Skip to content

Apa pun Kita Lakukan

 

Cinta kita harus bulat dan utuh bagi Tuhan. Tentu cinta kepada Yesus Kristus tidak cukup dengan pernyataan, “Aku cinta pada-Mu, Tuhan.” Tuhan tidak memerlukan kalimat atau kata-kata semata. Tuhan tentu mau menikmati kita. Maka kalau kita mengasihi Allah Bapa, kita mengasihi dengan perbuatan, dengan tindakan yang Allah Bapa kehendaki yang menjadi wujud, bukti cinta kita kepada Allah. Dan itu adalah memiliki kehidupan Yesus. Tuhan Yesus berkata di Yohanes 6:55, “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.” Dan ketika Yesus mengatakan hal itu, responsnya dapat kita baca dalam Yohanes 6:66, “Mulai dari waktu itu, banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” Sebab mereka menilainya, “Perkataan ini keras.” Ini level murid-murid, bukan kelas penggembira saja. Pasti orang-orang yang dekat dengan Tuhan Yesus, yang selama itu rajin mendengarkan ajaran Tuhan Yesus. 

Sebab kalau orang mencintai Tuhan Yesus, maka ia akan mengenakan hidup-Nya, sehingga bisa berkata seperti yang dikatakan dalam Galatia 2:20, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Jadi kalau orang tidak mengasihi Tuhan Yesus, terkutuk. Berarti memang dia menolak karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus. Dia menyia-nyiakan kurban yang begitu berharga yang Yesus lakukan di kayu salib. Pengurbanan Yesus menebus dosa kita; dengan penebusan dosa tersebut, kita dibenarkan. Dengan dibenarkan, kita menerima meterai Roh Kudus. Dengan meterai Roh Kudus, kita dipimpin supaya bukan hanya dianggap benar atau dibenarkan, melainkan supaya kita benar-benar benar. Supaya kehidupan Yesus menjadi hidup kita.

Karena memang sejak semula Allah menciptakan manusia agar manusia memiliki kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah adalah moralitas kesucian Allah, sifat Allah, karakter Allah. Dan Yesuslah manusia sempurna pertama yang penuh firman, yang penuh logos, yang sama dengan dipenuhi oleh Allah, mengenakan sifat-sifat Allah, dan itu menjadi model kita, prototipe kita. Jadi kalau kita tidak mau mengenakan hidup Yesus, berarti kita tidak menerima keselamatan itu. Dan betapa bodoh dan naif, banyak orang Kristen yang merasa sudah selamat karena secara akal mengakui Yesus Tuhan dan Juru Selamat. Coba persoalkan, apakah dia mengasihi Tuhan? 

Kalau berkata, “Aku mengasihi Tuhan,” bohong. Sebab kalau seseorang mengasihi Tuhan, maka ia pasti tidak menyia-nyiakan kurban Yesus di kayu salib. Ia harus “makan daging-Nya dan minum darah-Nya” supaya memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki Yesus, yang merupakan sifat-sifat Allah. Itulah sebabnya di Filipi 2:5-7 jelas firman Tuhan katakan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Kata “pikiran” dan “perasaan” itu dalam teks aslinya hanya satu kata, phroneo (φρονέω); sikap, sikap hati, sikap batin, manusia batiniah. Dan jika seseorang mengenakan ini, ia menyenangkan Tuhan, tidak melukai hati Bapa. Ini sulit, makanya harus mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. 

Kalau dengan segenap, segenap, segenap kita mengasihi Tuhan, maka apa pun kita lakukan untuk menyenangkan Dia. Jadi, kita tidak boleh menjadi manusia biasa-biasa, kita harus sempurna. Dan model kesempurnaan kita itu ada pada Yesus. Itulah sebabnya kita ke gereja berkumpul untuk mendapatkan briefing yang tujuannya adalah untuk mengubah kita. Jadi kalau kita tidak berubah, yang salah bisa gerejanya, pendetanya, juga bisa kita sendiri. Dan perubahan itu bukan hanya sekadar menjadi manusia baik-baik, melainkan menjadi manusia unggul yang tidak berbuat dosa sama sekali; yang tidak melukai siapa pun sama sekali. Kalau kita sungguh-sungguh belajar, Roh Kudus memimpin sehingga kita akan bisa mencapainya. 

Maka dalam Yakobus dikatakan, “Bukan tanpa alasan kalau kitab suci mengatakan: roh yang ditempatkan dalam diri kita, diingini dengan cemburu.” Ini bukan Roh Kudus, maksudnya adalah roh manusia yang dari Allah, yang Allah mau kembali ke Bapa, bukan ke neraka. Kalau orang mencintai dunia, maka terbuang, terpisah dari Allah. Hal ini membuat Allah cemburu. Cemburu itu bicara soal perasaan, keberhakan. Maka kalau orang tidak mengasihi Yesus, terkutuk. Karena gagal menjadi serupa dengan Yesus. Mari, kita berjuang untuk dapat mengasihi Allah Bapa dengan segenap hati, jiwa, akal budi, berjuang mengenakan hidup-Nya Yesus.