Ironis, banyak orang Kristen yang tidak yakin bahwa dirinya bisa menemui Tuhan. Ini adalah pikiran yang salah. Sejatinya, setiap individu bisa menjadi bait Allah, Roh Kudus bisa diam di dalam hidup kita, sehingga kita bisa berinteraksi langsung dengan Tuhan. Firman Tuhan mengatakan di Yesaya 59 bahwa dosa yang menghalangi hubungan kita dengan Allah. Kalau orang hidupnya tidak bersih, jiwanya sakit, itu yang membuat kita tidak ingin berdoa, kalaupun berdoa tapi tidak sanggup lama, seperti putus hubungan. Sekarang mari kita sadar bahwa kita punya akses menjumpai Bapa di surga.
Buatlah rumah kita menjadi ruang kudus Tuhan, bukan hanya hati kita. Ketika kita datang menghadap Tuhan setiap hari, di situlah kita dirangsang untuk bergaul dengan Tuhan di dalam perjalanan hidup kita dari menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun, sampai kita menutup mata. Sejujurnya, banyak orang percaya yang putus hubungan dengan Tuhan, tapi Tuhan masih melindungi mereka. Karena Firman mengatakan, “Walaupun kita tidak setia, Dia tetap setia.” Tapi sampai kapan? Tuhan sering menunggu kita. Namun, kita tidak tahu atau bersikap tidak tahu kalau Tuhan menunggu. Dia ingin kita bertemu dengan-Nya, bukan sekadar supaya masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, ekonomi, kesehatan, pekerjaan, jodoh, anak, bisa diselesaikan. Bukan sekadar itu, melainkan perjumpaan dengan Tuhan itu menggarap kehidupan kita supaya kita menjadi layak bagi Kerajaan Surga.
Sebab tidak mungkin seseorang bisa layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah tanpa bersentuhan dengan Dia. Dalam perjumpaan kita dengan Tuhan, Ia menasihati, mendidik, mengimpartasi spirit-Nya kepada kita. Betapa berharganya kesempatan ini. Jadi, jangan ada satu hari pun di mana kita tidak berjumpa dengan Tuhan. Lakukan ini mulai sekarang. Tuhan membuka akses kita datang kepada-Nya. Itu salah satu dari langkah kita berinteraksi dengan Tuhan. Sebab setelah ada perjumpaan dengan-Nya, kita mau berjalan dengan Tuhan. Masalahnya, apakah kita mempersoalkan hal ini?
Apakah gereja benar-benar mengubah hidup jemaat, membuat jemaatnya benar-benar masuk surga, atau hanya sebuah liturgi dan rutinitas belaka? Di mana jemaat tidak mendapatkan manfaat yang signifikan. Ya, mungkin mereka tetap menjadi orang Kristen, tapi apa artinya itu? Sebenarnya, orang yang datang ke gereja harus dibawa kepada keselamatan yang sejati. Itu menjadi beban kita sebagai pelayan Tuhan. Sudah bukan lagi untuk mencari gaji atau untuk mendapat kehormatan. Tetapi kalau mereka tidak menurut, tentu para hamba Tuhan tidak bersalah di hadapan Tuhan.
Maka, mulai hari ini carilah Tuhan, jangan sama seperti kemarin lagi. Jangan anggap enteng dan berkata, “Saya aman-aman saja, kok.” Jangan sibuk untuk hal-hal yang tidak perlu dan jangan lagi berbuat dosa. Kita tidak bisa berubah tanpa perjumpaan dengan Tuhan. Kita tentu mengenal diri kita, kelemahan-kelemahan, kecenderungan-kecenderungan hati dan nafsu daging kita. Tapi dengan duduk diam sebanyak-banyaknya di kaki Tuhan, kita berubah sebab luar biasa pengaruh hadirat Tuhan itu. Kita harus terus merangsang dan menghayati kehadiran Tuhan. Maka, kita harus serius mau berjalan dengan Tuhan.
Kita harus kerja keras, mencari nafkah dengan giat, belajar yang tekun, tapi pengharapan hidup kita ada di hadirat Tuhan. Inilah pelabuhan hidup kita. Dimulai dari doa pagi, lalu setelah itu menghayati bahwa kita berjalan dengan Tuhan. Kalimat Doa Bapa Kami, “Datanglah Kerajaan-Mu,” “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” mengisyaratkan bahwa kehidupan kita selalu terhubung dengan kehidupan surga. Jadi kita mesti datang menghadap Kerajaan Surga. Banyak pengalaman yang tak terucapkan waktu kita berdoa dan itu memberikan kita atmosfer yang kuat dari Kerajaan Surga turun dalam hidup kita.
Kesenangan-kesenangan kita dengan perkara dunia terkikis. Kejijikan kita terhadap dosa tumbuh. Yang dulu kita nikmati, sekarang menjijikkan. Malu, kalau kita ingat apa yang kita lakukan, malu dengan perilaku kebencian, dendam, dan segala hal yang najis. Ketika atmosfer Kerajaan Allah itu hadir, kita bisa terhubung dengan Kerajaan Surga secara alami. Setiap kita ditunggu Tuhan, dinantikan Tuhan, karena Tuhan sayang kita. Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa. Tanpa perjumpaan dengan Tuhan, kekristenan kita palsu.
Perjumpaan dengan Allah akan membuat hidup kita berisi, dan Tuhan, sang Imanuel, menjanjikan kita bisa bertemu Bapa di surga, sebab Yesuslah jalannya. Sampai menutup mata, sampai kita di surga, kita hidup di hadirat Allah. Jangan keras kepala, ubahlah rutinitas hidup kita. Kita mau hebat sebagaimanapun, akhirnya tragis. Namun, suatu hari, semua penderitaan kita akan berakhir. Yang kita nantikan hanya langit baru dan bumi baru. Tuhan harus menjadi segalanya dalam hidup kita, yang bukan sekadar kita percakapkan, bukan hanya dikhotbahkan, melainkan kita alami.
Setiap kita ditunggu Tuhan, dinantikan Tuhan, karena Tuhan sayang kita.