Skip to content

Anak Abraham

 

Matius 3:9

“Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!”

Para ahli Taurat dan orang Farisi bukanlah orang-orang yang kelakuannya bejat di mata manusia. Sebaliknya, mereka adalah orang-orang beragama yang dikenal sebagai saleh dan memiliki standar keberagamaan yang baik. Tetapi Yohanes Pembaptis mengategorikan mereka keturunan ular beludak; yang sama dengan anak-anak setan. Di sini sebenarnya, ada pelajaran yang kita petik bahwa Allah menghendaki seseorang sungguh-sungguh memiliki sikap hati yang benar dalam menjalani hidup demi penilaian Allah, bukan formalitas (legalitas) di hadapan manusia, yang resmi, yang legal secara hukum maksudnya, tidak menyalahi hukum. Akhirnya, hukum yang menjadi pusat, atau diri sendiri yang menjadi pusat; bukan Allah. Yohanes Pembaptis mengajarkan bahwa pusat itu Allah. 

Jadi kalau kita bertobat, itu demi perasaan Allah dan penilaian Allah, bukan karena apa pandangan orang terhadap kita. Makanya mereka yang sungguh-sungguh bertobat, walaupun mereka adalah orang Yahudi, mereka memberi diri untuk dibaptis. Padahal biasanya yang dibaptis itu orang kafir yang masuk agama Yahudi. Orang-orang yang bukan ahli Taurat dan bukan orang Farisi yang memberi diri dibaptis dan bertobat, adalah orang-orang yang bisa dikategorikan sebagai anak Abraham. Kalau dikatakan bahwa “Allah dapat menjadikan anak-anak Abraham dari batu-batu ini,” maksudnya bukan batu-batu secara fisik. Jelas, batu-batu itu benda mati, bagaimana bisa menjadi anak? Jadi, “batu-batu” di sini sebenarnya metafora, yang menunjuk orang-orang yang tidak diperhitungkan di kacamata atau pandangan orang beragama. Mereka tidak pantas disebut anak-anak Abraham. 

Yang dibaptis itu selain orang-orang kafir, tentara-tentara Romawi, juga rakyat jelata. Tetapi Yohanes Pembaptis mengategorikan mereka sebagai anak-anak Abraham, sedangkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang merasa sebagai anak-anak Abraham dikatai oleh Yohanes Pembaptis sebagai keturunan ular beludak; anak-anak setan. Yohanes Pembaptis menjungkirbalikkan pemikiran mereka. Ini penting. Kalau Abraham disebut sebagai “bapak orang percaya,” artinya orang-orang yang diselamatkan harus menjadi atau memiliki percaya seperti Abraham, harus berperilaku seperti Abraham (anak-anak Abraham). Jadi, seseorang tidak akan bisa menjadi anak-anak Allah kalau tidak menjadi anak Abraham. Jadi anak Abraham dulu. Ini persiapannya jadi anak Abraham, baru jadi anak Allah. “Persiapkan jalan bagi Tuhan itu” dalam hal ini berarti menjadi anak Abraham dulu. 

Makanya ketika Zakheus bertobat (Luk. 19:9), Yesus berkata, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.” Apa Zakheus bukan orang Yahudi? Namanya saja “Zakheus,” zakai yang artinya sejati atau murni. Tentu orang tua Zakheus mengharapkan Zakheus menjadi orang Yahudi sejati yang membela Taurat dan Bait Allah. Tapi ternyata Zakheus menjadi pemungut cukai yang berpihak kepada penguasa asing. Orang Yahudi, tetapi orang Yahudi yang sempat kehilangan keyahudiannya, begitu kira-kira, lalu bertobat. Kita memang tidak membaca Zakheus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Tetapi pertobatannya ditandai dengan perubahan hidup yang begitu drastis dan radikal. Separuh hartanya diberikan kepada orang miskin, dan kalau ada orang yang pernah dia peras, dikembalikan empat kali lipat. Ini adalah buah pertobatan. 

Sinkron dengan Abraham yang disuruh mempersembahkan anaknya, Ishak, menjadi kurban bakaran. Tidak ada hukum orang beradab begitu, kecuali bangsa-bangsa kafir. Tetapi demi Allah yang memerintahkan, dia lakukan. Intinya, Abraham bersedia melakukan apa pun yang Allah kehendaki. Itu luar biasa. Ternyata, tidak semua orang Yahudi dapat disebut anak Abraham. Anak Abraham adalah orang-orang yang berperilaku seperti Abraham. Jadi, orang yang mau menjadi Kristen sejati, yang mau menerima keselamatan dalam Yesus Kristus, yang mau dikembalikan ke rancangan semula, yang mau mengenakan kodrat ilahi, adalah orang yang bersedia melakukan apa pun yang Allah perintahkan. Walaupun pada mulanya tidak bisa. Tapi kalau sudah bersedia, sudah bisa. 

Mereka percaya Yohanes Pembaptis berasal dari Allah, dilihat dari sejarah hidup Yohanes Pembaptis. Lalu bagaimana dengan ahli Taurat dan orang Farisi? Mereka adalah orang licik yang mau menyusup di tengah-tengah kebangunan rohani yang murni itu. Orang-orang Yahudi itu berkata, “Bapa kami adalah Abraham,” (Yoh. 8:39-40). Yesus berkata, “Kalau kamu anak-anak Abraham, kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham,” apa? Melakukan apa yang Allah kehendaki. Tentu tidak ada sesuatu yang melukai orang lain. Dan kalau kita melihat rekam jejak Abraham, dia tidak pernah merugikan, menyakiti orang lain. Lanjut Yesus berkata, “Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku. Aku seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah. Pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.”