Dalam zaman Perjanjian Baru, menjadi manusia pilihan berarti menjadi makhluk yang dilayakkan kembali untuk hidup sesuai dengan rancangan Tuhan semula — original design. Hanya pada zaman inilah manusia dimungkinkan untuk menjadi seperti yang dikehendaki Allah sejak awal penciptaan: menjadi makhluk surgawi. Mengapa pada zaman Perjanjian Baru? Sebab hanya di zaman ini Injil diberitakan, penebusan oleh darah Yesus Kristus telah terjadi, Roh Kudus dimeteraikan, dan Allah menggarap setiap individu secara sempurna supaya Kristus menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Inilah indahnya menjadi orang Kristen, dan gereja harus punya fokus proyek ini. Jadi, manusia pilihan artinya manusia yang sesuai dengan rancangan Penciptanya yakni manusia surgawi atau manusia Allah, manusia yang memiliki keberadaan luar biasa, berbeda dengan manusia yang tidak terpilih. Mereka yang tidak terpilih bukan karena Tuhan menolak, tetapi karena tidak memberi respons terhadap panggilan-Nya. Jika seseorang mengaku sebagai umat pilihan tetapi hidupnya tidak menunjukkan keberadaan yang luar biasa, berarti ia menipu dirinya sendiri. Sebab Yesus Kristus adalah manusia pilihan sejati, teladan bagi setiap orang percaya.
Orang yang sungguh menjadi umat pilihan akan terus bertumbuh makin serupa dengan Tuhan Yesus. Sebab Tuhan tidak pernah berniat menjadikan manusia setengah baik; Ia menghendaki manusia yang sungguh-sungguh baik, bahkan sempurna seperti Bapa di surga sempurna. Itulah rancangan Allah, dan hal itu sedang Ia genapi dalam zaman anugerah ini. Kitalah yang dipilih, ditentukan, dan ditunjuk untuk menjadi manusia-manusia seperti itu. Namun semua ini menuntut respons. Sebab walaupun kita hidup di zaman penggenapan dan dapat mendengar Injil dengan lengkap, tanggapan kita terhadap Injil tetap menjadi faktor penentu.
Karena itu, jangan mencoba menghubungkan urusan rahasia Allah — kemahatahuan dan misteri rencana-Nya — dengan tanggung jawab kita hari ini. Bagian kita adalah bertobat, tekun, dan sungguh-sungguh mengikut Dia. Tuhan rindu menjadikan kita makhluk ciptaan yang luar biasa, tetapi hal itu tidak akan terjadi tanpa respons yang serius dari pihak kita: mengelola hidup, waktu, pikiran, tenaga, dan seluruh aspek kehidupan dengan sungguh-sungguh. Sebab manusia tidak akan otomatis menjadi baik. Sejak kejatuhan dalam dosa, manusia kehilangan kodrat baiknya dan hidup dalam kondisi rusak.
Tuhan menghendaki agar manusia dikembalikan menjadi makhluk yang berkualitas baik menurut ukuran-Nya. Keselamatan adalah karya Allah untuk mengembalikan manusia kepada rancangan semula. Untuk itu, Tuhan menyediakan sarana penyelamatan yang disebut anugerah. Anugerah ini diberikan cuma-cuma, tetapi untuk meraihnya dibutuhkan perjuangan. Disebut “anugerah” karena pemberian itu sangat mahal harganya. Anugerah menjadi berharga ketika cara kita menerimanya melibatkan perjuangan nyata untuk berubah.
Kesalahan banyak orang Kristen hari ini adalah merasa bahwa keselamatan otomatis menjadikan mereka umat pilihan. Padahal, keselamatan adalah proses pemulihan manusia kepada rancangan Allah, bukan status instan. Dalam hal ini, respons terhadap penggarapan Tuhan sangat penting. Roh Kudus diberikan untuk menggarap hidup kita, dan kita harus memberi respons aktif terhadap karya-Nya. Namun ingat, respons ini tidak dapat diperhitungkan sebagai jasa, karena semua berasal dari anugerah.
Dalam zaman Perjanjian Baru ini, kita berada dalam situasi yang mirip dengan Adam dan Hawa: manusia dihadapkan pada pilihan. Apakah kita mau menjadi manusia pilihan atau manusia yang terbuang? Sebelum zaman anugerah, orang bisa menjadi baik tetapi tidak bisa menjadi sempurna. Namun setelah kedatangan Kristus, pilihan itu terbuka: manusia dapat menjadi sempurna dalam Dia atau tetap hidup sebagai manusia yang terbuang. Karena itu Tuhan berkata, “Di pihak mana kamu berdiri? Putuskan itu!”