Skip to content

Bertahan Sampai Akhir

Bapak/Ibu/Saudaraku sekalian,

Ada beberapa hal prinsip yang benar-benar harus kita pahami. Dan hal ini, Saudara harus benar-benar ingat, karena ini penting. Yang pertama, keadaan dunia ini akan pasti selalu berubah; tidak akan berkeadaan stabil, permanen, atau tetap. Sebenarnya hal ini sudah dikemukakan di dalam Kitab Wahyu mengenai kuda yang berbagai warna, dan setiap kuda sebenarnya menunjukkan adanya gerakan-gerakan; movement, yang mana itu membuat perubahan. Dari kuda putih yang melambangkan kekristenan yang memenangkan tanpa perang, menaklukkan Roma tanpa pedang, tanpa anak panah, tapi hanya busur. Lalu ada warna-warna kuda yang lain. Warna hitam bicara mengenai krisis ekonomi, warna merah bicara mengenai perang, lalu warna hijau; chloros, itu menunjukkan adanya gerakan kekuatan yang memengaruhi warna dunia, sejak gerakan itu ada sampai hari ini.

Yang kedua, perubahan dunia tidak mengarah kepada keadaan baik. Perubahan dunia selalu akan bereskalasi atau meningkat ke arah yang buruk, negatif. Daniel 12 menubuatkan, banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji. Tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik. Jadi, orang fasik akan terang-terangan melakukan apa yang tidak patut dilakukan. Tuhan Yesus sendiri berkata di dalam Matius 24, bahwa karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang menjadi dingin.” Kalau pelaku kehidupan—yaitu manusia—kehilangan kasih, betapa rusaknya dunia ini. Hanya orang yang bertahan atau bertekun sampai pada kesudahannya, akan selamat.

Di dalam 2 Timotius 3:1-5, dikemukakan mengenai keadaan dunia pada hari-hari terakhir dimana datang masa yang sukar. Ini sinkron dengan Matius 24:12 tadi, kedurhakaan, kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Namun, ada satu hal yang dilupakan banyak orang atau tidak dimengerti oleh banyak orang. Kalau dunia makin jahat, keadaan dunia berubah, meningkat, bereskalasi negatif, mestinya manusia—dalam hal ini kita, orang percaya—harus memiliki sikap antisipasi, sikap pencegahan, respons yang memadai. Kalau orang berenang, misalnya di tepi pantai, yang ombaknya hanya setengah meter, dia boleh berenang rileks. Tapi kalau masuk ke dalam, dimana ombaknya dua meter, dia harus berantisipasi, Saudara. Demikian pula dengan gereja Tuhan.

Waktu saya masih kecil, seperti Bapak/Ibu yang sekarang usianya 60 tahun ke atas, dunia begitu teduh. Kalau dulu ada perceraian, itu memalukan sekali. Sekarang, orang cerai sudah tidak malu. Dulu, anak begitu hormat kepada orang tua, sekarang sudah jauh berkurang rasa hormatnya. Dan murid begitu takut kepada guru, sekarang murid ngajak duel guru. Ini dunia sudah luar biasa. Ini baru contoh sederhana, belum contoh ekstrem. Orang tua lawan anak, anak membunuh orang tua; orang tua membunuh anak, dan lain sebagainya. Kejahatan bertambah-tambah. Dengan demikian, iman Kristen menjadi rawan.

Saudaraku,

Tuhan Yesus berkata di Lukas 18, jika Anak Manusia datang, apakah Dia mendapati iman di bumi?” Apakah masih ada orang percaya yang benar? Ayat tersebut benar-benar menunjukkan betapa rawannya dunia terhadap iman Kristen. Makanya di Injil Matius 24 tadi dikatakan, bahwa hanya orang yang bertahan dan bertekun sampai akhir, yang akan selamat. Jadi, gereja sebagai komunitas dan lembaga, dan kita sebagai orang Kristen secara individu, tidak boleh memiliki kekristenan seperti orang-orang Kristen zaman 30-40 tahun yang lalu. Hari Minggu datang ke gereja, nyanyi lagu yang sama, khotbahnya juga sama. Bagaimana bisa menciptakan manusia Kristen yang sanggup menghadapi dunia yang jahat ini? Anak sekarang, begitu mudahnya melawan orang tua, pergaulan bebas, lalu masuk sekolah Alkitab.

Apakah belajar bahasa Yunani, Ibrani, sejarah gereja, bisa merubah itu watak? Belum waktu SMA sudah suka nyolong, berkelahi, dan dengan segala kebiasaan hidup yang salah. Lalu di Sekolah Tinggi Teologi hanya diisi pengetahuan yang orientasinya secara pengetahuan atau pengertian atau kognitif. Nanti kalau jadi pendeta, dia cuma bisa khotbah. Sementara dunia merusak. Jadi jangan heran kalau hari ini banyak keributan dalam gereja, perkelahian dalam gereja, yang dulu-dulu tidak pernah. Karena dunia sudah jahat. Manusia jahat sekali hari ini. Kalau dulu orang ke gereja seminggu sekali, masih bisa baik. Sekarang seminggu sekali, susah baik. Pengaruh dunia luar biasa. Belum tentu juga dia ngerti khotbahnya. Kalau kita tidak militan, tidak bisa.

Kita harus berani militan, radikal, sungguh-sungguh, tegas punya integritas, dan punya tempat yang beda dengan dunia. Jadi kalau lingkungan kita berkata A, bertentangan dengan firman Tuhan, kita berkata “tidak!” Tegas. Dunia itu hitam. Karena kita takut ditolak, jadi kita tidak mau warna putih, agak abu-abu. Awas, kita harus berani putih. Ditolak, tidak apa-apa. Karena memang firman Tuhan tadi, “yang putih tambah putih; yang kudus tambah kudus; yang fasik tambah fasik.” Sekarang ini bukan lagi masa penuaian. Beberapa tahun lalu masa menuai. Sekarang, penampian. Diguncang. Dunia ini tambah krisis dan tambah jahat. Ekonomi tambah sulit. Karena sulit, orang menghalalkan segala cara. Apakah kita mau ikut-ikutan dengan cara dunia? Makanya kita punya prinsip nekat, LB3; langit baru bumi baru, berkemas-kemas terus. Bahkan waktu saya berdoa, saya sering berkata, Tuhan, aku memilih Engkau. Apa pun yang Kau perintahkan, ku lakukan. Aku sudah seperti orang tidak waras, Tuhan. Tapi aku memilih ini.” Tidak bisa setengah-setengah.

 

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

 

Hanya orang yang bertahan dan bertekun sampai akhir, yang akan selamat.