Skip to content

Belum Memiliki Buah Pertobatan

 

Matius 3:8

“Jadi, hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.”

Dalam perjalanan hidup umat pilihan di Perjanjian Baru, jelas Paulus mengatakan, “Aku melepas semua dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Flp. 3:7-9). Melepas semua, baru mendapatkan Kristus. Kurang jelas apa? Ayat yang lain mengatakan, “Keluarlah kamu dari antara mereka, jangan menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.” Dan Yesus pun memberikan perumpamaan, seseorang yang menjual ladangnya demi membeli satu ladang yang ternyata di dalamnya ada harta yang tersimpan. Ini tindakan barter. Dengan hal ini, kita mengerti mengapa Yesus berkata untuk masuk Kerajaan Surga itu tidak mudah. Selama berabad-abad, gereja telah menyimpang dari kebenaran Injil. Tapi mereka merasa bahwa mereka ada dalam kebenaran Injil, yang ditopang oleh doktrin-doktrin palsu dari ajaran kuasa gelap. Karena diakui oleh para doktor dan profesor, disahkan gereja, mereka menyejajarkan doktrin itu dengan Alkitab. Jadi, tidak heran kalau dalam sejarah gereja, terjadi pertikaian yang berdarah-darah, bunuh-membunuh, dan itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak menyalahi kebenaran Injil. Dan mereka yang bertikai doktrin itu merasa sedang membela Tuhan. Padahal, mereka sedang dikuasai oleh kuasa gelap. 

Kehidupan menyimpang dari kebenaran ini, tidak berbeda dengan anak-anak dunia yang saling membunuh. Mereka merasa bukan sesuatu yang buruk. Ajaran keselamatan bahwa keselamatan bukan karena perbuatan baik yang diajarkan salah atau dipahami keliru, membinasakan banyak orang Kristen, dan kita melihat dari sejarah ini, mereka semua menyimpang. Tidak usah bicara soal doktrin, dari kelakuannya saja sudah menunjukkan kelakuan bukan anak-anak Allah. Sekarang ini kalau ada orang berusaha untuk melakukan perbuatan baik, berusaha membangun moral, dituduh sebagai usaha mencari keselamatan dengan usaha sendiri. Seakan-akan hal itu bertentangan dengan firman Tuhan yang mengatakan bahwa keselamatan diberikan cuma-cuma, bukan berdasarkan perbuatan baik. Slogan sola gratia telah menggelapkan mata pengertian banyak orang, sehingga banyak orang tidak sungguh-sungguh berusaha untuk memiliki kehidupan yang bersih guna menerima taburan kebenaran Injil dan menerima anugerah keselamatan.

Banyak orang Kristen merasa sudah punya anugerah. Dengan anugerah itu, mereka merasa sudah selamat. Tuhan Yesus jelas berkata, “Berjuanglah.” Paulus jelas berkata, “Kerjakan keselamatan,” itu pun konteksnya ketika Paulus mengatakan, “Kamu harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Kerjakan. Ini tidak bisa dengan sendirinya.” Untuk memiliki pikiran dan perasaan Kristus yang agung itu, kita harus usahakan dulu kesucian, kesalehan. Banyak orang Kristen tidak mengerti bahwa tujuan keselamatan itu dikembalikan ke rancangan Allah semula, yang ditandai dengan melakukan kehendak Bapa. Jadi kalau hanya melakukan pertobatan secara umum, itu belum maksud keselamatan. Keselamatan itu seseorang sampai berkodrat ilahi, segala sesuatu yang dipikirkan sesuai dengan kehendak Allah, memiliki pikiran dan perasaan Tuhan, tidak bercacat dan tidak bercela, mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Ini tingkatannya tinggi sekali.

Jadi pertobatan secara umum, meninggalkan cara dan kebiasaan hidup yang salah, itu baru awal untuk mengikut Yesus sebagai persiapan. Makanya Yohanes Pembaptis menyerukan mereka bertobat. Dengan pertobatan yang benar, yang menghasilkan buah pertobatan sesuai dengan kehendak Allah. Kesalahan banyak orang, mereka menggabungkan pertobatan itu sebagai tanda keselamatan. Tanda keselamatan bukan hanya bertobat dari cara hidup yang salah, melainkan memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Jadi, pertobatan itu baru awal. Itu pun kalau sungguh-sungguh pertobatan yang benar. Jadi, keselamatan bukan hanya ditandai pertobatan secara umum, tetapi dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula yang modelnya adalah Yesus. Jadi kalau hanya pertobatan, umat Perjanjian Lama juga mengenal pertobatan. Orang-orang Yahudi pada zaman Yohanes Pembaptis adalah orang-orang beragama yang kembali kepada Yahweh dan berusaha menjalankan agama Yahudi dengan baik. Tetapi pertobatan yang dikehendaki Allah itu standarnya beda. 

Ini berbicara mengenai pembaruan pikiran (Yun. Metanoia), pertobatan yang terus-menerus untuk serupa dengan Yesus, baru pertobatan awal. Ini persiapan untuk Tuhan datang mengajar, Injil diajarkan; kebenaran diajarkan, anugerah keselamatan ditawarkan. Orang-orang Farisi dan ahli Taurat itu tahu apa artinya bertobat, tetapi secara formalitas, legalitas, artinya secara lahiriah menyatakan bertobat dan tidak melakukan pelanggaran secara moral hukum yang dapat dilihat. Biasanya, pertobatan seperti ini adalah pertobatan demi hukum agama, demi penilaian dan pandangan manusia. Itulah sebabnya, perhatikan, ahli Taurat mengaku depan umum sebagai anak-anak Abraham, “Kami ini anak-anak Abraham.” Pengakuan itu penting, namun ini formalitas, legalistik. 

Coba bandingkan dan perhatikan apa kata Yohanes Pembaptis kepada mereka, “Hai, kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Kamu itu orang yang dimurkai.” Ini perkataan yang menyakitkan kepada tokoh-tokoh agama. Lalu selanjutnya, “Jadi, hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” Dengan kata lain, dianggap mereka belum memiliki buah pertobatan.