Skip to content

Berkuasa atas Dosa

Hal kesucian pasti menyangkut integritas. Jadi, jangan berpikir kalau di tengah-tengah hidup di dunia yang jahat ini, kita tidak bisa hidup suci. Kesucian harus dibangun secara natural dan proporsional. Sebab, kesucian itu bukan sesuatu yang kita peroleh secara otomatis, melainkan dibangun dari benturan-benturan. Dan dalam hidup keseharian kita, pasti kita dapati banyak—paling tidak, pasti ada—benturan. Sebagaimana dalam Amsal 27:17 dikatakan, “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Dan Tuhan akan mengizinkan benturan-benturan dalam hidup supaya kita menjadi orang yang antibenturan. Maka, agar kita dapat memperoleh bagian dalam kekudusan Allah, kita harus memiliki ketahanan hidup.

Dalam Kejadian 4:6-8 dikatakan, “Firman TUHAN kepada Kain, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” Kata Kain kepada Habel, adiknya: “Marilah kita pergi ke padang.” Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.” Dosa datang, karena Kain tidak melakukan apa yang baik dan benar di mata Tuhan. Hatinya menjadi murka, karena iri melihat bagaimana persembahan Habel (adiknya) diterima Tuhan, sedangkan persembahannya sendiri tidak diindahkan oleh Tuhan. Karena itu hatinya menjadi panas, mukanya menjadi muram. Ini benturan atau gesekan yang dialami Kain. Tahukah kita bahwa ini adalah kondisi yang sangat disukai oleh dosa? Hati yang panas karena iri. Hati yang sedang murka, mudah sekali untuk dipengaruhi.

Iri hati adalah salah satu sikap mementingkan diri sendiri, namun lebih sulit untuk dideteksi. Dampak terburuk dari iri hati adalah hilangnya kebahagiaan. Karena iri hati membuat kita terlalu berfokus pada berkat-berkat yang hadir dalam kehidupan orang lain, sehingga kita buta jika melihat berkat-berkat dalam hidup kita sendiri. Ujung-ujungnya, kita lupa bersyukur yang sejatinya adalah kunci dari kebahagiaan. Jadi, penyebab iri hati adalah fokus kepada kenyamanan kehidupan orang lain. Kain iri pada keberhasilan Habel dalam hal mempersembahkan persembahan kepada Yahweh.

Kalau kita memperhatikan ayat di atas, dosa sebetulnya belum masuk ke dalam hati Kain, baru mengintip di depan pintu. Mencari-cari jalan untuk bisa masuk dan dosa itu sangat menggoda. Namun, Tuhan memperingati Kain: “Tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” Artinya, dosa masih bisa dikuasai dan harus dikuasai di depan pintu hati, sebelum ia masuk dan berbuah. Dengan kata lain, waktu yang paling baik untuk mengalahkan dosa adalah di depan pintu. Jangan sampai kita membiarkan dia masuk. Sebab kalau kita buka pintu sedikit saja, dosa tidak akan ragu untuk segera masuk ke dalam. Apa pintu masuk dalam hidup kita? Yaitu mata dan telinga. Itulah pintu menuju ke dalam hati kita. Iblis menggoda lewat mata lalu mencari-cari celah untuk dapat masuk ke dalam pikiran. Kita lihat, bagaimana dosa begitu berkuasa atas manusia. Itu sebabnya, bersyukur atas apa yang Yesus sudah buat untuk kita semua. Dia sudah mengalahkan dosa dan maut (1Kor. 15:55-58).

Namun, meskipun dosa sudah dikalahkan, bukan berarti bahwa dosa itu tidak berdaya. Dosa masih tetap melakukan apa yang biasa dia lakukan, yaitu mengintip di depan pintu, mencari peluang untuk bisa masuk. Terutama apabila kondisi hati kita tidak baik. Itu sebabnya, kita harus memagari pikiran kita dengan perisai iman. Dengan kekuatan kita sendiri, kita tidak mampu melawannya. Tapi Tuhan telah memberikan Roh Kudus tinggal dalam hidup kita untuk memimpin kita dalam seluruh kebenaran, dan mengingatkan kita akan dosa (1Kor. 6:19-20). Masalahnya, maukah kita mendengarkan suara Roh Kudus dan menurutinya? Semakin kita mau taat kepada Dia, semakin kita mau berserah kepada Dia, semakin Dia akan memimpin kita. Atau, malah kita tidak mendengar suara-Nya? Lalu, suara siapa yang kita dengar selama ini?

Tuhan bisa menempatkan orang-orang di sekitar kita yang bisa menegur kita, menasihati, dan membimbing kita. Hanya, jarang kita mau ditegur, karena hal tersebut menyakitkan. Perubahan sulit terjadi kalau kita hanya mau mendengar dan menaati apa yang kita mau dengar sesuai selera kita. Banyak orang mau maju, banyak orang mau berhasil, tapi tidak banyak yang mau dikoreksi pada saat mereka melakukan kesalahan. Yesus pun harus belajar untuk taat, dan Dia belajar untuk taat melalui penderitaan-Nya (Ibr. 5:8). Jadi, kalau kita mau jadi seperti Yesus, kita juga harus belajar taat dalam penderitaan kita. Sejatinya, kita harus mau ditegur dan berubah, selagi masih ada kesempatan.

Dosa masih bisa dikuasai dan harus dikuasai di depan pintu hati, sebelum ia masuk dan berbuah