Kejadian 3:15
“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya. Keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Tuhan membuat atau mengadakan permusuhan antara benih perempuan dan kuasa kegelapan. Di sini manusia akan pasti terbagi dalam dua kelompok: kelompok sekutu Tuhan (koalisi dengan Tuhan) dan manusia sekutu setan dan (koalisi dengan setan). Tidak ada orang yang bisa ada di daerah netral, wilayah abu-abu. Kalau tidak hitam, ya putih. Kalau tidak gelap, ya terang. Kalau tidak Tuhan, ya setan. Itulah sebabnya Tuhan mengatakan, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Sayang sekali kalau hal ini tidak ditegaskan, sehingga banyak jemaat Tuhan yang tidak mengerti bahwa tuntutan untuk berjalan dalam kebenaran, untuk menerjemahkan dan mewujudkan imannya itu tidak mudah, tidak sederhana.
Hidup ini merupakan satu pilihan. Apakah kita mau hidup dalam kebenaran atau tidak? Kita mau di pihak Tuhan atau tidak di pihak Tuhan? Dan kita tidak boleh menganggap remeh hal ini dengan mengatakan, “Nanti saya pertimbangkan saya ada di mana.” Kalau kita mendengar kebenaran ini, lalu kita menganggap remeh, berarti kita sangat bakat binasa. Maka kita harus menentukan sikap, di mana kita berpijak, di mana kita berkiblat. Oleh karena itulah Tuhan berkata, “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku.” Hanya ada dua kemungkinan: bersama Tuhan atau melawan Tuhan. Apakah bisa, kalau tidak melawan Tuhan namun juga tidak bersama dengan Tuhan? Tidak bisa!
Sikap kompromi, tolerir, tidak tegas dan mediokritas adalah sikap yang sangat membahayakan. Memang tidak kelihatan hitam, tapi tidak putih juga. Ini membahayakan! Untuk orang-orang seperti ini Tuhan berkata, “Aku muntahkan kamu. Aku mau kamu panas sekalian atau dingin sekalian. Kalau kamu suam-suam, Aku muntahkan kamu.” Jadi, hanya ada dua kemungkinan: bersama Tuhan atau melawan Tuhan. Pertanyaan selanjutnya, apa sih ukuran bersama dengan Tuhan itu? Ke gereja? Tadi kita sudah sepakat; tidak semua orang yang ke gereja sepikiran dengan Tuhan, tidak semua aktivis dan pendeta sepikiran dengan Tuhan. Lalu, siapa yang bersama dengan Tuhan? Yaitu mereka yang sepikiran dengan Tuhan.
Jangan merasa kalau sudah jadi anggota jemaat yang rajin, sudah jadi pendeta atau aktivis berarti kita sepikiran dengan Tuhan. Belum tentu. Perkataan ini tidak mendiskreditkan siapa pun, namun faktanya Alkitab berkata begitu. Jadi, bersama dengan Tuhan itu artinya sepikiran dengan Tuhan. Dan orang yang sepikiran dengan Tuhan pasti akan memperagakan pikiran dan perasaan-Nya dalam setiap keputusan dan setiap pilihan dari segala tindakannya. Tetapi, untuk sepikiran dengan Tuhan ini bukan sesuatu yang sederhana. Ini sulit. Lewat sebuah proses, ketekunan, kesungguhan, dan haus akan kebenaran. Itulah sebabnya mengapa Tuhan mengajar dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun selama tiga setengah tahun. Tuhan mengajar terus, sebab hal ini yang bisa memperbaharui pikiran para murid dan pengikut-Nya sehingga mampu mengerti pikiran Tuhan.
Kita harus sungguh-sungguh belajar dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, dari saat ke saat. Tiap hari kita harus menambah pengertian kita akan kebenaran. Lewat hal inilah baru kita punya hikmat, kecerdasan, kepekaan, sensitivitas, dan pengertian apa kehendak Tuhan dalam hidup ini, yaitu pikiran dan perasaan-Nya. Sehingga tindakan, keputusan dan pilihan-pilihan kita, semua itu merupakan peragaan dari pikiran perasaan Kristus; sebagaimana ayat yang mengatakan, “Hidupku bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Di sini baru kita bisa menjadi saksi. Dan di sini juga baru kita bisa mengumpulkan atau menyelamatkan jiwa bersama Yesus. Jadi, orang menjadi Kristen itu tidak boleh karena kita kasih beras lima kilo, atau kita kasih uang. Itu Kristen palsu! Biarlah mereka melihat perbuatan kita yang memuliakan Bapa di surga; bukan hanya mengakui Allah-nya orang Kristen baik, melainkan sampai bertobat dan melayani Tuhan juga.
Oleh sebab itu, kalau seorang memiliki pikiran perasaan Tuhan dan memperagakannya dalam hidup, dia sedang ikut mengumpulkan dan bukan menceraiberaikan. Akhirnya, semua kita ikut mengadakan pembelaan bagi Tuhan dan bersama dengan Tuhan. Oleh sebab itu, sebagai orang Kristen kita tidak boleh merasa hanya sebagai jemaat biasa terus-menerus. Ini pembodohan. Banyak orang begini datang ke gereja, minta Tuhan pimpin ini kebaktian, nyanyi, tepuk tangan, dengar khotbah, kasih kolekte, lalu: “Bapa, terima kasih” dan pulang. Minggu depannya, minta Tuhan pimpin. Sampai mati begitu terus. Jadi jemaat berada dalam strata yang hidupnya hanya seperti itu. Demikian juga dengan pendeta atau aktivis. Ini rusak. Mengakibatkan kekacauan dan kerusakan!
Padahal semua kita harus belajar firman Tuhan sampai kita memiliki pikiran Kristus. Sehingga keputusan, tindakan dan pilihan kita setiap hari, itu dibaca orang dan keharumannya bisa dicium. Itu yang menyelamatkan jiwa. Dan itulah yang namanya menjadi saksi. Tuhan akan memberikan kita banyak pengalaman yang unik, yang melaluinya kita menyaksikan siapa Kristus itu.