer itu, tetapi tidak ada pilihan lain. Karena kita telah ditebus dari cara hidup kita yang sia-sia, yang kita warisi dari nenek moyang, orang tua, keluarga kita yang belum mengenal jalan kebenaran di dalam Tuhan Yesus. Maka yang pasti harus ada perubahan, Saudaraku. Allah itu hidup dan nyata. Berurusanlah dengan Tuhan setiap hari. Pasti kita tidak akan gagal kalau bertanya kepada Tuhan, dan Tuhan menjawabnya. Kita harus bertanya, dan serius mencari Tuhan dalam hidup kita pribadi. Sampai kita benar-benar menemukan Tuhan dan menemukan apa penilaian Tuhan terhadap diri kita.

Dan Tuhan pasti pimpin untuk mulai memiliki sikap hati yang benar. Kesucian itu natural, Saudara, tidak dibuat-buat. Refleks dosa kita harus menjadi refleks kekudusan seperti perasaan Kristus. Mungkin kita tidak maki-maki, tidak mengutuk, tapi ada perasaan terluka yang tidak perlu itu terjadi. Dan itu menunjukkan kita belum memiliki keagungan pribadi Kristus. Itulah sebabnya, Saudara-saudara, sampai kita bisa putus asa. Nmaun Ibrani 12 mengatakan, Jangan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa, kamu belum sampai mencucurkan darah.” Belum terlambat. Siapapun kita, berapapun usia kita, Roh Kudus dapat merubah kita menjadi anggota keluarga Kristus. Hanya Roh Kudus. Jangan anggap ringan, jangan anggap remeh, jangan pandang mudah untuk menjadi seorang anggota keluarga Kristus.

 

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono