Roma 3:9
“Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan daripada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa.”
Perdebatan para teolog Kristen di ruang media sosial hari ini lebih menunjukkan mereka seperti orang-orang dunia yang tidak memiliki kelemahlembutan Kristus. Dan perdebatan-perdebatan itu juga tampak sekali menunjukkan kesombongan dan kebencian terhadap orang lain. Piawai berbicara mengenai keselamatan, tetapi perilaku mereka tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang pantas dihormati. Padahal Tuhan menghendaki kita memiliki kebenaran atau dikaiosunei atau kerohanian atau moralitas yang lebih dari tokoh-tokoh agama, yang pada waktu itu konteksnya diwakili oleh ahli Taurat, orang Farisi, imam-imam kepala agama Yahudi. Lalu timbul pertanyaan, “Di mana peran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya yang dijanjikan akan membawa orang percaya kepada seluruh kebenaran?”
Doktrin “keselamatan hanya dalam Kristus” adalah doktrin yang paling membanggakan dalam hidup orang Kristen. Dan banyak orang Kristen kalau sudah mengucapkan kalimat itu merasa sedang membela Tuhan dan ada di pihak Tuhan. Dan ternyata, hal itu memicu banyak orang Kristen merasa sudah selamat dan memiliki kepastian masuk surga. Sedangkan orang di luar Kristen dan siapa pun mereka yang ditentukan Allah tidak mengalami keselamatan, tidak mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. Di sini timbul arogansi doktrin, dan arogansi doktrin ini membutakan mata pikiran dan pengertian, sehingga orang tidak berpikir cerdas dan tidak realistis melihat kehidupan dengan segala dinamikanya. Sehingga, banyak orang Kristen tidak mempersoalkan apakah doktrin mengenai keselamatan yang mereka pahami itu sudah lengkap dan benar-benar sesuai dengan kebenaran Alkitab atau belum.
Sebab biasanya orang Kristen, jemaat awam, menerima saja apa yang dirumuskan oleh para teolog masa lalu, dan itu dianggap sebagai sudah mutlak benar, tidak boleh diganggu gugat. Padahal, dalam dinamika hidup ini Allah masih akan memberikan kebenaran bagi orang percaya. Tuhan masih mau menganugerahkan kebenaran kepada umat-Nya. Meyakini Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan itu baru sebagian kecil dari rangkaian besar doktrin mengenai keselamatan atau soteriologi. Soteriologi adalah studi mengenai keselamatan, dan memiliki jangkauan yang luas dan berbagai aspek yang harus dipahami secara lengkap. Jadi ajaran mengenai keselamatan harus dibangun dari pengetahuan yang benar mengenai pokok-pokok bahasan yang terkait dengan keselamatan ini, seperti anugerah, dosa, pembenaran, pendamaian, kesucian, kesempurnaan.
Namun apa artinya pengertian mengenai doktrin keselamatan yang dibanggakan tersebut kalau ternyata hidup keberagamaan, kerohanian moralitas tidak memancarkan keistimewaan? Bahkan kita melihat, orang-orang non-Kristen yang tidak memiliki ajaran keselamatan, bisa memiliki keagungan moralitas dibanding sebagian orang Kristen. Banyak orang yang berpikir tidak realistis melihat kehidupan ini. Dan memang biasanya doktrin-doktrin yang tidak sesuai kebenaran Alkitab itu, tidak jelas implikasinya, bahkan sama sekali tidak jelas. Ini yang membuat banyak orang Kristen, khususnya para teolog, hanya sibuk dalam tataran area nalar; mempersoalkan doktrin, tetapi tidak mempersoalkan perilaku yang harus berubah dengan standar sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Jelas tidak ada implikasi kalau pengajarannya bahwa “keselamatan individu ditentukan secara sepihak oleh Allah,” sehingga tidak perlu respons. Sehingga mereka kurang realistis memandang hidup.
Banyak orang Kristen menjadi picik karena doktrin yang implikasinya miskin dan yang tidak dinamis, sehingga sulit direlasikan dengan kehidupan. Doktrin seperti ini biasanya warisan dari Eropa, yang mana sekarang kekristenan di sana menjadi sekarat. Banyak orang Kristen yang tidak peduli terhadap fakta kehidupan. Merasa memiliki eksklusivitas keselamatan hanya dalam Kristus, dan itu merupakan satu keunggulan yang secara otomatis menempatkan mereka menjadi anak-anak Allah yang lebih dari orang beragama lain, memunculkan arogansi doktrin keselamatan. Tidak ada keselamatan di luar Kristus, itu mutlak. Tetapi orang-orang non-Kristen pun masih punya peluang masuk surga, kalau mereka memang tidak atau bukan umat pilihan, yaitu jika mereka mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Orang yang memiliki arogansi doktrin ini memandang orang lain (sesama orang Kristen) yang tidak memiliki ajaran yang sama, dianggap bidat. Mereka memandang doktrin yang mereka warisi dari para teolognya sebagai sejajar dengan Alkitab. Maka cirinya, kalau mereka membahas ajaran dan doktrin, tidak lepas dari pandangan manusia, yang umurnya sudah ribuan tahun dan sangat mungkin hanya efektif pada zamannya. Hal ini sudah jelas menunjukkan bahwa konsep keselamatan yang mereka yakini dan mereka ajarkan sejatinya tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Sebab, perilaku mereka menunjukkan kualitas atau keberadaan doktrinnya.