Skip to content

Berlabuh pada Tuhan

Saudaraku,

Setelah belajar banyak kebenaran firman Tuhan yang menjadi landasan atau dasar seseorang bergaul dengan Allah, maka sudah saatnya seseorang berani mencari Tuhan dengan menyediakan waktu sebanyak mungkin untuk bertemu dengan Tuhan setiap hari. Untuk itu harus ada gairah yang kuat, tenaga, pikiran dan waktu yang disediakan secara memadai untuk bertemu dengan Tuhan atau membuat ruang maha kudus di rumah. Betapa hebat kesempatan untuk bisa bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan langsung setiap hari.

Pertama, harus serius memiliki kehausan untuk mengalami Tuhan secara istimewa dan khusus. Tanpa kehausan terhadap Tuhan, maka pencarian seseorang terhadap Tuhan tidak akan berumur panjang. Kehausan yang sungguh-sungguh akan Allah mendatangkan rahmat bahwa ia akan dipuaskan. Untuk ini seseorang harus terlebih dahulu menyadari bahwa ada rongga kosong dalam jiwanya yang hanya bisa diisi oleh Tuhan. Untuk mengenali dan merasakan rongga kosong ini seseorang harus meninggalkan percintaan dunia sama sekali dan ikatan cinta berlebihan dengan orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarga.

Kedua, harus ada waktu yang dianggap sebagai “waktu mati,” artinya tidak ada kegiatan selama jam yang kita pakai untuk bertemu Tuhan. Waktu itu harus dirancang dan disedikan dengan rela, sukacita dan penuh kegairahan. Tuhan tidak ingin bertemu dengan anak-anak-Nya yang terpaksa menemui-Nya. 

Ketiga, belajar berkonsentrasi fokus pada Tuhan yang kita temui. Dalam hal ini belajar melokalisir pikiran dan meneduhkannya. Untuk membantu hal ini kita bisa menyanyi dan menyembah Tuhan.

Keempat, tidak menjadi putus asa ketika tidak merasakan kehadiran Tuhan secara fisik. Dalam hal ini harus belajar “menanti hadirat Tuhan.” Tuhan berjanji bahwa Tuhan akan membuat orang yang mencari Tuhan untuk dapat menemukan-Nya (Yes. 45:19; Yer. 29:13). Tuhan pasti menjumpai orang yang mencari Dia dengan sungguh-sungguh. Tentu saja kita tidak boleh mengatur Tuhan bentuk dan cara perjumpaan tersebut. Hendaknya kita tidak menuntut mengalami hal yang spektakuler. Tuhan pasti memberikan “porsi kehadiran-Nya” dengan bijaksana.

Ironis, banyak orang Kristen merasa sudah mencari bahkan berlabuh di dalam Tuhan, padahal mereka belum berlabuh sama sekali. Mereka hanya berlabuh di gereja, tetapi mereka tidak berlabuh di dalam Tuhan. Berlabuh di dalam Tuhan pada dasarnya adalah berlabuh di hati Tuhan. Inilah persoalan terbesar dalam kehidupan kekristenan kita: Apakah kita sudah mendapatkan tempat di hati Tuhan atau sudahkah kita menempatkan hati kita pada Tuhan? Harus dipahami bahwa tidak semua orang Kristen telah mendapat tempat di hati Tuhan sebagai kekasih-Nya atau mempelai-Nya.

Memang semua orang bisa mempunyai tempat di hati Tuhan sebagai anak-anak-Nya, tetapi tidak banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh berjuang guna menempatkan dirinya di hati Tuhan. Mereka tidak sungguh-sungguh menempatkan Tuhan di hatinya, sebab hatinya sudah dipenuhi dengan berbagai keinginan duniawi untuk memiliki dan menikmati keindahan dunia ini. Pada dasarnya orang-orang ini tidak berlabuh pada Tuhan. Hanya orang yang berlabuh pada Tuhan yang memiliki tempat di hati Tuhan.

Sesungguhnya tidak banyak orang yang memiliki kesempatan mengenal Allah Bapa dan masuk persekutuan dengan diri-Nya. Orang-orang yang memiliki kesempatan untuk mengenal Bapanya ini adalah orang Kristen yang seharusnya berani melabuhkan hidupnya pada Tuhan dengan suatu keyakinan bahwa hanya Tuhan perhentian hidupnya (Mat. 11:28-29). Berlabuh pada Tuhan bukan masalah menjadi Kristen yang harus ke gereja semata-mata atau menjadi aktivis. Berlabuh pada Tuhan juga tidak cukup hanya menjadi seorang pendeta. Ini masalah hati atau bathin.

Berlabuh pada Tuhan adalah kesediaan tidak memiliki apa pun dan siapa pun kecuali Tuhan sendiri. Berlabuh pada Tuhan adalah kesediaan untuk tidak memiliki kesukaan atau kesenangan apa pun kecuali bersama dengan Tuhan. Orang yang berlabuh kepada Tuhan adalah orang yang selalu berusaha melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Semua yang diusahakan adalah untuk kepentingan Tuhan. Tuhan pasti menuntun bagaimana menikmati semua yang kita peroleh tanpa melukai perasaan Tuhan. 

Orang yang berlabuh pada Tuhan akan terus mendesak untuk bisa mengalami secara riil Tuhan yang tidak kelihatan, agar menjadi nyata dalam hidup. Orang yang berlabuh pada Tuhan pasti sangat merindukan bertemu dengan Tuhan sebab baginya dunia ini benar-benar hanya tempat persinggahan sementara. Ia bisa menghayati jiwa kemusafiran dengan benar.

 

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

 

Hanya orang yang berlabuh pada Tuhan yang memiliki tempat di hati Tuhan.