Skip to content

Bertobat dan Berbuah

 

Matius 21:31

“Pemungut cukai dan perempuan sundal mendahului kalian masuk Kerajaan Surga.”

Banyak di antara masyarakat Israel tidak menyediakan diri untuk merespons Injil dengan benar, buktinya mereka salah mengerti maksud kedatangan Yesus; di mana mereka mau menjadikan Yesus menjadi Juru Selamat duniawi, mengangkat Yesus menjadi raja versi mereka. Orang-orang Farisi, Saduki, imam-imam kepala (orang-orang agamawi) memiliki roh agamawi yang juga tidak bisa menerima kebenaran Injil dan tidak mengalami, tidak memiliki keselamatan. Inilah yang terjadi dalam kehidupan bangsa Israel waktu itu, yang terbelenggu dengan berbagai belenggu duniawi. Mereka salah memahami maksud kedatangan Tuhan Yesus, orientasi pikiran mereka adalah berkat jasmani, kemakmuran lahiriah, kejayaan duniawi. Sementara orang-orang yang kelihatan moralnya baik tetapi memiliki roh agamawi, membuat mata mereka tertutup kepada kebenaran Injil. Ternyata hidup keberagamaan mereka, baik tokoh-tokoh agama maupun masyarakat belum menjawab—bukan saja kebutuhan untuk menjadi manusia sesuai rancangan Allah semula—kebutuhan untuk bisa menjadi seorang yang bisa mengerti kebenaran Injil.

Jadi, hidup masyarakat Yahudi yang beragama ketat belum menjawab kebutuhan untuk bisa menerima Injil. Maka mereka disuruh bertobat, menghasilkan buah-buah pertobatan atau keberadaan hati dan batin yang siap mendengar Injil. Jadi, hidup keberagamaan mereka belum memenuhi maksud buah-buah pertobatan yang Allah inginkan. Jadi ketika Tuhan Yesus berkata di Matius 5:20, maksudnya adalah jangan kita tetap tinggal dalam hidup keberagamaan seperti itu. Jadi walaupun kita bertobat sungguh-sungguh, tapi kalau mulut masih bocor, pikiran masih najis, maka kita tidak mungkin mengerti Injil. Dan itu tidak bisa dikerjakan oleh Allah karena itu kita kerjakan sendiri, tanggung jawab kita sendiri. Kalau mulut kita terbuka, itu bukan Allah yang membuka atau menutup, melainkan kita sendiri. Pikiran kita jorok atau bersih, bukan Tuhan yang mewarnai, melainkan kita sendiri yang mewarnainya. 

Maka, kita harus bertobat dan menghasilkan buah-buah pertobatan supaya simultan dengan penggarapan Roh Kudus untuk mencapai manusia sesuai rancangan Allah semula. Jangankan sempurna, baik saja kita belum. Tapi kalau orang sudah salah mengerti, bukan karena perbuatan baik orang selamat, misalnya, lalu baik pun tidak diusahakan, di situlah setan membuat banyak Kristen binasa. Memang bukan karena perbuatan baik kita selamat. Allah yang mengerjakan keselamatan itu, bukan karena kita berbuat baik, tapi karena anugerah. Tapi dengan keselamatan disediakan, maka kita harus bertobat. Supaya kita bukan hanya menjadi baik, melainkan sempurna. Buah-buah pertobatan, kita yang harus kerjakan. Dan akan diproses terus secara simultan atau bersama-sama oleh pimpinan Roh Kudus sampai kepada kesempurnaan. Kalau niat menjadi baik dan menghasilkan buah pertobatan tidak ada dalam hidup kita, selesai sudah. Artinya apa? Kita pasti terbuang dalam api kekal.

Dalam Matius 21:31 Tuhan mengatakan begini, “Pemungut cukai dan perempuan sundal mendahului kalian masuk Kerajaan Surga.” Perempuan sundal dan pemungut cukai itu dianggap sebagai orang-orang berdosa, namun bisa mendahului masuk surga. Ayat ini seakan-akan mengatakan, “Biar brengsek bagaimana, gampang masuk surga kalau percaya Yesus.” Jangan kita salah mengerti. Ayat-ayat ini tidak boleh dipahami bahwa orang yang berkeadaan berdosa tetap dengan mudah masuk Kerajaan Surga. Sebaliknya, kita harus mengerti bahwa sekalipun mereka orang-orang yang secara moral sudah rusak berat, tetapi mereka adalah orang yang sungguh-sungguh meninggalkan perbuatan dosa mereka. Ini yang kita harus tahu. Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan perbuatan dosa mereka, sampai memenuhi buah-buah pertobatan yang Allah inginkan. 

Dalam Lukas 7:29 dikatakan bahwa para pemungut cukai datang memberi diri dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. “Para pemungut cukai” berarti banyak orang. Dan dikatakan juga di ayat itu, mereka mendengar pengajaran Yesus dengan tekun, tidak membantah. Ini pertobatan yang sungguh-sungguh. Perempuan berdosa, perempuan sundal yang mengurapi Yesus, apakah kita ingat? Tanpa perkataan, menangis di dekat kaki Yesus, menyeka kaki Yesus dengan air matanya. Dia tidak peduli orang membicarakan apa tentang dirinya. Dia muncul. Ini pertobatan yang sungguh-sungguh. Contoh lain misalnya Zakheus. Zakheus bukan hanya berhenti berbuat dosa, namun separuh hartanya diberikan kepada orang miskin dan kalau ada orang yang pernah dia peras, dia kembalikan empat kali lipat. Itu adalah buah pertobatannya. Kalaupun belum sempurna, namun mereka punya niat untuk sempurna.

Jadi, pertobatan artinya berhenti dari perbuatan salah—ini adalah sebuah kemutlakan—dan menghasilkan buah-buah pertobatan sesuai keinginan Bapa; bukan hanya baik tapi sesuai keinginan Bapa. Tanpa pertobatan seperti itu, seseorang tidak dapat mengerti Injil kebenaran. Pertobatan atau berbalik dari perbuatan dosa adalah pertobatan yang sejati yang Allah kehendaki. Tuhan tidak akan menerima orang yang tidak berbalik dari jalannya yang jahat, sekalipun mulutnya mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Sebab untuk mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat itu mudah, apalagi yang terlahir dari keluarga Kristen, otomatis. Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan sebagai langkah mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Dan keseriusan pertobatan mereka dibuktikan dengan memberi diri dibaptis.