Saudaraku,
Seberapa besar ruangan hati dan hidup seseorang yang harus disediakan bagi Tuhan? Harusnya adalah tanpa batas. Tepatnya, tidak ada tempat yang disediakan bagi siapa pun dan apa pun kecuali bagi Tuhan. Setelah seseorang ditebus oleh darah Tuhan Yesus, maka tidak boleh ada ruangan yang diisi oleh apa pun dan siapa pun tanpa seizin Tuhan. Mengapa? Sebab ruangan hati dan hidup adalah milik Tuhan sepenuhnya. Kehadiran seseorang atau sesuatu dalam hidup dan hati kita, seharusnya untuk kesukaan-Nya.
Jadi, kalau seseorang memiliki orang tua, pasangan hidup, anak dan sahabat-sahabat serta segala kekayaan dunia, semua itu dihadirkan untuk kepentingan-Nya. Bukan sebaliknya, memanfaatkan Tuhan untuk kepentingan manusia. Ini namanya memperdaya dan memanfaatkan Tuhan. Kadang sampai pada sikap memanipulasi Tuhan. Dalam hal ini kita bergumul setiap hari untuk membersihkan ruangan hati kita dari sampah-sampah yang tidak disukai oleh Tuhan. Kalau seseorang itu adalah pasangan hidup atau anak atau orang tua bukan berarti kita harus membenci dan membuang mereka, tetapi sikap hati kita yang harus diubah. Kalau sesuatu itu adalah harta, bukan berarti kita membuang harta kita, melainkan sikap kita terhadap harta tersebut yang harus benar. Sikap hati yang salah merupakan sampah yang melukai hati Tuhan.
Kadang-kadang bisa terjadi seseorang atau sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki ada di hati harus dibuang dan tidak boleh dihadirkan dalam hidup kita. Ketika harus mencabut sesuatu atau seseorang dari hati dan kehidupan kita ini, maka ada penderitaan atau sakit yang dirasakan. Tetapi melalui proses ini seseorang mencangkul hatinya untuk menumbuhkan cinta yangmembara kepada Tuhan. Komitmen untuk mengasihi Tuhan dimatangkan melalui peristiwa kehidupan setiap hari (Rm. 8:28-29). Dengan pengalaman seperti itu kasih yang benar dan tulus kepada Tuhan akan tertanam kuat. Dalam hal ini kasih kepada Tuhan membutuhkan proses pertumbuhan.
Dalam kenyataan hidup dapat dibuktikan bahwa kasih kepada Tuhan bertumbuh melalui peristiwa dan pengalaman hidup yang dialami seseorang. Itulah sebabnya mengasihi Tuhan tidak bisa ditumbuhkan dalam sehari. Pengalaman-pengalaman hidup juga merupakan latihan untuk mengasihi Tuhan secara konkret dan membuktikan apakah kita benar-benar mengasihi Dia. Dalam perjalanan menumbuhkan kasih kepada Tuhan itulah terjadi pengalaman berkasih-kasihan dengan Tuhan. Semakin banyak pengalaman belajar mengasihi Tuhan dan membuktikan kasih itu, maka pertumbuhan kasih kepada Tuhan semakin cepat. Hal ini akan menciptakan suatu perasaan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan.
Mengasihi Tuhan adalah bagian dari tujuan iman seperti yang dikatakan oleh Petrus dalam suratnya, “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan,karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu” (1Ptr. 1:8-9). Dengan demikian orang yang benar-benar beriman menurut Alkitab adalah orang-orang yang rela mempertaruhkan apa pun dalam hidup ini demi kepentingan Tuhan dan kemuliaan nama-Nya. Mereka pasti mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, apa pun bentuknya, yang memberkati orang lain.
Dalam kenyataan hidup dapat dibuktikan bahwa kasih kepada Tuhan bertumbuh melalui peristiwa dan pengalaman hidup yang dialami seseorang.