Skip to content

Berjalan BersamaTuhan

Saudaraku,

Bukan hanya sangat bodoh, melainkan celaka kalau orang tidak mau berurusan dengan Tuhan secara benar. Tetapi kenyataan yang kita lihat dalam kehidupan manusia, sedikit sekali orang yang benar-benar mau berurusan dengan Tuhan. Saudara ke gereja hari ini, belum tentu Saudara sungguh-sungguh mau berurusan dengan Tuhan. Saudara memang mau berurusan dengan Tuhan, tapi tidak sungguh-sungguh atau kurang bersungguh-sungguh. Padahal kalau sesorang berurusan dengan Tuhan, dia tidak bisa tidak sungguh-sungguh. Untuk yang lain Saudara bisa setengah-setengah, ala kadarnya, menjadi sambilan, tetapi kalau urusan dengan Tuhan tidak bisa, tidak boleh sambilan, tidak boleh setengah-setengah.

Dia, Allah dan Bapa kita, Saudaraku. Yang menciptakan langit dan bumi. Yang memelihara kehidupan. Yang mengatur tatanan. 1 detik Allah meninggalkan dunia atau jagad ini, kacau. Allah tetap topang. Itulah sebabnya Alkitab katakan, “Ia memelihara kesetiaan-Nya sampai selama-lamanya, dan tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya.” Dialah yang mestinya menjadi segalanya bagi kita. Artinya, apa pun masalah kita, apa pun keadaan kita, bisa kita lewati kalau kita bersama Tuhan. Hidup ini tidak mungkin tidak bermasalah. Tetapi sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, Tuhan lebih besar. Dialah yang mempunyai kuasa, juga kemuliaan, dan Kerajaan kekal selama-lamanya.

Orang ke gereja belum tentu berjalan dengan Tuhan. Orang bisa beragama Kristen, berjalan dalam hidup ini dengan menyandang status beragama Kristen, tapi tidak berjalan dengan Tuhan. Orang bisa jadi aktivis, bahkan bisa jadi pendeta, tapi belum tentu berjalan dengan Tuhan. Berjalan dengan Tuhan artinya setiap saat hidup di hadirat Allah, hidup di hadapan Allah. Dan kita harus terus menghayati, membawa diri pada perenungan setiap saat; bahwa kita ada di hadapan Allah. Bahwa dunia ini diciptakan oleh Allah, dipelihara oleh Allah dan Dia maha hadir. Di mana pun kita berada Allah hadir. Bukan hanya pada waktu kita berdoa, kita berusaha menghayati Allah itu ada. Bukan hanya pada waktu kita di gereja, kita tercengkrami oleh suasana gereja, bahwa Allah ada. Tetapi juga ketika kita keluar dari geeja; ketika kita di kendaraan, di rumah, di restoran, kita selalu di dalam penghayatan bahwa kita ada di hadapan Allah. Bagaimana hal itu bisa kita miliki?

Pertama, penghayatan kesadaran bahwa Allah hadir di mana kita ada harus terus kita suarakan di dalam diri kita sendiri. Kita bisa bicara pada diri kita sendiri, “Allah hidup, Allah hadir, Allah di sini Allah hidup, Allah hadir, Allah ada di sini Allah.”

Kedua, kita harus menjaga perasaan-Nya. Allah bukan seperti satu benda atau sosok yang tidak berperasaan. Allah adalah Allah yang berpribadi; artinya, memiliki perasaan. Kita harus memperhitungkan, apa yang kita lakukan ini menyenangkan Dia atau tidak. Irama itu harus kita miliki sampai akhirnya kita tidak perlu memerintahkan syaraf jiwa kita untuk menghayati Allah itu hadir, sebab tanpa memberikan perintah agar kita menjaga perasaan Allah dengan sendirinya kita sudah terkondisi, jiwa kita terkondisi untuk menghayati bahwa Allah itu mahahadir, Allah beserta, Allah ada di mana kita ada, dan kita selalu menjaga perasaan-Nya.

Di sni kita mengaktifkan iman kita. Kita tumbuhkan iman kita dengan menghayati kehadiran Tuhan. Ingat, ada kamera Tuhan yang tidak pernah rusak. Dia bisa melihat bukan hanya apa yang kita lakukan, melainkan juga apa yang ada di hati dan batin kita. Padahal kita sudah tebiasa menjaga perasaan kita. Kita tidak mau tersinggung, tidak mau dirugikan. Sekarang, kita sudah mesti belajar menjaga perasaan Tuhan.

Teriring salam dan doa,

Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Berjalan bersama Tuhan artinya setiap saat hidup di hadirat-Nya.