Logikanya atau realitasnya, kalau seseorang serius untuk satu hal, maka mengenai hal tersebut dia akan benar-benar fokus dan ia pasti akan menyediakan diri semaksimal mungkin. Seperti seorang yang mengidap penyakit, ia akan berusaha mencari rumah sakit yang baik, dokter yang baik, yang dapat menyembuhkan sakitnya. Kalau kita serius dengan Tuhan, serius dengan keselamatan kekal, serius dengan kehidupan di balik kematian, maka kita pasti serius pula dalam memilih gereja, memilih pendeta. Itu tidak bisa dihindari. Namun banyak orang Kristen yang tidak serius memperkarakan keselamatan kekalnya, tidak serius memperkarakan kualitas hidup atau keadaan hidupnya di hadapan Tuhan. Mereka tidak peduli kehidupan kekalnya yang terkait dengan kualitas hidupnya saat ini.
Sementara, kita mau menjadi yang terbaik di mata Tuhan. Soal bagaimana orang lain, kita tidak perlu membandingkan. Jadi, jangan heran kalau kita terus doa, puasa dan mencari Tuhan. Sebab, di setiap zaman Allah pasti punya rencana, punya pesan. Dan kita mau, kita rindu gereja kita menjadi kendaraan, di mana Tuhan menyampaikan pesan-pesan-Nya. Masalahnya, apakah kita serius? Kalau kita ke gereja hanya karena suatu keharusan, pasti kita tidak serius menjalani hidup. Orang yang serius menjalani hidup adalah orang yang harus memiliki jangkauan pandang kekekalan. Kita bukan hewan yang hari ini hidup, besok mati, selesai semua. Kita juga tidak sama dengan prinsip hidup manusia pada umumnya, “Mari kita makan, minum, sebab besok kita mati.”
Bagi kita orang percaya, bukan begitu. Kita punya value, nilai yang ada di Alkitab yang harus diterjemahkan dalam bahasa yang tepat pada zaman kita hari ini, dan diperagakan secara nyata. Pada kenyataannya, kita menemukan banyak gereja yang value atau nilai-nilainya masih dikungkung dengan perkara-perkara fana, yang penekanannya masih berkat-berkat jasmani. Itu bukan hanya memperbodoh, tapi juga menggiring umat terparkir di dunia, sama dengan terparkir di api kekal. Tapi kita mau serius memikirkan langit baru bumi baru, walau sebagian besar kita belum mampu menembus batas atau belum mampu untuk dientaskan, karena cara berpikir dunia sudah telanjur membelenggu. Di luar sana itu, tidak berpikir tentang kekekalan sama sekali. Konyolnya, gereja pun tidak mengampanyekan hal ini secara proporsional.
Coba kita bayangkan, ketika seseorang meninggal dunia, ternyata ada kekekalan, ada jalan yang tiada ujung, sedangkan dia tidak memiliki persiapan sama sekali, betapa mengerikannya! Banyak orang Kristen mati dalam kemiskinan. Ia tidak buat apa-apa untuk Tuhan. Pertanyaannya, harus buat apa? Layani Tuhan! Apa artinya melayani Tuhan? Dari setiap ucapan, gerak pikiran dan perasaan, tindakan dan perbuatan kita sesuai dengan hati-Nya, itulah cara kita melayani Tuhan. Khotbah atau renungan ini hanya briefing, pengantar. Yang penting adalah cara hidup kita di tiap hari, bagaimana kita mendengar suara Roh Kudus. Ketika kita menjumpai masalah, firman yang mengubah kita. Firman mengatakan, “Kasihi musuhmu.” Itu merupakan logos. Ketika kita dimusuhi, dijahati orang, firman itu menjadi rhema. Dan kalau terus-menerus proses itu berlangsung, kita menjadi anak-anak Allah, karena pikiran Allah masuk di dalam diri kita.
Tetapi, itu akan kita alami kalau kita peka mendengar suara Tuhan. Dan untuk mendengar suara Tuhan, kita harus bertemu Tuhan, tidak bisa tidak. Tapi kalau kita tidak tiap hari bertemu Tuhan, kita tidak akan punya kepekaan. Kita tidak melihat Tuhan, sementara dunia ini luar biasa ateisnya. Walaupun orang berkata, “Tuhan, Tuhan,” namun kelakuannya tidak menunjukkan sebagai orang yang bertuhan. Itu namanya ateis praktis. Dan pengaruhnya besar sekali. Film, lagu tanpa disadari mengeliminir, membuang, memisahkan Tuhan. Tidak ada suasana Tuhan di situ. Sekarang bagaimana menghadirkan suasana Tuhan? Kita harus bertemu Tuhan setiap hari. Tuhan menunggu kita, tapi sering kali kita tidak tahu bahwa kita ditunggu Tuhan.
Kita tidak akan mendapat kemajuan apa-apa tanpa perjumpaan dengan Tuhan. Seperti belajar biola, harus dilatih. Tapi kalau hanya datang dan duduk, tapi kita tidak praktik, pasti kita tidak akan bisa. Masalahnya, rata-rata kita itu miskin dalam pengenalan akan Tuhan. Firman Tuhan mengatakan, “Carilah Aku selagi Aku bisa ditemui.” Lalu firman Tuhan juga mengatakan, “Cari Aku, maka Aku akan membuat kamu menemukan Aku.” Ini semua firman Tuhan. Karenanya, mari kita memburu Tuhan, bukan hanya datang ke gereja namun tidak pernah bertemu Tuhan. Petakan hari dan jam berapa kita bertemu Tuhan. Kita bisa mempersiapkan waktu untuk banyak hal, lalu mengapa untuk bertemu Tuhan tidak? Bagaimana kita bisa mengenal Tuhan tanpa bertemu Tuhan secara pribadi? Setiap kita bisa mendengar suara Tuhan, pasti.