Skip to content

Gagal Mengenali Diri

 

Seberapa kita sungguh-sungguh memiliki keseriusan untuk menyenangkan hati Tuhan, Allah bisa merasakannya. Banyak orang tidak menimbang seberapa dia benar-benar serius mau berhubungan dengan Allah. Lebih banyak orang serius berhubungan dengan banyak hal dan ketika ada dalam masalah-masalah berat, baru melibatkan Tuhan. Sebenarnya Tuhan dilibatkan bukan karena mau dihormati, menjadi pusat pemujaan pujian dan penyembahan, melainkan hanya karena mau dimanfaatkan, dieksploitasi. Orang-orang seperti ini tidak mengabdi kepada Tuhan, tapi membuat Tuhan supaya mengabdi kepadanya. Kiranya kita dijauhkan dari sikap kurang ajar seperti itu. 

Mari kita menimbang seberapa kita serius berurusan dengan Tuhan. Itu tidak cukup ditandai dengan keaktifan kita dalam pelayanan. Kalau bagi pendeta keaktifan mempersiapkan khotbah, ceramah, pendalaman Alkitab dan penggembalaan yang semua itu dibalut, dibungkus dengan kata pelayanan, tetapi di belakangnya atau di dalamnya ada ambisi-ambisi pribadi. Banyak orang tidak jujur dengan dirinya sendiri, apalagi kalau sudah merasa cakap, pintar, dan hebat, sehingga ia gagal mengenali dirinya.

Kita juga adalah orang yang melewati tahun-tahun ketika kita menjadi hamba Tuhan yang tidak baik, kurang baik, mungkin juga brengsek di mata Tuhan. Tapi kita bersyukur di mana Tuhan terus memproses sampai pada titik kita mau mengambil keputusan hidup hanya untuk kesukaan Tuhan saja. Bagaimana hidup kita benar-benar hanya untuk menyenangkan Tuhan, benar-benar mengerti isi hati Tuhan, apa yang membahagiakan dan menyenangkan Dia dalam segala hal yang kita pikirkan, renungkan, ucapkan, dan lakukan. Hal itu merupakan indikator seberapa kita serius dengan Tuhan. 

Keseriusan kita dengan Tuhan ditandai dengan kerinduan, keinginan kita untuk benar-benar mau membuat Tuhan tersenyum. Namun kita sebenarnya hanya ngomong saja ataupun kalau kita berusaha, tidak maksimal. Bagaimanapun keadaan kita saat ini, jangan memberhalakan masalah sampai kita kehilangan ketenangan hati. Setiap kita pasti punya masalah. Bahkan mungkin beban yang kita pikul itu melampaui kekuatan kita. Tetapi inilah asyiknya melayani Tuhan. Asal beban itu bukan beban karena kebutuhan kita pribadi—melainkan beban karena pekerjaan Tuhan—maka jangan kita menjadi gusar, jangan menjadi tidak teduh karena masalah-masalah yang kita hadapi, beban-beban yang kita pikul. Kita harus tenang, teduh. Yang penting bagaimana kita fokus dan berusaha untuk benar-benar berjuang mengerti apa yang menyenangkan hati Allah, apa yang Dia kehendaki untuk kita lakukan, apa rencana Allah yang harus kita penuhi. Kita tunaikan, kita selesaikan.

     Ini yang penting, supaya suatu hari ketika kita berhadapan dengan Tuhan, benar-benar kita berkenan. Tidak ada ganjalan di hati Tuhan karena kita tidak melakukan kehendak-Nya. Tidak ada ganjalan di hati Tuhan karena ada rencana-Nya dalam hidup kita tidak terpenuhi. Dan ini yang mestinya menjadi kegusaran kita. Bukan masalah kita pribadi. Apa pun yang terjadi, mau hancur, hancurlah, mau berantakan, berantakanlah. Terserah apa yang akan terjadi dalam hidup kita, tapi yang penting kita bisa mengerti apa yang Allah Bapa kehendaki untuk kita lakukan; rencana-Nya, pekerjaan-Nya untuk kita penuhi dan selesaikan. 

Masukilah area hidup seperti ini sehingga kita tidak menujukan hidup kita untuk diri kita sendiri atau untuk siapa pun, tapi kita menujukannya untuk Tuhan. Kedengarannya ini muluk-muluk, tetapi ini standar. Suatu hari semua kita akan menghadap takhta pengadilan Tuhan, di mana semua kita akan ditelanjangi, siapa kita sesungguhnya, akan ketahuan. Itu yang sungguh-sungguh kita nantikan dan harapkan, ketika kita ada di pengadilan takhta Tuhan. Maka mestinya kita gentar dan takut, jika kita sudah berbicara mengenai pengadilan Tuhan saat semua akan dibuka dan tidak ada yang tertutup. 

Berbahagialah orang yang terus membersihkan diri hidup di dalam kekudusan Tuhan, benar-benar berusaha mengerti apa yang dikehendaki Allah untuk dilakukan dan rencana-Nya untuk dipenuhi. Berbahagialah orang yang sungguh-sungguh mengasihi dan menghormati Tuhan secara pantas dan berkerinduan terus-menerus untuk menyenangkan hati Bapa, hidup hanya untuk menjadi kesukaan Bapa, menjadi anak yang berkenan dan menjadi kesukaan Allah Bapa. Ingat, kita hanya punya satu kali kesempatan hidup, satu-satunya kesempatan ini kita akan gunakan untuk benar-benar menempatkan diri kita benar di mata Allah. Memenuhi yang dikatakan firman Tuhan dalam 1 Korintus 10:31, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”