Kalau kita perhatikan Alkitab dengan teliti, pada umumnya orang-orang yang benar-benar dipakai oleh Tuhan adalah orang-orang yang menyerahkan hidupnya sepenuhnya atau bisa dikatakan tanpa batas. Kebenaran ini benar-benar terdapat jelas dalam Alkitab, bukan ide dan pikiran manusia. Memang tidak banyak orang yang dipakai Tuhan, tetapi kalau kita memilih untuk menjadi alat di tangan Tuhan, inilah jalannya. Ketika kebenaran ini dibukakan oleh Tuhan mestinya membuat kita menjadi gentar. Ada kegentaran bagaimana bisa memberikan hidup atau segenap hidup tanpa batas kepada Tuhan. Kita semua adalah manusia yang memiliki kecenderungan merasa keberatan untuk menyerahkan hidup tanpa batas bagi Tuhan. Tetapi seiring berjalannya waktu, seiring bertambahnya pengertian kita terhadap kebenaran Alkitab dan pertumbuhan kedewasaan kita, maka kita dapat nekad untuk menyerahkan hidup tanpa batas bagi Tuhan.
Kenekadan kita mempersembahkan hidup tanpa batas ditandai dengan melakukan segala sesuatu yang Tuhan inginkan walaupun kita tidak ingin lakukan. Prinsipnya kita harus berani melakukan apa yang sebenarnya tidak ingin kita lakukan, dan kita bersedia melakukan apa pun kehendak Bapa yang sebenarnya di luar kemampuan kita melakukannya. Tetapi ini pilihan yang terbaik. Mengingat usia kita juga terbatas, kita akan kehilangan kesempatan berharga ini selama-lamanya kalau tidak segera bertindak. Lagi pula, mengingat setiap kita akan menghadapi perhitungan di hadapan pengadilan Tuhan nanti, jadi adalah sangat beruntung kalau kita berani mempersembahkan segenap hidup kita tanpa batas kepada Tuhan.
Mempersembahkan hidup tanpa batas bukan berarti kita harus menjadi pendeta, tidak harus memberi uang untuk gereja. Tetapi bagaimana kita memiliki kesediaan untuk melakukan apa pun yang Tuhan kehendaki dalam hidup ini. Hal penting yang harus terus kita kampanyekan adalah bagaimana kita hidup tidak bercacat dan tidak bercela di hadapan Tuhan. Selanjutnya kita harus memperjuangkan, bagaimana suasana hati kita tidak dipengaruhi oleh materi atau keindahan dunia. Kalau kita masih melakukan kesalahan dan tidak mau membereskannya, dan masih menikmati kesenangan dunia, maka kita tidak akan dapat mempersembahkan hidup ini tanpa batas bagi Tuhan. Kita harus berani memiliki komitmen untuk menyerahkan hidup tanpa batas bagi Tuhan.
Orang yang tidak berani menyerahkan hidup tanpa batas bagi Tuhan akan terkurung dan terjebak dalam sikap egosentris. Orang seperti ini akan sibuk dengan perasaannya sendiri, yaitu bagaimana dirinya disenangkan, atau bagaimana dirinya dipuaskan. Kalau melihat orang yang tidak dia sukai, ia berusaha bagaimana menyerang dan dapat melukai. Tentu saja orang-orang seperti ini akan tenggelam dengan persoalan-persoalan yang tidak membawanya kepada pertumbuhan dalam kedewasaan rohani. Pada dasarnya, orang yang sibuk dengan dirinya sendiri tidak akan pernah sibuk dengan urusan melayani perasaan Allah. Orang-orang seperti ini bila dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri, maka dia mempertaruhkan apa pun yang ada pada dirinya tanpa batas; tetapi untuk pekerjaan Allah, dia sangat membatasi. Ini berarti tidak memberi yang terbaik bagi Allah. Tentu saja orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang masih memiliki dua tuan. Padahal Firman Tuhan mengatakan bahwa seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24)
Dalam hidup ini kita pasti menghadapi banyak masalah, tetapi hendaknya kita tidak tenggelam di dalamnya. Bagi kita, yang penting kita harus sungguh-sungguh bertekad bulat bagaimana melayani perasaan Allah. Kita harus berusaha bagaimana dalam setiap kata yang kita ucapkan dan tindakan yang kita lakukan dapat menyenangkan hati Tuhan. Dengan hidup selalu menyenangkan hati Tuhan, yaitu dengan memberikan segenap hidup tanpa bata, maka kita memperoleh status sebagai “anak unggulan.” Anak unggulan ini ini sama dengan “bintang mahaputera;” kalau Mahaputra, M-nya besar adalah Yesus. Kalau orang percaya, “m” nya kecil.
Mahaputera adalah anak-anak yang menjadi kebanggaan Allah, yang disebut oleh Paulus sebagai buah sulung seperti yang dikemukakan Paulus dalam Roma 8:23 (Ibr. 12:23; Why. 14:4). Untuk menjadi bagian dari anak-anak sulung dalam Kerajaan Surga, sesorang tidak harus sekolah teologi, tidak harus menjadi aktivis gereja dan tidak harus jadi pendeta. Anak-anak sulung Kerajaan Surga adalah orang percaya yang sudah dewasa, yang tidak lagi sibuk dengan persoalan pribadi, tetapi yang hidupnya dipersembahkan sepenuh tanpa batas kepada Allah. Orang-orang yang seperti ini menjadi anak kesukaan Bapa yang hidupnya menjadi sangat indah.
Sudah saatnya kita menjadi orang Kristen yang dewasa. Dengan demikian kita bisa berkeadaan berbeda dari dunia ini, bahkan berbeda dari orang-orang Kristen yang lain pada umumnya. Banyak orang Kristen sebenarnya hanya beragama Kristen, tetapi belum Kristen dengan sungguh-sungguh. Mereka tidak termasuk anak-anak sulung dalam Kerajaaan Allah. Tentu saja mereka tidak bisa menerima status sebagai anak unggulan, dan tidak turut dimuliakan bersamaa-sama dengan Kristus. Mereka yang dimuliakan bersama dengan Kristus adalah mereka yang ikut menderita.