Skip to content

Diarahkan ke LB3

 

Kalau kita bicara Langit baru bumi baru, orang sudah mencibir. Karena mereka tidak tahu di mana arahnya. Yesus berkata dalam Yohanes 3:8, “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Jadi, orang yang mengalami kelahiran baru mungkin tidak terbaca jalannya, tetapi orang yang lahir baru tahu dari mana dia datang dan ke mana dia pergi. Dan ciri seorang yang lahir baru pasti memiliki arah yang jelas. Tetapi selama ini yang banyak kita dengar dan tahu, kalau kehidupan orang yang namanya lahir baru itu berarti hidup berubah dari tidak ke gereja ke gereja, dari berbuat amoral, sekarang menjadi moralis. Itu belum sepenuhnya lahir baru. Orang yang lahir baru itu hidupnya diarahkan ke Langit baru bumi baru.

Untuk itu, di sepanjang jalan hidup orang yang lahir baru itu harus mencapai target yang Allah kehendaki. Sebab, kalau bagi kita orang percaya, targetnya adalah sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Dan kalau di dalam perjalanan hidup ini kita punya keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan keinginan-Nya, hal itu sangat mengganggu dan menghalangi penyempurnaan kita. Jadi, Tuhan berkata, “Asal ada makanan dan pakaian, cukup.” Tapi filosofi seperti ini sudah sulit untuk diterapkan. Sebab, dari kecil kita sudah terdidik untuk punya banyak keinginan dan seakan-akan kita bebas punya keinginan. Kita mengerti kalau anak kecil belum paham apa-apa, dari satu mainan ke mainan yang berikut. Dan itu berlanjut terus sampai remaja, dewasa, bahkan sampai ia tua.

Tetapi seiring berjalannya waktu, orang tua harus memberikan model atau prototipe hidup seorang anak-anak Allah yang dipersembahkan bagi Tuhan yang dibahasakan dengan: “Baik kamu makan atau minum atau melakukan satu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Sebagaimana prinsip hidup Tuhan Yesus, “Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Untuk itu, selagi kita masih memiliki kesempatan untuk mengubah cara hidup ini, mari kita berubah sebelum terlambat. Seseorang yang naik mobil harga 60 juta lalu merasa sombong, maka barang itu menjadi mewah. Tapi, seseorang lain naik mobil seharga 2 miliar namun biasa saja, maka mobil itu tidak menjadi mewah. Jadi semua tergantung sikap hati kita. Sikap hati kita tentu harus diisi dengan nilai-nilai rohani karena itu lebih tinggi daripada nilai-nilai dunia.

Dan sejatinya, ketika kita berhasil membunuh keinginan yang tidak boleh ada di dalam hati, maka kita jadi benar-benar merdeka dan bahagia. Ini adalah berproses yang tak mudah, karena irama hidup yang terlanjur salah selama puluhan tahun sehingga tidak mudah untuk melepaskannya. Pada waktu kita tersinggung, dilukai, atau pada waktu ngobrol dan ada kesempatan sombong, atau pada waktu kita ada godaan berbuat dosa, refleks dosa kita bekerja cepat sekali. Refleks kesombongan, refleks emosi, masih ada. Juga, berbagai nafsu kotor di dalam diri kita yang masih memiliki reflek, tentu tidak dikenan Roh Kudus. Jadi, kalau kita tidak dibimbing Roh Kudus dan mendengar khotbah yang murni, kita akan bablas terus.

Banyak orang Kristen yang sebenarnya di penjara oleh cara berpikir manusia. Keinginan kita pun terbentuk dari lingkungan. Kalau pendeta, biasanya di penjara dengan keinginan untuk memiliki gereja besar, bergelar doktor teologi, khotbah di depan 1000 orang. Itu menjadi nilai dirinya. Tapi Yesus mengasuh kita dengan prinsip: “Asal ada makanan dan pakaian, cukup. Serigala punya liang, burung punya sarang, tetapi Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Masalahnya, dunia saat ini menilai itu sudah kuno. Sudah dianggap tidak masuk dalam kehidupan pemikiran manusia, apalagi manusia modern. Siapa yang mau dengar? Karena semua mau hidup wajar seperti yang lain. 

Namun perlu diingat bahwa sekalipun kita sudah tidak punya keinginan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, bukan berarti kita tidak punya persoalan. Tuhan izinkan semua itu terjadi, sebab kalau jalan kita lurus, kita tidak akan bergantung kepada Tuhan. Harus ada hal-hal yang terjadi di luar kemampuan kita supaya kita bergantung kepada-Nya. Sebab, dalam kebergantungan kita kepada Tuhan, kita diingatkan bahwa dunia itu tragis sehingga kita pun tidak mencintai dunia ini. Akan ada kejutan-kejutan di luar kemampuan kita, supaya kita bergantung kepada Tuhan dan bukan kepada dunia.

Kita boleh punya cita-cita atau pelayanan kita maju, namun itu pun harus dari kehendak Tuhan, bukan keinginan kita. Hal ini yang membuat kita merdeka dan bahagia sebab kita tidak punya keinginan dari diri kita sendiri lagi. Lalu bagaimana itu bisa terjadi? Kita harus ada di lokasi yang tepat. Lokasi pertama, hadirat Tuhan. Yang kedua, jangan bergaul dengan orang yang tidak takut Tuhan. Karena mereka bisa menyuntikkan keinginan-keinginan yang salah di dalam diri kita. Ingatlah, Firman Tuhan sudah mengatakan, ada serigala yang berbulu domba.