Sejak kecil, apa yang dipertontonkan oleh dunia membuat anak-anak tidak mengenali kehidupan kekristenan yang benar. Tanpa disadari, mereka disemai oleh kuasa kegelapan dan akan dituai oleh Iblis. Tidak menjadi gandum-gandum, tapi lalang-lalang di antara gandum. Dan bisa jadi lebih banyak lalangnya daripada gandumnya. Yang di dalam perumpamaan gandum dan ilalang dalam Matius 13:29-30, Yesus katakan, “Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”
Pernahkah kita memperkarakan, apakah kita ini lalang atau gandum? Jangan kita berspekulasi, jangan juga kita tenang-tenang saja dengan berkata, “Mungkin gandum, mungkin juga ilalang,” jangan. Kita harus bisa memastikan apakah kita ini ilalang atau gandum. Itulah bekal yang dimaksud oleh firman Tuhan. Apakah kita gandum atau ilalang, bukan tergantung Tuhan, melainkan tergantung kita. Apa yang kita bawa adalah apa yang menjadi bekal kekal kita. Dan apakah kita gandum atau ilalang, tergantung bagaimana kita mengisi hari hidup kita di bumi ini. Terus terang, banyak di antara kita yang sekarang ini masih berspekulasi, apakah dirinya gandum atau ilalang. Dan kita tidak berani untuk mengambil langkah konkret menjadi gandum atau lalang. Padahal ini adalah bekal kekal.
Dikatakan dalam firman Tuhan bahwa tidak ada orang-orang yang memiliki kebencian, dendam, yang sama artinya dengan pembunuh, penyembah berhala, yang artinya orang-orang materialistis—yang akan masuk Kerajaan Surga.” Jangan anggap ringan hal ini. Lebih jelasnya dalam Wahyu 21:8 dikatakan, “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”
Kita datang ke gereja bermaksud untuk belajar, untuk mengerti apa yang Allah kehendaki. Jadi kita datang ke gereja mestinya untuk mempersoalkan kehidupan kekal kita. Sebab kalau hanya menyangkut masalah kehidupan jasmani atau pemenuhan jasmani, dunia bisa menyediakan. Orang tidak bertuhan pun bisa terpenuhi kebutuhannya. Tapi yang tidak bisa diberikan oleh orang di luar gereja adalah kekekalan, bekal kekekalan. Itulah sebabnya gereja harus cemas, gereja harus galau—dalam hal ini khususnya para pendeta dan pelayan Tuhan—kalau melihat jemaat belum memiliki kepastian berbekal atau tidak. Bukan lagi, yang penting jemaat datang, lalu kita membuat acara-acara yang menarik.
Gandum, bisa menjadi roti, menjadi makanan; gandum memberi kehidupan. Lalang, tidak. Maka pertanyaan yang kita harus persoalkan hari ini adalah apakah kita bisa dinikmati oleh Tuhan? Kita mau menikmati berkat jasmani, kelimpahan, dan melibatkan Tuhan untuk menolong dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang kita alami. Dan Tuhan memberkati kita. Sekarang pertanyaannya, kita yang sudah menerima kebaikan Tuhan, apakah bisa dinikmati oleh Allah? Kalau sudah bicara “Apakah aku bisa dinikmati Tuhan? Kita harus gentar. Sebab sejujurnya, kita merasa Allah belum puas menikmati diri kita. Mestinya keadaan kita lebih baik, lebih manis, lebih lezat untuk bisa dinikmati oleh Allah Bapa. Karenanya, kita harus berjuang dan berusaha terus untuk berubah, agar hidup kita bisa dinikmati oleh Tuhan. Kita menghabiskan waktu hidup kita untuk memberikan persembahan cinta kepada Tuhan.
Kalau dulu bangsa Israel menyembelih hewan sebagai persembahan, maka sekarang kita menyembelih kedagingan dan keinginan-keinginan dosa. Sehingga ketika kita menghadap Tuhan, kita bisa berkata, “Tuhan, aku cinta pada-Mu, kupersembahkan seluruh hidupku bagi-Mu.” Dan itu bisa manis terdengar. Tapi kalau kita tidak menyembelih daging kita setiap hari, kita hanya memuaskan hati kita, daging kita, kita berkata, “Aku cinta pada-Mu, Tuhan,” kita munafik, busuk. 1 Korintus 16:22 berkata, “Terkutuklah orang yang tidak mencintai Tuhan.” Mengerikan. Kita lupa, kita hampir masuk penjara, hampir jadi miskin, bangkrut, hampir mati karena sakit, hampir dipermalukan, tapi ‘hampir, hampir, hampir’ saja. Tuhan menyelamatkan kita. Sering kita lupa membalas kebaikan Tuhan, sehingga kita tidak dinikmati oleh-Nya. Padahal Bapa sayang sekali kepada kita. Dia bukan hanya mau menyelamatkan ekonomi kita, kesehatan, keluarga, rumah tangga, atau nama baik kita, namun Dia ingin menyelamatkan hidup kekal kita. Maka milikilah bekal kekal yang baik, jadilah manusia yang bisa dinikmati.