Saudaraku,
Tanpa disadari, pengajaran yang banyak beredar di pikiran atau menguasai pikiran orang Kristen adalah keselamatan itu mudah dicapai, tidak perlu ada perjuangan. Kalau kita membaca ayat-ayat dalam Alkitab, tidak demikian. Ini penghalusan namanya. Penghalusan yang menyesatkan yang membuat orang Kristen tidak mencapai tujuan keselamatan itu. Kita tahu bahwa kasih karunia atau anugerah adalah kekuatan Injil, tetapi memahami kasih karunia, memahami anugerah dengan pemahaman yang salah ini bahaya sekali. Kasih karunia atau anugerah bukanlah kasih karunia yang tidak ada tanggung jawabnya. Kasih karunia atau anugerah yang Tuhan berikan kepada kita adalah kasih karunia yang memuat tanggung jawab.
Sebagaimana Taman Eden diberikan gratis kepada Adam dan Hawa, tetapi mereka harus mengelola taman itu. Bagaimana bisa mengelola taman itu sesuai dengan rencana Allah? Yaitu dikelola dalam keabadian, dikelola oleh orang-orang yang tidak memberontak kepada Allah, dikelola oleh orang-orang yang tidak mengalami kematian. Mereka tidak boleh makan buah yang terlarang. Maka ketika mereka makan buah yang dilarang TUHAN itu, mandat untuk mengelola bumi ini menjadi rusak. Anugerah keindahan Eden dengan kehidupan yang sempurna disertai tanggung jawab: “Jangan makan buah.” Kalau orang Kristen: “Jangan menyentuh apa yang najis.” Najis artinya yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, tidak sesuai dengan standar kesucian Tuhan.
Tuhan menghendaki semua harus tepat atau presisi. Dan kekristenan itu adalah jalan hidup, bukan jalan hukum. Jalan hidup hidup-Nya Tuhan Yesus yang harus kita kenakan, karena itulah model hidup Anak Allah yang harus kita gelar atau yang harus kita selenggarakan. Kehidupan Yesus adalah model hidup yang tidak dicemari oleh unsur-unsur dunia, tidak ada unsur-unsur kekafiran dalam diri Yesus. Itulah model hidup yang harus kita kenakan
Saudaraku,
Mari kita teliti dan mohon hikmat Tuhan, sumber-sumber apa di sekitar kita yang mencemari kita? Sumber-sumber apakah yang ada di sekitar Saudara yang membuat Saudara tercemari oleh unsur-unsur kekafiran? Tidak salah punya gadget, tapi salah kalau kita membuka pintu kekafiran mengalir dari gadget kita. Kita harus bersosialisasi dengan manusia lain atau bermasyarakat. Tetapi menjadi keliru kalau kita begitu akrab bersahabat, sampai satu roh satu hati, dan berbagi dengan orang-orang yang tidak takut akan Allah, yang itu bisa mencemari kehidupan kita. Bagi pemuda-pemudi yang belum menikah atau Saudara-Saudara yang belum menikah, lebih baik engkau tidak menikah daripada menikah dengan orang yang akan mengotori Saudara dengan unsur-unsur kekafiran.
Maka kita harus setiap hari memperhadapkan diri kita kepada Tuhan dan mohon pimpinan Roh Kudus menyingkapkan jika ada unsur-unsur kekafiran di dalam diri kita. Sementara kita membuang unsur-unsur kekafiran, kita juga menutup pintu akses di mana unsur kekafiran di lingkungan kita bisa masuk lewat hidup atau masuk ke dalam hidup kita. Kita mau membangun bait Allah yang benar-benar tidak tercemari, di mana benar-benar Allah hadir. Kehidupan rasul-rasul di abad mula-mula itu kehidupan orang-orang saleh, yang saputangannya saja jika disentuh orang sakit, sembuh.
Dan Yesus sendiri menjadi teladan, di mana tubuh-Nya adalah bait Allah seperti yang dikatakan dalam Yohanes 2:21, “Runtuhkan bait Allah ini, Aku akan membangunnya dalam tiga hari.” Maksudnya bait Allah di ayat itu adalah tubuh-Nya, maka ketika orang menjamah jubah-Nya, sembuh. Kita semua adalah bait Allah, maka jangan ada lagi noda kekafiran. Kita harus serius untuk menjadi bait Allah; bait Allah yang berjalan, yang hidup. Maka kita akan merasakan kehadiran Allah, dinaungi Allah, dilingkupi oleh Allah.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Kehidupan Yesus adalah model hidup yang tidak dicemari oleh unsur-unsur dunia, tidak ada unsur-unsur kekafiran dalam diri Yesus.