Skip to content

Bangunlah!

Jangan main-main dengan hidup. Kita ada dalam perjalanan waktu dan pasti ada ujungnya; dan kita tidak tahu kapan kita akan tiba di ujung hidup kita. Kita tidak tahu ujungnya, maka setiap saat kita harus berjaga-jaga; “Kalau hari ini hari terakhirku, aku sudah siap.” Dulu kita sering ceroboh, karena kita pikir masih ada waktu. Memang waktu masih ada, tetapi kecerobohan-kecerobohan tersebut, ternyata membuat kita tidak bertumbuh dalam kesucian. Kalau kecerobohan itu berlarut-larut, kita tidak akan mencapai tingkat kekudusan yang Allah kehendaki. 

Kita kelihatan baik-baik, kelihatan rohani, tetapi sejatinya kita belum menyenangkan hati Bapa. Mari kita memperhatikan apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan dalam Efesus 5:14, “Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” Kita yang harus bangun. Kita tidak bisa hanya berkata, “Tuhan, bangunkan aku.” Kita yang harus berkata, “Tuhan, aku mau bangun.” Bagaimana kita bisa bangun? Ada satu kalimat penting: Ubahlah rutinitas hidupmu!

Kita tidak akan pernah bangun—dalam arti rohani—kalau kita tidak mengubah rutinitas hidup. Kita terjebak dengan siklus hidup setiap hari. Bangun pagi, kerja, bangun pagi begini, lalu begitu. Tidak salah, jika itu memang tanggung jawab yang harus dipenuhi, tetapi ada hal-hal yang harus kita ubah. Bangun pagi, berdoa dulu sebentar, karena harus dikejar waktu, mempersiapkan makan keluarga dan lain-lain. Tetapi ada waktu-waktu yang tadinya untuk nonton, jalan-jalan, atau hobi, sekarang kita pakai untuk duduk diam di kaki Tuhan. Buat rutinitas yang baru. 

Mengingat hari hidup kita mungkin tidak lama, maka kita harus mengisi hari hidup kita dengan benar. Tuhan menjadi segalanya bagi kita. Ketika kita menutup mata, kita harus didapati Tuhan tak bercacat tak bercela. Tidak boleh ada sekecil, sehalus apa pun dosa yang masih kita lakukan. Kebahagiaan kita hanya nanti di Langit Baru Bumi Baru. Di dunia ini tidak ada kebahagiaan yang sejati. Dengan mobil bagus, rumah nyaman, deposito banyak, semua itu tidak bisa membuat kita bahagia. Ternyata hanya Langit Baru Bumi Baru saja. Mari kita serius memerkarakan hidup kita kepada Tuhan. Kita ada dalam perjalanan waktu. Setiap saat kita bisa diperintahkan pulang dan tidak seorang pun bisa menahan kita.

Suatu hari, kalau dunia ini sudah berakhir atau kita pulang satu per satu, kita dapat berjumpa kembali di Langit Baru Bumi Baru. Kita yang masih hidup harus benar-benar mempersiapkan diri. Satu per satu kita pasti meninggal. Jangan keras kepala. Jangan main-main. Kita harus serius untuk hidup berurusan dengan Allah Yang Hidup. Dia sungguh hidup, maka kita dapat dicengkeram oleh kehadiran Tuhan. Itu yang memampukan kita untuk menghindarkan diri dari dosa. Begitu banyak kemungkinan dan kesempatan kita berbuat dosa, tetapi kita memilih Tuhan. Jujur dalam segala hal, suci dari pikiran dan perkataan; dan hal inilah yang membuat kita layak masuk Langit Baru dan Bumi Baru. 

Kata berikutnya adalah bangkit; “Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” Kita harus bangkit untuk memetakan hidup kita. Bangun pagi, kerja, ada jam berlutut, berlutut. Petakan hidup kita, karena hidup kita milik kita. Jangan masuk dalam perangkap pasivitas; pasivitas rohani. Rohani kita tidak bertumbuh walaupun kita rajin ke gereja, aktif pelayanan. Iblis sering membuat keadaan seperti itu. Seakan-akan kita maju, padahal tidak maju/bertumbuh. Kita bukan saja pasif, bahkan mati. Jadi, harus benar-benar ada pertumbuhan dalam rohani, pertumbuhan iman dalam perjumpaan dengan Tuhan setiap hari. 

“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif…” “Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,” dalam bahasa Yunani adalah pos peripateite, yang artinya, perhatikan bagaimana kita berkebiasaan. Apa kebiasaan kita? Apa rutinitas hidup kita? Setiap kita punya rutinitas. Apa yang menjadi kebiasaan kita, perhatikan itu! Apakah itu kebiasaan yang mempersiapkan kita menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah atau kebiasaan yang membuat kita menjadi serupa dengan dunia? 

 “… janganlah seperti orang bebal, …” Kata “bebal” itu dalam teks aslinya adalah asofoi. Artinya, orang yang tidak bijaksana. “…  tetapi seperti orang arif,” Kata ‘arif’ dalam bahasa Yunani adalah sophia (orang yang bijak). Ingat firman Tuhan dalam Matius 7:24, “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.”  Ingat juga perumpamaan 5 gadis yang bodoh dan 5 gadis bijaksana. Yang memiliki persediaan minyak adalah gadis yang bijak. Yang tidak punya minyak, bodoh. 

Mari kita bertanya pada diri sendiri, “Aku termasuk orang bijak atau orang bodoh?” Jangan teruskan hidup dengan berpikir bahwa semua akan baik-baik saja. Setan menipu kita. Keadaan bisa berubah setiap saat. Kita pun melihat dunia ini tidak bertambah baik. Krisis ekonomi global yang terus berlangsung, ketegangan politik antar negara, belum lagi ekosistem bumi yang anomali. Kita dikepung oleh banyak masalah, namun ini tidak akan menakutkan kalau kita menjadi anak Tuhan yang berkenan di hadapan Tuhan. 

Kita tidak akan pernah bangun—dalam arti rohani kalau kita tidak mengubah rutinitas hidup.