Skip to content

Diperhitungkan

Saudaraku,

Mestinya, mempersembahkan sesuatu bagi Tuhan adalah suatu anugerah, suatu kehormatan. Jadi kalau kita bisa mempersembahkan sesuatu bagi Tuhan—apakah pikiran, tenaga, perasaan, harta, apa pun—hal itu harus kita pandang sebagai kehormatan. Syukur, Bapa mau menerimanya. Sebab sejatinya Allah tidak membutuhkan apa-apa. Apalagi diri kita yang adalah ciptaan-Nya. Segala sesuatu yang ada pada kita semua adalah milik Tuhan. Firman Tuhan mengatakan, “Segala sesuatu dari Dia, oleh Dia dan bagi Dia.”   Kalau seseorang terus bertumbuh dalam kedewasaan rohani, bergaul dengan Tuhan, makin mengerti kebenaran-kebenaran Tuhan, maka ia bisa menghayati bahwa kalau kita bisa berbuat sesuatu bagi Tuhan, kita bisa mempersembahkan hidup kita, itu adalah suatu kehormatan. Jadi jangan memberi sebagian hidup bagi Tuhan; 99% pun tidak cukup. Tapi kita mempersembahkan 100%, segenap hidup kita untuk Tuhan.

Memang, sekalipun kita memiliki keberanian dan komitmen untuk itu, kita juga tidak sekaligus bisa melakukannya karena telah mengalir dalam jiwa dan daging kita ini naluri manusia berdosa, egois, yang merasa berhak dihormati, merasa berhak memiliki kesenangan-kesenangan sesuai dengan seleranya. Tidak mudah untuk bisa mempersembahkan segenap hidup bagi Tuhan, tidak mudah. Tetapi kalau kita bertumbuh dewasa, kita mengenal kebenaran, kita bergaul dengan Tuhan, kita bisa melakukannya dan kita melakukannya dengan sukacita. Kita bisa berkata dengan tulus, “Tuhan, ambil hidupku. Tuhan buat aku dengan sukacita mempersembahkan hidup bagi-Mu.” Di sinilah kita baru bisa menghayati apa artinya Tuhan satu-satunya alasan kita hidup. Kita mendedikasikan hidup kita sepenuhnya bagi Elohim Yahweh, Allah yang Mahabesar.

Dan di hadapan Tuhan nanti baru kita dengan sempurna menyadari betapa dahsyat, mulia dan agung Sang Khalik langit dan bumi, Elohim Yahweh. Apa pun yang kita persembahkan bagi Dia, belumlah mencukupi apa yang pantas bagi Tuhan. Itulah sebabnya, segenap hati kita harus kita persembahkan bagi Tuhan. Itu persembahan yang berkenan; mencintai Tuhan dengan segenap hati, merindukan hidup sebagai anak-anak Bapa yang menyukakan hati-Nya. Di tengah-tengah dunia yang gelap ini, kita menjadi penghiburan bagi Allah. Jangan lagi bersikap seperti kanak-kanak atau menjadi orang Kristen yang tidak dewasa. Yang harus didorong-dorong untuk mempersembahkan hidup bagi Tuhan, harus dipaksa-paksa, harus diiming-imingi berkat, “kalau engkau berikan sepuluh, kamu dapat seratus, enam puluh, atau tiga puluh kali lipat.” Dimana itu bukan ajaran yang benar bagi umat Perjanjian Baru.

Bagi umat Perjanjian Baru, prinsip hidup kita jelas, “bagiku hidup adalah Kristus.” Jadi tidak ada ruangan untuk siapa pun dan apa pun di dalam hati dan kehidupan kita, kecuali untuk Tuhan. Dan itulah yang pantas, itulah yang layak. Tuhan tidak akan bertakhta dalam kehidupan seseorang yang hatinya masih memberi tempat bagi dunia. Tuhan mau agar ruangan hati kita seluruhnya dimiliki dan dikuasai oleh Tuhan. Oleh sebab itu hal-hal yang selama ini kita pandang sebagai kesukaan, kebahagiaan, harus kita tanggalkan dan kita berprinsip bahwa hanya Tuhan kebahagiaan kita, hanya Tuhan sukacita kita; entah kita sekarang dalam kondisi limpah secara materi atau kekurangan, dalam kondisi terpuruk atau apa pun yang sedang kita alami, jangan mengganggu penyerahan hidup kita kepada Tuhan.

Dan di dunia yang gelap dan jahat ini, kita menjadi penghiburan bagi Elohim Yahweh. Seperti Nuh pada zamannya di tengah-tengah dunia yang jahat, di tengah-tengah dunia yang memberontak kepada Elohim Yahweh, Nuh satu-satunya orang yang masih mendapat kasih karunia. Dia menjauhi kejahatan. Inilah yang kita harus lakukan. Apa yang kita lakukan untuk Bapa Yahweh—dimana kita mempersembahkan hidup berupa pikiran, tenaga, perasaan, uang, harta kita—pasti semua diperhitungkan. Kalau satu kata yang kita ucapkan harus kita pertanggungjawabkan, maka setiap lembar rupiah, setiap desah nafas untuk Tuhan, diperhitungkan, dinilai, dihargai, ada upahnya. Walaupun tentu bukan karena upah itu kita mengabdi dan melayani Tuhan.

Roh Kudus akan menolong kita memiliki kehidupan yang unggul, yaitu hidup yang benar-benar kita persembahkan bagi Tuhan. Dan kita memandangnya bukan sebagai kewajiban, melainkan sebagai kesukaan dan kehormatan. Jadi kita mengerti sekarang bahwa:

  • Martabat kita adalah ketika kita melayani Tuhan dengan mempersembahkan segenap hidup kita kepada-Nya tanpa batas.
  • Kebahagiaan kita adalah ketika kita membahagiakan Tuhan.
  • Kesenangan kita adalah ketika kita menyenangkan hati-Nya.
  • Kesukaan kita adalah ketika kita menyukakan hati Tuhan.
  • Penghiburan kita adalah kalau hidup kita menjadi penghiburan bagi Elohim Yahweh, Allah Bapa di surga.

Betapa indahnya kehidupan yang berinteraksi dengan Allah. Di mana kita mempersembahkan hidup kita untuk mengabdi dan melayani bagi Tuhan. Tidak semua orang memiliki kesempatan seperti ini. Tidak semua orang menjadi umat pilihan. Tidak semua mengenal Injil yang sejati. Terpujilah nama Tuhan semesta alam yang telah memberkati kita dengan kebenaran yang indah pada kesempatan ini.

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

Apa yang kita lakukan untuk Bapa Yahweh—dimana kita mempersembahkan hidup berupa pikiran, tenaga, perasaan, uang, harta kita pasti semua diperhitungkan