Skip to content

Alat yang Berguna

Setiap anak-anak Allah diharapkan menjadi instrumen atau alat di dalam tangan Bapa. Tidak ada anak-anak Allah yang tidak dirancang untuk suatu pekerjaan bagi Bapa di surga. Jadi, semua kita ini mestinya berguna bagi kerajaan Allah. Tidak mungkin orang yang tidak berguna bagi Kerajaan Allah akan dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus. Maka, bukalah hati untuk mengerti ini, agar kita jangan kehilangan kesempatan untuk menjadi instrumen atau alat di dalam tangan Tuhan bagi Kerajaan-Nya. Roma 8:17 firman Tuhan mengatakan bahwa jika kita menderita bersama-sama dengan Yesus, kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Yesus, ini bukan penderitaan karena kesalahan kita. Seperti Yesus menderita, itu bukan karena kesalahan-Nya. Dia menderita bagi orang lain. 

Di dalam Matius 20:28, Yang Mulia Tuhan kita Yesus Kristus berkata, “Sama seperti Anak Manusia,” artinya Yesus “datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Jadi penderitaan yang dimaksud di dalam Roma 8:17 adalah penderitaan bagi orang lain, bagi keselamatan jiwa orang lain; yang sama dengan bagi Kerajaan Surga. Bukankah kita semua harus mengikut jejak Tuhan Yesus? Sampai di mana jejak-Nya kita ikuti? Tentu sampai Golgota. Bukan hanya sampai di pintu gerbang Yerusalem, ketika orang mengelu-elukan Dia dan berkata, “Hosana! Hosana!” Namun, juga harus bersama dengan Yesus pada waktu berjalan di jalan Via Dolorosa sampai ke kayu salib. 

Banyak orang tidak sampai Golgota, mereka hanya sampai pintu gerbang Yerusalem. Belum sampai masuk Taman Getsemani juga. Mengapa? Karena tidak dewasa, egois, hanya melihat kepentingan diri sendiri. Belum matang, belum utuh jiwanya; masih mudah tersinggung, gila hormat, apalagi masih memuaskan daging. Itu tidak bisa diperhitungkan untuk menjadi sahabat Yesus. Hal inilah yang tidak dipahami oleh banyak orang atau tidak dimengerti atau tidak mau dimengerti, bahwa semua anak-anak Allah harus menjadi alat yang berguna bagi Kerajaan Surga. 

Jelas Yesus berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu,” Yohanes 20:21. Tuhan Yesus tidak mengutus siapa-siapa. Tuhan Yesus mengutus kita. Semua orang percaya mestinya menjadi utusan, mewakili Tuhan Yesus. Maka, tidak ada alasan yang bisa diterima ketika orang berkata, “Saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk-Mu, Tuhan.” Bukan “tidak bisa” berbuat apa-apa, melainkan dia “tidak mau.” Tidak dewasa, egois, egosentris, maka tidak bisa dipakai. Jangan berkata, “Aku miskin, aku sudah tua.” Itu cara Iblis membelenggu kita dalam kebodohan, sehingga kesempatan emas yang Tuhan berikan tidak kita gunakan dengan sungguh-sungguh. 

Kalau kita masih egois, masih mencari kesenangan diri sendiri, uang kita pasti kita belanjakan bukan untuk Tuhan, tetapi untuk diri sendiri. Pasti kita boros untuk diri sendiri, tetapi tidak boros untuk Tuhan. Suatu hari kita akan menyesal sekali, ketika kita melihat kemuliaan Allah dan kita baru tahu betapa bermartabatnya bisa berbuat sesuatu untuk Tuhan. Betapa agungnya bisa berbuat sesuatu untuk Kerajaan-Nya. Setan merusak pekerjaan Tuhan melalui orang-orang yang membuat kepercayaan jemaat kepada gereja jadi rusak. Ketika pendeta memperkaya diri, atau hanya sibuk membangun gedung, fasilitas, yang semua itu untuk kemegahan, kebesaran seorang pendeta, jemaat bisa kehilangan kepercayaan. 

Tuhan sering membawa seseorang kepada persoalan-persoalan sulit dan rumit—apakah itu kemiskinan, ketertindasan, ketertolakan, dan lain sebagainya—yang semua itu ternyata menjadi alat Tuhan untuk mendewasakan. Setelah dewasa, baru Tuhan percayai. Jadi kita sekarang bisa bersyukur kalau kita ditindas dengan masalah, dengan keadaan sulit, ekonomi sulit, dan lain-lain karena berarti kita sedang didewasakan. Jadi ketika kita diproses, berubahlah. Jangan kita pikir Tuhan senang membuat kita menderita, miskin, terlunta-lunta, terinjak-injak. Itu semua merupakan cara Tuhan untuk membuat kita dewasa. Supaya dari egosentris menjadi teosentris. Supaya kita menjadi seperti anggur yang tercurah, roti yang terpecah. 

Ada orang-orang yang berkata, “Tuhan, kalau masalahku ini selesai, aku melayani Engkau.” Belum tentu setelah masalahnya selesai, dia melayani Tuhan, belum tentu. Tuhan pasti bisa baca hatinya dia. Kita tidak usah janji-janji, gombal begitu. “Kalau aku punya mobil, Tuhan, aku mau jemput jemaat ke gereja.” 

Ironis, banyak di antara orang Kristen yang tidak dipercayai Tuhan. Kalau kita mau menjadi manusia yang berguna, mental karakter kita harus diubah. Benar-benar mengalah, tidak punya kesenangan dunia, mencintai Tuhan, rela mati atau apa pun demi pekerjaan Tuhan, baru Tuhan percayai. Namun, dunia kita hari ini, seperti yang ditulis dalam 2 Timotius 3:1-5, orang menjadi egois, cinta uang, cinta diri sendiri. Sudah sulit dicari orang yang menjadi seperti anggur tercurah, roti terpecah. Kita bisa terbawa, kecuali kita mau memisahkan diri dengan dunia. Kita tetap ada di tengah-tengah dunia, tetapi waktu kita ada di hadapan Tuhan dalam doa dan belajar firman Tuhan harus memadai. Sehingga kita mampu bertumbuh di tengah-tengah badai, di tengah-tengah kekacauan dunia, agar sayap rohani kita berkembang dan bisa terbang tinggi. 

Setiap anak-anak Allah harus menjadi alat yang berguna bagi Kerajaan Surga.