Skip to content

Peduli dengan Perasaan Tuhan

Kita harus memperkarakan, mempersoalkan; apa yang dirasa Bapa mengenai kita. Bapa adalah Pribadi yang hidup, berperasaan, dan pasti merasakan di dalam hati-Nya mengenai keadaan masing-masing anak-anak-Nya. Kalau kita sebagai orang tua yang sudah punya anak, pasti bisa merasakan mengenai masing-masing anak kita. Kita juga bisa merasakan terkait dengan orang di sekitar, saudara atau siapa saja. Mari kita perkarakan, apa yang Bapa rasakan terkait dengan hidup kita? Apakah Dia nyaman? Dia senang? Ataukah Dia tidak nyaman? Dia berduka? Terluka? Coba kita perkarakan! 

Kita sering tidak peduli dengan perasaan Tuhan karena Tuhan tidak kelihatan. Banyak orang peduli dengan perasaannya sendiri; bagaimana ia bisa memiliki perasaan senang, bahagia, terhormat, dihargai. Tetapi tidak mempersoalkan bagaimana perasaan Tuhan, perasaan Allah Bapa, Elohim Yahweh. Kita tidak mempersoalkan perasaan Tuhan Yesus, terkait dengan hidup kita. Di sini benar-benar dibutuhkan ketulusan hati. Ketulusan hati di hadapan Allah, dan kesediaan kita untuk benar-benar menyenangkan hati Allah. Kita berurusan dengan Allah Bapa bukan sekadar supaya memperoleh berkat, kuasa-Nya, pertolongan, perlindungan-Nya; tetapi kita juga mau melayani Dia karena memang kita diciptakan untuk melayani Dia. 

Allah tidak butuh apa-apa sebenarnya, dan tidak perlu apa-apa dari kita. Siapa kita? Karena Allah Mahakaya, Mahakuat, Allah memiliki segala-galanya. Tetapi Allah berkenan berurusan, berinteraksi dengan kita. Dia membiarkan diri-Nya dibuat senang atau dibuat susah, dimuliakan atau tidak dimuliakan, dihormati atau tidak dihormati oleh makhluk manusia. Kita harus memilih dan menentukan, apakah kita mau menyenangkan hati Tuhan atau tidak, memuliakan Dia atau tidak, menghormati Dia atau tidak, menuruti kehendak Allah atau tidak. Kita harus serius memperkarakan apa yang dirasakan Allah mengenai kita!

Kita harus benar-benar tulus! Berurusan dengan Allah bukan hanya karena mau mengeksploitasi, menggali, memanfaatkan tanpa batas kuasa-Nya, kebaikan-Nya. Bukan mengeksploitasi, tetapi karena mau mengabdi, devosi kepada Tuhan karena memang Dia menciptakan kita untuk melayani Dia. Kalau kita dengan tulus benar-benar berurusan dengan Allah, berinteraksi dengan Allah, dengan motif yang benar karena kita mau mengabdi dan melayani Dia; niscaya, kalau ada salah dalam diri kita, ada kekeliruan, ada dosa; Bapa pasti memberitahu. Allah mau berbagi perasaan-Nya kepada kita; apa yang Dia rasa tentang kita, terkait dengan kita. 

Allah Bapa pasti memberitahu karena Bapa ingin membangun hubungan dengan kita; hubungan kekal, hubungan abadi. Bukan hanya sementara kita hidup di bumi, tetapi sampai kekekalan. Tetapi kalau orang tidak tulus, ber-Tuhan hanya karena mau memanfaatkan Tuhan, hatinya terikat dengan dunia ini, hatinya penuh kebencian, dendam, sakit hati, sehingga mengupayakan penderitaan orang lain; maka Allah tidak perlu berbagi perasaan kepada orang-orang seperti ini. Orang-orang yang tidak layak berjalan dengan Allah! Kita jangan sampai berkeadaan seperti itu. Mengerikan! Sampai orang-orang itu menjadi “buta,” tidak tahu dan tidak mau tahu; bagaimana keadaan dirinya di hadapan Allah dan apa yang dirasa Allah tentang dirinya, tidak peduli. 

Orang-orang seperti ini pasti egois, antroposentris, akusentris; berpusat pada diri sendiri. Tidak berpusat pada Allah. Kita memilih untuk berpusat pada Allah. Dengan tulus kita berurusan dengan Tuhan, bahwa kita diciptakan Tuhan hanya untuk mengabdi dan melayani Dia. Tuhan akan berbagi perasaan kepada kita. Ayo, kita serius! Kita katakan, “Tuhan, beri aku pengertian untuk mengenal diriku dengan benar. Bagaimana keadaanku di mata-Mu?” Tuhan pasti berbicara kepada kita. “Apa yang Engkau rasakan mengenai aku?” Tuhan pasti memberitahu bagaimana keberadaan kita di mata Allah. 

Semakin hari, Tuhan akan makin membongkar atau membuka hal-hal yang tidak patut di dalam hidup kita, yang harus dibuang sebelum kita menutup mata menghadap pengadilan takhta Kristus. Inilah kehidupan yang diberkati. Hidup yang benar-benar beruntung, yaitu kalau kita mau benar-benar memperkarakan apa yang Allah rasakan mengenai kita. Kita mulai memperkarakan, “Apa yang Allah rasakan mengenai diriku, tentang diriku?” Jika ada hal-hal yang membuat Tuhan tidak nyaman, pasti Tuhan akan memberitahu kita. 

Ada hal-hal yang kita lakukan, yang melukai hati Bapa di surga; kita sadari, kita bertobat, dan mau berubah. Kita benar-benar hidup hanya untuk melayani perasaan Elohim Yahweh, Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Kita hidup hanya sungguh-sungguh untuk mengabdi dan melayani Dia. Percayalah, kebutuhan-kebutuhan kita akan dipenuhi. Persoalan-persoalan kita akan diselesaikan pada waktunya. Tuhan pasti membela kita. Tuhan bukan hanya mengasihi kita, tetapi Tuhan juga mengasihi orang-orang yang kita kasihi. Tuhan juga menjaga orang-orang yang kita kasihi. Luar biasa, bukan? Inilah jalan hidup di dalam berkat Tuhan. 

Kita sering tidak peduli dengan perasaan Tuhan karena Tuhan tidak kelihatan.