Skip to content

Diformat oleh Dunia

 

Kalau kita mengaku sebagai anak Abraham, maka kita harus mencontoh gaya hidupnya. Abraham dibenarkan karena iman, yang artinya ia berjuang agar berkeadaan benar-benar seperti yang Allah kehendaki. Abraham menjadi bapa orang percaya karena ia mempertaruhkan segenap hidupnya. Tidak ada dunia lain yang dimiliki Abraham, kecuali hanya menuruti kemana Tuhan membawa dia. Dan pada akhirnya, negeri itu tidak ada di bumi. Dari jauh dia hanya melambai-lambai. Akan tetapi Abraham tetap tidak mau kembali ke Ur Kasdim. Kalau kita masih mau hidup nyaman di bumi, maka kita akan ditinggalkan. Kita sudah harus masuk ke wilayah ini. Jadi, hari-hari terakhir ini kita terus masuk ke wilayah hidup suci, tak bercacat tak bercela. 

Dan yang berikutnya, kita harus masuk di wilayah hidup membangkitkan Yesus dalam hidup kita, melahirkan Tuhan Yesus kembali dan menampilkannya dalam hidup kita. Kita masuk ke sini sekarang. Ini puncaknya. Tetapi untuk mencapai ini, kita perlu mengakhiri hidup kefanaan dengan satu prinsip bahwa kita sudah mati bagi dunia. Walaupun kita belum sempurna, namun jangan kita selalu beralasan ‘proses.’ Proses kita bukan proses yang jatuh bangun, melainkan proses sudah di wilayah mati. 

Padahal mereka yang masih merasa punya nilai,—baik dari pendidikan, penampilan, kepintaran atau ilmunya, bahkan materi—makin hari kesombongan seperti itu akan makin nampak di lingkungan orang-orang yang sudah masuk proses kematian. Kalau orang bangga dengan ilmunya, bangga dengan gelarnya, bangga dengan penampilannya, bangga dengan duitnya, dia akan makin kelihatan.

Jadi kalau kita masih memiliki optimisme hidup yang didasarkan pada fasilitas dunia, berarti kita membuka diri diformat oleh dunia. Di mana cara berpikir kita ditopang oleh filosofi-filosofi hidup dunia. Berhubung karena pola pikir kita ini rata-rata sudah rusak, maka satu per satu harus kita patahkan. Kita ganti dengan format baru, yaitu Alkitab, supaya pola pikirnya baru. Pola pikir ini sama dengan suara hati atau nurani atau suneidesis (συνείδησις); “Hendaklah kamu dalam hidupmu menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Yesus Kristus.” Mudah atau sulitnya merubah format itu tergantung, pertama, sejauh mana kesesatannya. Yang kedua, seberapa lama telah menguasai diri orang itu. Kalau kita tidak maksa sekali, tidak bisa. Karena di dalam pikiran kita itu sudah terbangun cara berpikir yang tidak sesuai pikiran Tuhan. Dan yang ketiga, daging kita ini masih juga merekam nafsu-nafsu yang belum habis.

Itu sebabnya Paulus pun berjuang, bagaimana dia melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Allah, ia katakan, “Aku tahu apa yang baik, yang jahat kulakukan.” Itu bukan pengalaman Paulus sebelum bertobat, melainkan sesudah bertobat. Karena sebelum bertobat, Paulus mengatakan, “Jika ditinjau dari Taurat, aku tidak bercacat.”Jadi, kalau soal kelakuan sesuai hukum, dia tidak bercacat. Sehingga, pergumulan itu bukan pergumulan mengenai hukum, tetapi pergumulan antara nurani ilahi dan nurani duniawi. Nurani duniawi atau nurani manusia tidak bisa mencapai kesucian Allah jika hanya ditopang oleh hukum. Kristen yang benar adalah di mana kita diajar bahwa dunia bukan rumah kita dan ada rongga kosong dalam jiwa kita yang hanya bisa diisi oleh Allah. Dan sesuai dengan apa yang Tuhan Yesus ajarkan, “Kamu harus sempurna seperti Bapa di surga.” Lalu, “Tinggalkan segala sesuatu kalau mau menjadi murid-Ku.”

Masalahnya, kalau kita tidak segera berubah, maka kita akan kehabisan kesempatan. Waktu kita akan habis. Kalau kesempatan telah habis, terlambat sudah. Pada waktu di ujung maut, kita baru menyesal, namun sudah tidak bisa. Jadi, kita dibenarkan itu setelah menerima firman dan mau diformat oleh Tuhan melalui logos dan rhema. Roh Kudus akan mengingatkan melalui doa dan pengharapan. Jadi, kalau saat ini kita membaca atau mendengar firman, dan setelah selesai kita menghadapi masalah, Roh Kudus pasti bicara. Maka Allah bekerja dalam segala hal. Di sini, rhema muncul. Jadi, tidak ada rhema tanpa masalah, atau pada umumnya, rhema muncul ketika ada masalah. Ketika emosi, perasaan, bahkan tubuh kita terlibat dalam masalah disitu rhema diperdengarkan. 

Doa membuat kita ditulari oleh hadirat Tuhan, dan kesucian-Nya. Pengharapan ada saat kita berani memilih Kerajaan Surga, sebab kita percaya bahwa di balik kematian itu indah. Karena itu, Tuhan menyediakan rumah buat kita sebab bumi ini tidak menyenangkan. Namun perlu diingat bahwa proses format yang benar itu menyakitkan; hal yang tidak enak didengar dan tidak enak dialami, bisa menjenuhkan serta memusingkan. Tetapi, hari ini kita mau mengambil keputusan untuk memberi diri diformat Tuhan. Jangan sampai kita kehilangan kesempatan. Kita masih punya waktu yang entah sampai kapan. Akan tetapi apabila tenaga, pikiran, uang, dan waktu kita sia-siakan, maka kita pasti akan menyesal. Jangan harap kebahagiaan dari dunia ini.