Ada satu dimensi dalam hidup ini yang kita harus benar-benar alami. Satu dimensi yang kelihatannya sederhana tetapi tidak sederhana, yaitu memercayai Allah yang hidup. Banyak orang percaya akan Allah—percaya bahwa Allah itu ada, percaya bahwa Allah itu hidup—tetapi hampir semua mereka memercayai Allah dalam dimensi fantasi, dalam dimensi pikiran, dalam dimensi nalar, dalam dimensi keyakinan, akal, tetapi belum dalam dimensi kenyataan. Coba kita jujur, kita sudah menjadi Kristen lama, tetapi kalau kita masih memiliki perasaan takut atas sesuatu berarti kita masih belum masuk dimensi percaya yang benar.
Pertama, kalau kita percaya Allah itu ada, hidup, Maha Hadir, baik, Dia Bapa yang peduli kita, pasti melindungi kita, pasti membela kita, jadi mestinya tidak ada perasaan takut terhadap sesuatu. Dan faktanya kita sering merasa takut akan sesuatu yang kita tidak perlu takut.
Yang kedua, kalau kita benar-benar memiliki dimensi percaya yang benar bahwa Allah itu hidup, Allah itu hadir, maka pasti kita akan hidup suci, hidup tidak bercacat, tidak bercela. Kita pasti takut akan Dia. Jangankan dosa besar; dosa kecil, ketidakjujuran-ketidakjujuran yang mungkin dianggap biasa, atau diplomasi atau ramah-tamah yang berlebihan dan dibuat-buat yang dengan mudah kita lakukan dan kita merasa nyaman. Dan itu sudah biasa kita lakukan selama bertahun-tahun. Namun kalau kita masuk dimensi percaya yang benar, kita akan berjuang untuk tidak melukai perasaan Bapa, Allah yang hidup yang hadir.
Yang ketiga, kalau kita benar-benar memercayai Allah itu hidup dan Maha Hadir, maka kita akan berusaha untuk melakukan segala sesuatu yang menyenangkan hati-Nya. Kalau sampai kita bisa menyenangkan hati Allah, menjadi kesukaan Bapa, itu sukses di atas segala kesuksesan, keberhasilan di atas segala keberhasilan. Maka, kita harus benar-benar berjuang untuk bisa masuk dimensi ini. Tuhan mau kita masuk dimensi ini.
Tetapi kita tidak akan pernah mengalami dimensi ini kalau kita tidak sungguh-sungguh mencari wajah-Nya, tidak sungguh-sungguh serius mau berurusan dengan Allah yang tidak kelihatan oleh mata jasmani, tapi Allah yang benar-benar riil, nyata, hidup dan Maha Hadir. Jadi kita harus benar-benar mencari wajah-Nya. Menjadi bahaya kalau kita merasa sudah tahu banyak tentang Tuhan dan yakin diri tahu banyak tentang Tuhan sehingga membuat kita tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan, maka kita akan memiliki iman yang beku. Oleh sebab itu, kita sekarang mau melangkah mengalami Tuhan.
Tidak diragukan doktrin, olah nalar yang telah kita lakukan selama puluhan tahun, bukan hanya belasan tahun. Tetapi tidak sedikit mereka yang merasa sudah mengenal Allah, memiliki keyakinan hanya secara akali, fantasi, semuanya sebuah rumusan, format, definisi-definisi verbal kata kalimat, di mana jemaat di-freeze (dibekukan) tanpa mereka menyadari karena mereka membawa pikiran hanya ke ranah olah nalar itu. Allah yang hidup harus benar-benar dialami karena Allah itu memang ada, nyata, dan Maha Hadir. Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah yang disembah oleh Musa, yang melepaskan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan adalah Allah kita, Allah kita hari ini, Allah kita sekarang; bukan hanya Allah dalam sejarah, bukan hanya Allah dalam rumusan; tapi Allah yang bersentuhan dengan kita.
Sering kali Tuhan mengizinkan kita memiliki masalah-masalah berat dan di situ Tuhan mengajar kita seberapa kita memercayai Dia. Kita tidak boleh mengandalkan manusia, kita hanya mengandalkan Allah saja. Tetapi Tuhan bisa memakai manusia. Bukan kita yang mencari-cari manusia. Nanti akan ada situasi di mana orang bisa membantu kita, bukan kita yang mulai mencari orang. Orang yang malah mencari kita. Kita melihat pertolongan-pertolongan Tuhan. Jangan mengandalkan kekuatan manusia, sebaliknya, kita belajar untuk bergantung kepada Tuhan dan mengatakan, “Kuserahkan nyawaku kepada-Mu Bapa.” Kita bukan orang hebat, tetapi kita orang nekat. Kita mencari wajah Tuhan karena kita miskin, hina, tidak ada sesuatu yang patut kita banggakan, maka kita berlindung kepada Tuhan. Kita tidak hebat, maka kita perlu bertobat, terus bertobat dan dibarui. Kita lari secepat-cepatnya, sekencang-kencangnya dan terbang setinggi-tingginya.